Monday, December 11, 2017

Life Not Equel Math ch 11


Chapter 11 : Kesalahpahaman
Sekarang sudah memasuki jam istirahat, dan aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan saat ini. Karena semua berjalan begitu saja tanpa bisa aku kendalikan.  Sebenarnya setelah jam istirahat dimulai aku berencana ingin memperkenalkan Sara kepada teman-teman. Namun, kalau sekarang aku bertemu dengan mereka, pasti mereka akan membicarakanku. Bagaimana ya, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa, tapi bagaimana dengan Cheryl? Memang benar sebagian merupakan kesalahan cheryl. Namun, keterlibatan cheryl dalam pencalonan ini juga kesalahanku.
“akio, ada orang yang sedang mencarimu!” ucap seseorang dengan menepuk bahuku..
“siapa?”
“itu orangnya.” Jawab rendi sambil menunjuk ke seseorang yang ternyata anna..
“lama sekali sih, semua sudah menunggu di taman, ayo!” Ucap Anna sambil menarik tanganku.
“tapi..”
“sudah nggak ada tapi-tapian... ayo!”
“iya, iya... sepertinya tidak ada waktu untuk aku berfikir, baiklah aku akan kesana.” Ucapku mengiyakan..
Aku juga sudah berjanji akan bertemu dengan Sara di taman, kalau aku mengingkarinya bisa-bisa dia akan merasa ditipu.
“kenapa sih?” tanya anna.
“nggak ada apa-apa, Cuma bimbang saja”
“oh... Bisa bimbang juga ya?”
“kamu pikir aku apa?”
“marah, bimbang karena apa sih?” ucap anna.
“bukan apa-apa.”
“aku dengar kamu terpilih sebagai perwakilan kelasmu untuk kompetisi pemilihan raja dan ratu perdamaian?” Ucap anna.
“ya, berkat cheryl dan yang lainnya, aku terpilih sekalipun aku tidak menginginkannya!”
“tapi bukankah cheryl ikut terpilih karena kamu, jadi kenapa marah?”
“memang benar aku mengajukan cheryl sebagai pasanganku, tapi itu cuman sekedar cara agar dia berhenti memojokkanku.”
“tapi kamu berhasil kan.., membuatnya diam?”
“iya, memang benar dia terdiam. Tapi..”
“tapi apa? Terus kenapa kamu marah, apa kamu membenci cheryl?”
“tidak, bukan seperti itu. Aku tidak membencinya.”
“terus kenapa, atau jangan-jangan kamu menyukai cheryl?”
“hah..!” mungkin kalau aku tahu apa itu cinta, tapi saat ini aku sendiri juga tidak tahu apa itu cinta?
“kenapa hah? Aku bertanya, kamu suka atau membencinya?”
“kalau cinta, aku tidak tahu. Tapi, kalau membencinya, tidak mungkin aku bisa membencinya?”
“terus kenapa kamu marah sama dia?” tanya anna.
“marah? Siapa yang marah?”
“hah… kalau begitu setelah sampai disana, cepat kamu jelaskan sejelas-jelasnya ke Cheryl!”
 “jadi cheryl mengira kalau aku sedang marah sama dia? kenapa sih, emang aku melakukan apa sampai-sampai dia mengira kalau aku marah?”
“ayo cepat, nggak usah banyak bicara! Intinya nanti kamu harus menjelaskannya, paham!”
“iya, akan aku jelaskan.”
Kami berdua pun akhirnya sampai di taman sekolah.
“maaf Cheryl menunggu lama, ini orangnya.” Ucap Anna dengan lembut, “ayo, cepat kamu jelaskan!”
“iya akan aku jelaskan. Emm… Cheryl…”
“maaf, aku benar-benar minta maaf!” ucap Cheryl yang tak kusangka dia meminta maaf dengan ekspresi yang begitu takut dan sedih.
“maaf, aku bukan bermaksud menyudutkanmu dengan keputusan sepihakku, aku hanya ingin akio menjadi lebih terang lagi dengan menjadi perwakilan raja untuk kelas kita, aku tidak bermaksud apa-apa.” Tambahnya.
“kenapa kamu minta maaf?”
“karena kamu marah.”
“marah, kenapa aku marah? Memang benar tadi aku sempat kesal terhadapmu, namun bukan berarti aku marah. Dan itu juga sesaat. Terus kenapa kamu menganggap kalau aku sedang marah?”
“soalnya, karena aku kamu dipaksa menjadi perwakilan kelas walaupun kamu tidak menyukainya. Makanya kamu marah dan tidak mau menjawab serta mendengarkan ucapanku.”
“kapan?”
“tadi, sesaat setelah bel istirahat berbunyi”
“begitu, maaf karena perilaku saya kamu jadi salah paham. Alasan  kenapa aku tidak menjawab ataupun mendengarkan ucapanmu, karena pada saat itu aku sedang tenggelam dalam pikiranku sendiri, makanya aku tidak merasakan keadaan disekitarku.”
“syukurlah kalau kamu tidak marah kepadaku.”
“kenapa aku harus marah, kalaupun aku marah tentu bukan kamu saja yang akan membuatku marah tapi semua anak di kelas kita yang telah memilihku. Makanya kamu tidak perlu cemas tentang masalah pencalonanku. Dan justru sebaliknya aku yang seharusnya minta maaf ke kamu , karena keegoisanku kamu ikut terpilih sebagai pasanganku. Jadi, kalau kamu tidak suka dengan keadaan ini, nanti akan aku bicarakan ke wali kelas kita agar pencalonannya kita ulangi lagi. Bagaimana?”
“jangan-jangan, kamu nggak usah melakukannya! Aku nggak apa-apa kok kalau harus jadi pasanganmu di acara ini.” ucap Cheryl yang tampak agak malu.
“cie cie...! kalau begitu selamat ya atas pencalonan kalian dan semoga langgeng.” seru Anna yang tampaknya sudah tidak marah lagi.
“apaan sih?”
“anna, sudah nggak usah becanda. Masalah baru selesai, kamu jangan menambah masalah lagi!” ucapku.
“iya, begitu saja marah!”
“hampir lupa, sebentar ya aku akan segera kembali!” ucapku.
“mau kemana?”
“Cuma sebentar, tunggu ya?” ucapku yang kemudian berlari.
Dimana ya Sara? Semoga saja ia belum kembali ke dalam kelasnya. Itu dia “Sara!” ucapku sambal berlari.
“maaf ya lama menunggu, tadi ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan.”
“iya nggak apa-apa, jadi kita mau ngapain ke tempat ini?”
“kok bicaranya begitu, ini kan masih di area sekolah?”
“iya aku tahu, tapi kita mau ngapain?”
“ayo ikut aku!” ucapku sambal mearik Sara.
“kemana?”
“sudah ikut saja.” Lanjutku sambal menggandeng Sara ke tempat Anna dan Cheryl.
“nah, sekarang kita sudah sampai, maaf sudah menunggu.”
“ini siapa akio?” tanya anna.
“perkenalkan, ini Sara dan kelas 2E dan Sara ini Cheryl teman sekelasku, dan ini Anna dari kelas 2A.”
 “salam kenal.”
“salam kenal juga” jawab Anna dan Cheryl.
“kenapa tiba-tiba memperkenalkanku dengan teman-temanmu” bisik Sara
“tenang saja mereka orang baik kok” ucapku meyakinkan agar Sara tidak grogi.
“akio, ternyata kamu playboy ya, pertama Cheryl, kemudian aku setelah itu Sara terus gadis kelas mana lagi yang akan kamu incar?” ucap Anna.
“kalau ngomong jangan seenaknya bikin orang salah paham. Siapa yang playboy, atau jangan-jangan kamu menyukaiku ya?”
“hm...! siapa lagi yang suka denganmu. Suka juga pilih-pilih dan nggak mungkin sama laki-laki yang nggak bertanggungjawab sepertimu!”
“emang dia melakukan apa sama kamu?” tanya Sara.
“dia mau jadi pahlawan dengan menolongku tapi akhirnya justru aku yang menolongnya Aneh dan nggak bertanggungjawab bukan?”
“okey, kalau kamu seperti itu, selanjutnya kalau ada masalah yang menimpamu lagi aku nggak akan membantunmu.”
 “siapa juga yang meminta bantuanmu”
“sudah jangan ribut, kayak anak kecil saja!” bentak Cheryl.
“ngomong-ngomong kamu... Sara yang dapat peringkat 1 paralel berturut-turut selama 2 tahun ini bukan?” tanya anna.
“iya benar”
“wah… hebat sekali, bagimana sih caranya agar kamu dapat nilai sempurna terus menerus?”
“makanya belajar, jangan Cuma ngajak berantem!” ucapku.
“aku nggak nanya kamu!”
“aku cuman suka membaca makanya setiap ada pertanyaan hampir semua jawaban sudah ada dalam benak saya.”
“begitu ya, kapan-kapan ajari aku ya” pinta anna.
“iya!”
“terus ngomong-ngomong bagaimana kamu bisa berkenalan dengan laki-laki ini?” tanya Anna sambil menyindirku lagi.
“hei aku punya nama!”
“awalnya sih kami bertemu di perpustakaan”
“begitu ya, terus menurutmu dia bagaimana?” tanya anna.
“hei aku ada disini, kenapa sih yang dibahas cuman masalahku saja?”
“sudah orang luar diam saja!”
“tapi aku orang yang sedang kalian bahas!”
“menurutku… bagaimana ya menjelaskannya?”
“nggak usah malu-malu atau takut, anggap saja dia nggak ada disini.”
“Cheryl, bagaimana ini. bantuin aku, tolong jangan biiarkan Anna terus-menerus merusak harga diriku di depan Sara!”
“Cheryl, kamu nggak usah ikut campur! Ini demi keamanan kita semua” ucap anna.
“kamu dengar kan? Jadi maaf saat ini aku nggak bisa bantu kamu akio. Dan sebenarnya aku juga penasaran dengan pandangan orang lain terhadap kamu, jadi maaf ya.”
“ayo lanjutkan!” perintah Anna yang benar-benar membuatku terpojok.
“menurutku akio orangnya pemaksa dan selalu ikut campur masalah orang lain.”
“benar kan, makanya mulai sekarang kita harus berhati-hati dengan akio, soalnya dia sudah tertular virusnya Edward. Atau jangan-jangan, Edward seperti itu juga karena akio? Wah gawat ini” ucap Anna.
“hah, sekarang harga diriku tak ubahnya seperti virus. Tak berguna dan hanya menyakiti orang lain...” uapku menyerah untuk berargumen.
“tapi meski begitu, akio orangnya baik. Dia mau membantuku mencarikan jalan keluar untuk masalah yang selama ini aku alami dan tak bisa aku selesaikan. Dan lebih dari itu, dia adalah orang pertama yang benar-benar mau menjadi temanku. Jadi menurutku dia adalah orang yang bertanggung jawab.”
“hmm… begitu ya, sekarang bersyukurlah karena Sara sudah membantumu.”
“terima kasih Sara, terima kasih, berkatmu harga diriku bisa tertolong dihadapan perempua-perempuan ini!”
“ kalau begitu aku tarik kembali ucapanku kalau kamu adalah virus. Sekarang aku mengerti kalau kamu bukan virus, kamu adalah pengganggu.”
“itu sama saja anna!”
“hahaha…” tawa semua orang.
“mumpung masih jam istirahat bagaimana kalau kita makan dulu?” tawarku.
“iya benar aku juga sudah tidak bisa menahan rasa laparku.” Ucap Cheryl.
“kamu bilang seperti itu, terus mana makananmu?”
“oh iya aku lupa. Karena kamu tadi menarikku ke sini dengan paksa makanya aku lupa membawanya.”
“siapa suruh melamun, kan sudah kesepakatan kita kalau setiap jam istirahat kita akan berkumpul dan makan disini?”
“iya, iya aku tahu. Kalau begitu aku ambil dulu ya makananku dikelas.”
“aku juga mau ke kantin untuk membeli makanan.” Sahut Sara.
“sudah tidak ada waktu, karena beberapa menit lagi jam istirahat akan berakhir.” Ucap Anna.
“tenang saja, aku bawa lebih kok makanannya. Ayo silahkan!” ucap Cheryl.
“baiklah kalau begitu, ayo Sara kita makan.” Ucapku mengajak Sara.
Syukurlah rencanaku berjalan dengan lancar, dengan begini Sara mungkin akan mulai mengerti tentang bagaimana menyenangkannya memiliki teman yang bisa diajak melakukan berbagai macam hal bersama.
“bagaimana Sara?” tanya Cheryl.
“enak, aku suka.”
“syukurlah kalau kamu suka.”
“ngomong-ngomong apa yang akan kalian berdua tampilkan dalam sesi presentasi?” tanya Anna yang tiba-tiba membahas kompetisi pemilihan raja dan ratu perdamian.
“entahlah, karena aku terpilih bukan karena kehendaku, maka sampai saat ini aku belum ada bayangan tentang apa yang akan aku presentasikan.”
“maaf…”
“enggak, enggak, enggak… ini bukan salahmu Cheryl. Aku hanya belum ada bayangan saja jadi nggak perlu cemas.”
“kalau kamu Cheryl?” tanya anna.
“sama, belum ada bayangan. Karena terlalu fokus mengajukan akio agar jadi raja, aku sendiri tidak terlalu memikirkan apa yang akan aku lakukan jika aku yang jadi pasangan rajanya.’
“hah, kalian berdua? Waktunya singkat lho, cuman seminggu untuk mempersiapkan segala sesuatunya, dan  selanjutnya kalian harus siap apapun yang terjadi.”
“iya-iya kami tahu, kamu sendiri bagaimana, apa yang akan kelas kamu presentasikan nanti dalam kompetisi ini?”
“belum tahu.” 
“kalau begitu jangan tanya kami jika rencana kelasmu sendiri belum tahu!”
“apa salahnya kalau aku tanya, terus aku juga tidak ikut jadi mau tahu atau nggak itu terserah akulah, hehehe… maaf Cheryl, tapi kalimat tadi aku tunjukan untuk akio”
“tapi itu berlaku juga untuk Cheryl tahu!” jawabku.
“oh, begitu ya. Sorry!”
“jadi kalian berdua dicalonkan dalam pemilihan raja dan ratu perdaimaian ya, selamat ya?”
“hehe… bagaimana ya menjawabnya…. Sebenarnya, aku juga tidak tertarik untuk mengikutinya, tapi mau bagaimana lagi satu kelas sudah memilihku” ucapku yang memang bingung harus berbuat apa.
“jangan besar kepala, baru dipercaya kelas saja sudah sombong!” ucap Anna yang lagi-lagi perkatannya begitu menusuk.
“siapa yang sombong?”
“tadi apa, kalau bukan sombong?”
“terus aku harus merespon seperti apa”
“sudah, nggak usah ribut! Dari tadi nggak ada habis-habisnya mempermasalahkan hal sepele.”
“iya, kenapa sih dari tadi kamu ingin ngajak berantem terus? Ada masalah apa sama aku.”
“nggak ada apa-apa, cuman ingin tau saja bagaimana reaksi kamu saat marah”
“sekarang aku sudah benar-benar marah, puas!”
“hehehe…”
“ngomong-ngomong benar juga kata anna, apa yang akan kita presentasikan nanti akio?” tanya Cheryl.
“entahlah, tapi yang pasti ini bukan Cuma tugas kita berdua saja, ini juga tugas kelas kita. Jadi, kalau mau membahasnya sebaiknya kita bahas nanti bersama teman-teman yang lainnya.”
“baiklah kalau kamu seperti itu.” Jawab Cheryl.  
 Tak terasa bel tanda jam istirahat telah berbunyi. Perbincangan kami berempat pun akhirnya berakhir.
“kalau begitu kita berpisah dulu ya, besok kita bertemu lagi disini di jam yang sama pula.” Ucap Cheryl mengakhiri.
“okey.”
“kamu juga Sara?” ucapku.
“aku?”
“iya, karena kamu mulai sekarang adalah teman kami, jadi kamu harus ikut kami juga.” Sahut anna.
“terus terima kasih juga anna, berkatmu kesalahpahaman diantara aku dan akio akhirnya selesai dengan cepat.”
“iya nggak apa-apa. Kalau begitu sampai besok ya?” ucap Anna mengakhiri pertemuan saat itu.
Kini aku pun tengah berjalan bersama Cheryl. Dan karena kesalahpaman tadi , rasanya aku agak canggung juga untuk berbicara dengannya.
“semakin meriah juga kelompok kita ya?” ucap Cheryl memecah kekhawatiranku..
“iya…”
“terus begini, mmm… karena beberapa minggu ini kita akan bekerja sama terus-menerus, jadi mohon kejasamanya ya?”
“sama, aku juga… dan .  aku juga minta maaf untuk yang tadi.”

“nggak apa-apa kok, lagian itu kan Cuma kesalahpahaman saja, jadi nggak usah kamu pikirkan lagi.”
***

bersambung



Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments