Chapter 11 : Kesalahpahaman
Sekarang
sudah memasuki jam istirahat, dan aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan
saat ini. Karena semua berjalan begitu saja tanpa bisa aku kendalikan. Sebenarnya setelah jam istirahat dimulai aku
berencana ingin memperkenalkan Sara kepada teman-teman. Namun, kalau sekarang
aku bertemu dengan mereka, pasti mereka akan membicarakanku. Bagaimana ya, apa
yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa,
tapi bagaimana dengan Cheryl? Memang benar sebagian merupakan kesalahan cheryl.
Namun, keterlibatan cheryl dalam pencalonan ini juga kesalahanku.
“akio,
ada orang yang sedang mencarimu!” ucap seseorang dengan menepuk bahuku..
“siapa?”
“itu
orangnya.” Jawab rendi sambil menunjuk ke seseorang yang ternyata anna..
“lama
sekali sih, semua sudah menunggu di taman, ayo!” Ucap Anna sambil menarik
tanganku.
“tapi..”
“sudah
nggak ada tapi-tapian... ayo!”
“iya,
iya... sepertinya tidak ada waktu untuk aku berfikir, baiklah aku akan kesana.”
Ucapku mengiyakan..
Aku
juga sudah berjanji akan bertemu dengan Sara di taman, kalau aku mengingkarinya
bisa-bisa dia akan merasa ditipu.
“kenapa
sih?” tanya anna.
“nggak
ada apa-apa, Cuma bimbang saja”
“oh...
Bisa bimbang juga ya?”
“kamu
pikir aku apa?”
“marah,
bimbang karena apa sih?” ucap anna.
“bukan
apa-apa.”
“aku
dengar kamu terpilih sebagai perwakilan kelasmu untuk kompetisi pemilihan raja
dan ratu perdamaian?” Ucap anna.
“ya,
berkat cheryl dan yang lainnya, aku terpilih sekalipun aku tidak
menginginkannya!”
“tapi
bukankah cheryl ikut terpilih karena kamu, jadi kenapa marah?”
“memang
benar aku mengajukan cheryl sebagai pasanganku, tapi itu cuman sekedar cara agar
dia berhenti memojokkanku.”
“tapi
kamu berhasil kan.., membuatnya diam?”
“iya,
memang benar dia terdiam. Tapi..”
“tapi
apa? Terus kenapa kamu marah, apa kamu membenci cheryl?”
“tidak,
bukan seperti itu. Aku tidak membencinya.”
“terus
kenapa, atau jangan-jangan kamu menyukai cheryl?”
“hah..!” mungkin kalau aku tahu apa itu cinta, tapi saat ini
aku sendiri juga tidak tahu apa itu cinta?
“kenapa hah? Aku bertanya, kamu
suka atau membencinya?”
“kalau cinta, aku tidak tahu. Tapi, kalau membencinya, tidak mungkin aku bisa membencinya?”
“terus kenapa kamu marah
sama dia?” tanya anna.
“marah? Siapa yang marah?”
“hah… kalau begitu setelah
sampai disana, cepat kamu jelaskan sejelas-jelasnya ke Cheryl!”
“jadi cheryl mengira kalau aku sedang marah
sama dia? kenapa sih, emang aku melakukan apa sampai-sampai dia mengira kalau
aku marah?”
“ayo cepat, nggak usah
banyak bicara! Intinya nanti kamu harus menjelaskannya, paham!”
“iya, akan aku jelaskan.”
Kami berdua pun akhirnya sampai di taman sekolah.
“maaf Cheryl menunggu lama,
ini orangnya.” Ucap Anna dengan lembut, “ayo, cepat kamu jelaskan!”
“iya akan aku jelaskan. Emm…
Cheryl…”
“maaf, aku benar-benar minta
maaf!” ucap Cheryl yang tak kusangka dia meminta maaf dengan ekspresi yang
begitu takut dan sedih.
“maaf, aku bukan bermaksud
menyudutkanmu dengan keputusan sepihakku, aku hanya ingin akio menjadi lebih
terang lagi dengan menjadi perwakilan raja untuk kelas kita, aku tidak
bermaksud apa-apa.” Tambahnya.
“kenapa kamu minta maaf?”
“karena kamu marah.”
“marah, kenapa aku marah?
Memang benar tadi aku sempat kesal terhadapmu, namun bukan berarti aku marah.
Dan itu juga sesaat. Terus kenapa kamu menganggap kalau aku sedang marah?”
“soalnya, karena aku kamu
dipaksa menjadi perwakilan kelas walaupun kamu tidak menyukainya. Makanya kamu
marah dan tidak mau menjawab serta mendengarkan ucapanku.”
“kapan?”
“tadi, sesaat setelah bel
istirahat berbunyi”
“begitu, maaf karena
perilaku
saya kamu jadi salah
paham. Alasan kenapa aku tidak menjawab
ataupun mendengarkan ucapanmu, karena pada saat itu aku sedang tenggelam dalam
pikiranku sendiri, makanya aku tidak merasakan keadaan disekitarku.”
“syukurlah kalau kamu tidak
marah kepadaku.”
“kenapa aku harus marah,
kalaupun aku marah tentu bukan kamu saja yang akan membuatku marah tapi semua
anak di kelas kita yang telah memilihku. Makanya kamu tidak perlu cemas tentang
masalah pencalonanku. Dan justru sebaliknya aku yang seharusnya minta maaf ke
kamu , karena keegoisanku kamu ikut terpilih sebagai pasanganku. Jadi, kalau
kamu tidak suka dengan keadaan ini, nanti akan aku bicarakan ke wali kelas kita
agar pencalonannya kita ulangi lagi. Bagaimana?”
“jangan-jangan, kamu nggak
usah melakukannya! Aku nggak apa-apa kok kalau harus jadi pasanganmu di acara
ini.” ucap Cheryl yang tampak agak malu.
“cie cie...! kalau begitu
selamat ya atas pencalonan kalian dan semoga langgeng.” seru Anna yang
tampaknya sudah tidak marah lagi.
“apaan sih?”
“anna, sudah nggak usah
becanda. Masalah baru selesai, kamu jangan menambah masalah lagi!” ucapku.
“iya, begitu saja marah!”
“hampir lupa, sebentar ya
aku akan segera kembali!” ucapku.
“mau kemana?”
“Cuma sebentar, tunggu ya?”
ucapku yang kemudian berlari.
Dimana ya Sara? Semoga saja
ia belum kembali ke dalam kelasnya. Itu dia “Sara!” ucapku sambal berlari.
“maaf ya lama menunggu, tadi
ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan.”
“iya nggak apa-apa, jadi
kita mau ngapain ke tempat ini?”
“kok bicaranya begitu, ini
kan masih di area sekolah?”
“iya aku tahu, tapi kita mau
ngapain?”
“ayo ikut aku!” ucapku
sambal mearik Sara.
“kemana?”
“sudah ikut saja.” Lanjutku
sambal menggandeng Sara ke tempat Anna dan Cheryl.
“nah, sekarang kita sudah
sampai, maaf sudah menunggu.”
“ini siapa akio?” tanya
anna.
“perkenalkan, ini Sara dan
kelas 2E dan Sara ini Cheryl teman sekelasku, dan ini Anna dari kelas 2A.”
“salam kenal.”
“salam kenal juga” jawab
Anna dan Cheryl.
“kenapa tiba-tiba
memperkenalkanku dengan teman-temanmu” bisik Sara
“tenang saja mereka orang
baik kok” ucapku meyakinkan agar Sara tidak grogi.
“akio, ternyata kamu playboy
ya, pertama Cheryl, kemudian aku setelah itu Sara terus gadis
kelas mana lagi yang akan kamu incar?” ucap Anna.
“kalau ngomong jangan
seenaknya bikin orang salah paham. Siapa yang playboy, atau jangan-jangan kamu menyukaiku
ya?”
“hm...! siapa lagi yang suka
denganmu. Suka juga pilih-pilih dan nggak mungkin sama laki-laki yang nggak
bertanggungjawab sepertimu!”
“emang dia melakukan apa
sama kamu?” tanya Sara.
“dia mau jadi pahlawan
dengan menolongku tapi akhirnya justru aku yang menolongnya Aneh dan nggak bertanggungjawab bukan?”
“okey, kalau kamu seperti
itu, selanjutnya kalau ada masalah yang menimpamu lagi aku nggak akan
membantunmu.”
“siapa juga yang meminta bantuanmu”
“sudah jangan ribut, kayak anak kecil saja!” bentak Cheryl.
“ngomong-ngomong kamu... Sara yang dapat peringkat 1 paralel
berturut-turut selama 2 tahun ini bukan?” tanya anna.
“iya benar”
“wah… hebat sekali, bagimana
sih caranya agar kamu dapat nilai sempurna terus menerus?”
“makanya belajar, jangan
Cuma ngajak berantem!” ucapku.
“aku nggak nanya kamu!”
“aku cuman suka membaca
makanya setiap ada pertanyaan hampir semua jawaban sudah ada dalam benak saya.”
“begitu ya, kapan-kapan
ajari aku ya” pinta anna.
“iya!”
“terus ngomong-ngomong
bagaimana kamu bisa berkenalan dengan laki-laki ini?” tanya Anna sambil menyindirku lagi.
“hei aku punya nama!”
“awalnya sih kami bertemu di
perpustakaan”
“begitu ya, terus menurutmu
dia bagaimana?” tanya anna.
“hei aku ada disini, kenapa
sih yang dibahas cuman masalahku saja?”
“sudah orang luar diam
saja!”
“tapi aku orang yang sedang
kalian bahas!”
“menurutku… bagaimana ya
menjelaskannya?”
“nggak usah malu-malu atau
takut, anggap saja dia nggak ada disini.”
“Cheryl, bagaimana ini.
bantuin aku, tolong jangan biiarkan Anna terus-menerus merusak harga diriku di
depan Sara!”
“Cheryl, kamu nggak usah
ikut campur! Ini demi keamanan kita semua” ucap anna.
“kamu dengar kan? Jadi maaf
saat ini aku nggak bisa bantu kamu akio. Dan sebenarnya aku juga penasaran
dengan pandangan orang lain terhadap kamu, jadi maaf ya.”
“ayo lanjutkan!” perintah
Anna yang benar-benar membuatku terpojok.
“menurutku akio orangnya
pemaksa dan selalu ikut campur masalah orang lain.”
“benar kan, makanya mulai
sekarang kita harus berhati-hati dengan akio, soalnya dia sudah tertular virusnya
Edward. Atau jangan-jangan, Edward seperti itu juga karena akio? Wah gawat ini”
ucap Anna.
“hah, sekarang harga diriku
tak ubahnya seperti virus. Tak berguna dan hanya menyakiti orang lain...” uapku
menyerah untuk berargumen.
“tapi meski begitu, akio
orangnya baik. Dia mau membantuku mencarikan jalan keluar untuk masalah yang
selama ini aku alami dan tak bisa aku selesaikan. Dan lebih dari itu, dia
adalah orang pertama yang benar-benar mau menjadi temanku. Jadi menurutku dia
adalah orang yang bertanggung jawab.”
“hmm… begitu ya, sekarang
bersyukurlah karena Sara sudah membantumu.”
“terima kasih Sara, terima
kasih, berkatmu harga diriku bisa tertolong dihadapan perempua-perempuan ini!”
“ kalau begitu aku tarik
kembali ucapanku kalau kamu adalah virus. Sekarang aku mengerti kalau kamu
bukan virus, kamu adalah pengganggu.”
“itu sama saja anna!”
“hahaha…” tawa semua orang.
“mumpung masih jam istirahat
bagaimana kalau kita makan dulu?” tawarku.
“iya benar aku juga sudah
tidak bisa menahan rasa laparku.” Ucap Cheryl.
“kamu bilang seperti itu,
terus mana makananmu?”
“oh iya aku lupa. Karena
kamu tadi menarikku ke sini dengan paksa makanya aku lupa membawanya.”
“siapa suruh melamun, kan
sudah kesepakatan kita kalau setiap jam istirahat kita akan berkumpul dan makan
disini?”
“iya, iya aku tahu. Kalau
begitu aku ambil dulu ya makananku dikelas.”
“aku juga mau ke kantin untuk
membeli makanan.” Sahut Sara.
“sudah tidak ada waktu,
karena beberapa menit lagi jam istirahat akan berakhir.”
Ucap Anna.
“tenang saja, aku bawa lebih
kok makanannya. Ayo silahkan!” ucap Cheryl.
“baiklah kalau begitu, ayo Sara kita makan.” Ucapku mengajak Sara.
Syukurlah rencanaku berjalan
dengan lancar, dengan begini Sara mungkin akan mulai mengerti tentang bagaimana
menyenangkannya memiliki teman yang bisa diajak melakukan berbagai macam hal
bersama.
“bagaimana Sara?” tanya Cheryl.
“enak, aku suka.”
“syukurlah kalau kamu suka.”
“ngomong-ngomong apa yang
akan kalian berdua tampilkan dalam sesi presentasi?” tanya Anna yang tiba-tiba
membahas kompetisi pemilihan raja dan ratu perdamian.
“entahlah, karena aku
terpilih bukan karena kehendaku, maka sampai saat ini aku belum ada bayangan
tentang apa yang akan aku presentasikan.”
“maaf…”
“enggak, enggak, enggak… ini
bukan salahmu Cheryl. Aku hanya belum ada bayangan saja jadi nggak perlu
cemas.”
“kalau kamu Cheryl?” tanya
anna.
“sama, belum ada bayangan.
Karena terlalu fokus mengajukan akio agar jadi raja, aku sendiri tidak terlalu
memikirkan apa yang akan aku lakukan jika aku yang jadi pasangan rajanya.’
“hah, kalian berdua?
Waktunya singkat lho, cuman seminggu untuk mempersiapkan segala sesuatunya,
dan selanjutnya kalian harus siap apapun
yang terjadi.”
“iya-iya kami tahu, kamu sendiri
bagaimana, apa yang akan kelas kamu presentasikan nanti dalam kompetisi ini?”
“belum tahu.”
“kalau begitu jangan tanya
kami jika rencana kelasmu sendiri belum tahu!”
“apa salahnya kalau aku
tanya, terus aku juga tidak ikut jadi mau tahu atau nggak itu terserah
akulah, hehehe… maaf Cheryl,
tapi kalimat tadi
aku tunjukan untuk akio”
“tapi itu berlaku juga untuk
Cheryl tahu!” jawabku.
“oh, begitu ya. Sorry!”
“jadi kalian berdua
dicalonkan dalam pemilihan raja dan ratu perdaimaian ya, selamat ya?”
“hehe… bagaimana ya
menjawabnya…. Sebenarnya, aku juga tidak tertarik untuk mengikutinya, tapi mau
bagaimana lagi satu kelas sudah memilihku” ucapku yang memang bingung harus
berbuat apa.
“jangan besar kepala, baru
dipercaya kelas saja sudah sombong!” ucap Anna yang lagi-lagi perkatannya
begitu menusuk.
“siapa yang sombong?”
“tadi apa, kalau bukan sombong?”
“terus aku harus merespon
seperti apa”
“sudah, nggak usah ribut!
Dari tadi nggak ada habis-habisnya mempermasalahkan hal sepele.”
“iya, kenapa sih dari tadi
kamu ingin ngajak berantem terus? Ada masalah apa sama aku.”
“nggak ada apa-apa, cuman
ingin tau saja bagaimana reaksi kamu saat marah”
“sekarang aku sudah
benar-benar marah, puas!”
“hehehe…”
“ngomong-ngomong benar juga
kata anna, apa yang akan kita presentasikan nanti akio?” tanya Cheryl.
“entahlah, tapi yang pasti
ini bukan Cuma tugas kita berdua saja, ini juga tugas kelas kita. Jadi, kalau
mau membahasnya sebaiknya kita bahas nanti bersama teman-teman yang lainnya.”
“baiklah kalau kamu seperti itu.”
Jawab Cheryl.
Tak terasa bel tanda jam istirahat telah berbunyi. Perbincangan kami berempat pun akhirnya berakhir.
“kalau begitu kita berpisah
dulu ya, besok kita bertemu lagi disini di jam yang sama pula.” Ucap Cheryl
mengakhiri.
“okey.”
“kamu juga Sara?” ucapku.
“aku?”
“iya, karena kamu mulai
sekarang adalah teman kami, jadi kamu harus ikut kami juga.” Sahut anna.
“terus terima kasih juga
anna, berkatmu kesalahpahaman diantara aku dan akio akhirnya selesai dengan
cepat.”
“iya nggak apa-apa. Kalau
begitu sampai besok ya?” ucap Anna mengakhiri pertemuan saat itu.
Kini aku pun tengah berjalan
bersama Cheryl. Dan karena kesalahpaman tadi , rasanya aku agak canggung juga
untuk berbicara dengannya.
“semakin meriah juga
kelompok kita ya?” ucap Cheryl memecah kekhawatiranku..
“iya…”
“terus begini, mmm… karena
beberapa minggu ini kita akan bekerja sama terus-menerus, jadi mohon
kejasamanya ya?”
“sama, aku juga… dan . aku juga minta maaf untuk yang tadi.”
“nggak apa-apa kok, lagian
itu kan Cuma kesalahpahaman saja, jadi nggak usah kamu pikirkan lagi.”
***
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments