Chapter 9 : Sama seperti biasa
“terimakasih ya sudah mau
menerima ajakanku.”
“iya sama-sama, tapi ingat
ya, kamu juga harus mengajak mereka berdua?”
“iya, tenang saja… sudah
dulu ya, soalnya sudah masuk nih.”
“iya”
Sebaiknya aku juga harus
bergegas.
“kamu dari mana sih?” Tanya
Cheryl yang tampak marah terhadap saya.
“memang kenapa?”
“dari tadi aku sudah
menunggu di tempat biasa, kenapa kamu dan anna tidak datang? Katanya sebentar?”
Bagaimana aku harus
menjelaskannya?
“kok diam, ayo jawab, Ada
apa sih?” Tanya Cheryl.
“nggak ada apa-apa kok, dan
maaf kami tadi sibuk sekali jadi nggak bisa datang ke sana.” Jawabku agak
tergagap karena bingung.
“ehem...!
permisi? Bisakah yang disana kembali ke tempat duduk masing-masing.”
“maaf
pak!” jawabku yang kemudian duduk.
“hei...
hei.. akio...” samar samar aku mendengar bisikan seseorang memanggilku.
Aku
pun melihat ke setiap samping tempat duduk aku.
“hei...
disini?”
“apa
sih edward?” jawabku berbisik.
“tadi
habis dari mana?”
“dari
mana? Ya tentu saja masih di sekolah. Emang aku habis dari mana?”
“bukan
itu, maksudku kamu tadi diajak sama anna kemana?”
“itu
bukan urusanmu edward.”
“tentu
saja itu menjadi urusanku, sebab kamu adalah aset berhargaku.”
“jangan
seenaknya menjadikan orang lain sebagai asetmu. Aku bukan benda aku manusia.”
“iya
aku tahu kamu manusia. Jadi kamu diajak kemana?”
“nanti
kamu juga tahu...” jawabku.
“kenapa,
kan yang diajak kamu? Mungkinkah... kamu sudah ditembak dia”
“bukan!
Makanya jadi manusia jangan hanya memikirkan pasangan saja.”
“ya
mau bagaimana lagi, aku juga manusia yang ingin merasakan cinta.”
“ya
aku juga tahu, tapi nggak perlu seperti itu juga.”
“terus
apa, kalau dia nggak menembak kamu.”
“aku
nggak bisa memberitahukannya, tapi yang pasti dia juga akan mengajakmu juga.”
“serius!”
teriaknya.
“yang
dibelakang tolong jangan ribut!” bentak pak rendy yang tengah mengajar.
“iya
maaf pak.” Jawab edward. “serius, dia mau mengajak aku juga?” bisiknya lagi.
“iya”
“akhirnya
setelah sekian lama aku melakukan riset bersama club jones, tiba juga saatnya
untuk aku praktekan hasil kerja keras ku ini.” Ucapnya yang terlihat begitu
bahagia.
“jadi
kapan dia akan mengajakku akio?”
“aku
juga tidak terlalu tahu kapan tapi yang pasti dia akan mengajakmu.” Jawabku
yang memang tidak tau.
***
Lagi-lagi
hari berlalu begitu cepat, tak terasa jam sekolahku untuk hari ini telah
berakhir. Kini aku, cheryl dan edward terngah berbincang-bicang didalam kelas
yang telah kosong karena sekolah telah berakhir.
“hey,
bener tadi kamu nggak ada apa-apa sama anna?”
“iya
bener aku nggak ada apa-apa?”
“terus
kenapa lama?” ucap cheryl yang masih tidak percaya.
“iya
benar, aku juga tidak percaya kalau kamu nggak ada apa-apa sama anna?” tambah
edward.
“kenapa
masih nggak percaya sih? Aku serius nggak ada apa-apa dan lagian kita juga
nggak ada hubungan apa-apa kenapa kamu jadi ikut seperti edward?”
“ya
soalnya....”
“permisi...”
“oh,
kebetulan ada orangnya, anna tadi pagi kita nggak ada apa-apa kan?”
“iya,
memang ada apa sih?”
“mereka
berdua nggak percaya dengan apa yang aku katakan.”
“syukurlah kamu
belum pulang Edward” ucap anna yang justru tak merespon
perkataanku.
“mungkinkah ini
saatnya akio?” ucap Edward berbisik setelah menarikku.
”iya, inilah
saatnya”
“tapi kenapa
kamu nggak bilang kalau hari ini?” bisiknya lagi.
“mana aku tahu,
terus kalau aku tahu hari ini memang kamu mau ngapain?”
“ye tentu saja
aku akan menyiapan segala sesuatunya.”
“permisi,
Edward?”
“iya anna ada
apa?”
“begini, hari
ini kamu ada kegiatan nggak?” Tanya anna.
“nggak ada sih,
memang ada apa sih?” jawab Edward yang terlihat begitu berharap.
“ada sesuatu
yang ingin aku sampaikan terhadap kamu?”
“apa?” jawab
Edward.
“tapi aku tidak
bisa mengatakannya disini, jadi aku ingin kamu ikut denganku ke suatu tempat”
jawab anna.
Waaaah, kenapa
anna ngomongnya seperti itu, aku yakin saat ini Edward sedang membayangkan
sesuatu yang tidak-tidak. Tapi terserahlah, aku harap apa yang dibayangkannya
saat ini tidak akan membuat hatinya nanti terluka. Ya semoga saja.
“baikalah, aku
akan ikut.”
“syukurlah…”
“jadi kapan kita
akan berangkat anna?”
“sekarang saja,
soalnya aku juga takut nanti pulangnya terlalu sore.”
“baiklah, ayo!”
“tapi tunggu
sebentar, ada satu hal lagi yang ingin aku katakan” ucap anna menghentikan
Edward.
“begini, aku
juga ingin mengajak Cheryl ”
“heh!” ucap Edward tercengang.
“kamu mau kan
ikut dengan kami?” ucap anna mengajak Cheryl.
“aku mau tapi
kalau akio juga diajak.” Jawab Cheryl.
“kalu begitu
kamu juga ikut ya?”
Kenapa aku juga
dibawa-bawa “tapi kan…?” jawabku.
“ayo ikut saja!”
ucap anna dengan nada menekan.
“baiklah aku
akan ikut”
“nah, begitu dong”
“ayo!”
“hei, kenapa jadi seperti ini?” bisik edward ke
telingaku.
“aku juga nggak tahu.”
“kalau akhirnya seperti ini lagi, sama saja seperti
biasanya dong.” Gumam edward yang berjalan disampingku.
“terima saja.” Jawabku.
Kami pun terus berjalan,
setapak demi setapak jalan kami lewati hingga akhirnya sampai di sebuah
restoran yang dulu aku dan Cheryl masuki untuk mengintai mira.
“kita sudah sampai, ayo kita
cari tempat duduk yang nyaman.” Ucap anna mempersilahkan kami.
“bagaimana kalau di situ
saja.” Saran Cheryl.
“ada apa sih, kok kita
kesini lagi?” Tanya Edward penasaran.
“nggak ada apa-apa sih, ayo
silahkan pesan makanan yang kalian suka?”
“beneran nih, aku boleh
memesan?” Tanya Edward yang tampaknya sudah tak peduli lagi dengan urusan
sebelumnya.
“hari ini aku yang traktir.”
‘wah, terimakasih ya anna,
kalau begitu aku akan memesan.”
“hey, jangan bikin malu.”
Kataku.
“iya-iya aku tahu” jawab
Edward.
“ngomong-ngomong ada apa
sih, tidak seperti biasanya samapi repot-repot membawa kita kesini?” Tanya
Cheryl.
“nggak ada apa-apa kok, aku
Cuma mau berterimakasih saja sama kalian, karena berkat bantuan dari kalian
semua kini akhirnya keluargaku kembali seperti keluarga pada umumnya.”
“itulah gunanya teman,
saling membantu disaat ada masalah maupun dalam kesenangan.”
“meskipun itu hanya untuk
cewek kan?”
“jangan begitu akio, begini
begini aku tipe manusia yang setia kawan lho..”
“hahaha... iya-iya, ayo silahkan pesan makanannya!” ucap anna tersenyum.
***
‘cinta adalah suatu perasaan
yang dapat menghasilkan perasaan lain seperti, sakit, senang, bahagia, iri bahkan hingga dendam. Cinta adalah satu
kata yang memiliki definisi yang sangat luas tergantung seseorang memandang
perasaan cinta tersebut. Karena pada hakikatnya cinta tak ubahnya sebuah
kehidupan atau bahkan ada beberapa filosofi yang mengatakan kalau sebuah
kehidupan lahir berawal dari adanya cinta itu sendiri.
Ada cinta harta yang mana
harta adalah sesuatu yang lebih sempurna atau bisa dikatakan manusia itu akan
merasa hidupnya sempurna jika memiliki banyak harta, ada cinta kekuasaan yang
mana kekuasaan akan menjadi segalanya bagi orang tersebut, ada cinta kepada
sesama yang mana ia akan selalu lebih memperhatikan sekitarnya ketimbang
dirinya sendiri, karena dengan begitu ia akan merasa hidup, dan masih banyak
lagi cinta cinta yang lainnya yang mungkin akan berakibat baik atau juga buruk
untuk mereka yang mencintai sesuatu.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa cinta memiliki banyak arti tergantung bagaimana sudut pandang orang
tersebut melihat, merasakan, atau bahkan memaknai arti kata cinta…’ hah, aku benar-benar tidak mengerti dengan
apa yang dikatakan oleh buku ini.
Semakin aku coba memahaminya
semakin bingung aku dibuatnya. “Sebenarnya apa sih itu cinta?”
“heeeee... jadi kamu tidak
tahu apa itu cinta ya?”
“sejak kapan kamu disini
cheryl?” ucapku yang kaget dibuatnya.
“sekitar 10 menitan.”
“lumayan lama juga
ya, tapi kenapa aku tidak
menyadarinya”
“masalahnya telinga kamu…”
jawab Cheryl.
“oh maaf, aku memang suka
mendenagrkan lagu lewat headset saat sedang membaca seperti ini.”
“nggak apa-apa kok.
ngomong-ngomong kamu sedang menunggu siapa, duduk sendirian di taman?”
“aku tidak sedang menunggu
siapa siapa, aku cuman mau mencari suasana segar saja.”
“oh begitu ya?”
“kalau kamu sendiri
bagaimana Cheryl?”
“sama, cuman sekedar mencari
suasana baru. Soalnya bosan juga jika cuman duduk-duduk saja di dalam apartemen
sendirian.”
“oh, begitu ya”
“ngomong-ngomong, tidak
biasanya kamu baca buku sepert itu? Sedang jatuh cinta ya sama seseorang?”
“nggak, cuman penasaran
saja.”
“oh... cinta ya? Bagi saya,
cinta itu menyenangkan.”
“kok bisa, kenapa?”
“coba banyangkan saja,
setelah sekian lama berpisah, kini bersama lagi dengan seseorang yang kamu
sayangi. Bukankah menyenangkan? Memang ada kalanya aku merasa marah, tapi hal
itu kembali menjadi menyenangkan ketika aku mengingatnya kembali disaat-saat
seperti ini”
“aku tebak itu adalah orang
yang sedang kamu cari?”
“100!”
“jadi kamu sudah
menemukannya ya? Dimana orangnya, dan kapan kamu bertemu dengan dia?” tanyaku
penasaran.
“rahasia!”
“ayolah, perkenalkan dengan
saya? aku juga penasaran dengan orang tersebut yang sudah membuatmu pergi jauh
dari dari Negara asalmu hanya untuk bertemu dengan dia?”
“nggak bisa dan nggak akan
pernah.”
“ngomong-ngomong sudah jam
segini, sebaiknya ayo kita pulang.” Ajakku.
“iya, Dan kalau tidak salah
besok kita ada ulangan kan?” tanya Cheryl.
“iya, kamu sudah belajat?”
“sudahlah, dan mana mungkin
malam-malam begini aku keluar rumah jika pekerjaanku sendiri belum aku
selesaikan.”
“iya juga ya?”
***
Kini aku sudah berada
disamping ruang perpus. sesuai janji kemarin, kali ini aku ingin menanyakan beberapa
hal kecil kepada sara mengenai sekolah ini sekaligus alasan mengapa ia
ditempatkan di kelas yang terpisah dengan siswa lainnya disekolah ini. Tidak
ada alasan spesial mengapa aku ingin menanyakan hal ini, hanya saja apa yang
terjadi dengan sara mengingatkan aku dengan masa lalu yang seharusnya kini
menjadi sebuah kenangan indah. Kini aku memang sudah tidak mempermasalahkannya
lagi, karena dengan adanya peristiwa itu dunia mau berbicara dan memutuskan
untuk berdamai. Sekalipun hal tersebut cukup membuat hidup keluargaku menderita
dalam senyum untuk waktu yang lama.
Seiring berjalannya waktu
luka itu sudah sembuh, kini aku memandanganya sebagai sesuatu yang indah.
Karena berkatnya kini aku bisa hidup dengan bebas tanpa harus takut adanya
peluru yang menyasar ke segala tempat, tanpa adanya darah yang berceceran
ataupun tangis karena kehilangan. Aku senang dan aku bangga dengan
kepergiannya. Namun, aku tidak akan bisa menerima jika sesuatu yang telah ia
bangun dengan nyawanya sendiri harus diubah menjadi awal adanya suatu
kecemburuan yang mungkin bisa menumbuhkan luka lama.
“hey, akio… akio..?”
“oh, maaf.”
“melamun terus, ada apa
sih?” Tanya sara yang rupanya sudah berada disamping saya.
“nggak ada apa-apa kok?”
“maaf,
lama ya menunggunya?”
“nggak
kok.”
“sambil ngobrol ayo masuk” ajaknya masuk ke dalam
kelas.
“wah, kelas apa ini, banyak
sekali peralatannya?”
“ini adalah lab sekaligus
ruang kelasku, disinilah aku belajar dan melakukan banyak penelitian.”
“oh, begitu ya?” jawabku.
”ngomong-ngomong kemarin kamu mau tanya apa?”
“hampir lupa aku. emm, bagaimana ya.
Begini, sebelumnya maaf bukannya aku mau ikut campur, tapi aku hanya penasaran
saja. Jadi jika kamu berkenan menjawab pertanyaanku ini tolong jawablah, namun jika
kamu tidak mau tentu saja aku tidak memaksa.” Kataku memperjelas sebelum aku
menyinggung masalah sebenarnya.
“jadi,
apa pertanyaanmu?”
“mengapa
siswa di kelas ini hanya kamu seorang, dan bukannya kelas 2E bukan disini?”
“masalahkah
buat kamu?”
“tidak
sih, hanya saja aku merasa kamu dibedakan dengan siswa lain. Dan disisi lain
dengan adanya ini bukankah kamu akan susah mendapatkan teman?”
“ini
memang permintaanku terhadap sekolah, dan sebagai gantinya aku akan berusaha
semampu saya untuk mendapatkan peringkat pertama di sekolah ini.”
“kenapa?” tanyaku.
“aku
hanya lebih suka sendiri saja?”
“alasannya?”
“alasannya
karena dengan demikian aku tidak akan menyusahkan orang lain.”
“tapi
kenapa?”
“ya itu bukan urusanmu… Masih ada yang
mau ditanyakan lagi?”
Bagaimana
ini, apakah saya sudah membuatnya marah, Kenapa nada bicaranya berbeda dengan
saat pertama kali aku berjumpa dengannya? “lalu, maukah kamu menjadi teman
saya?”
“hah?”
“kenapa
hah? Aku hanya ingin menjadi teman kamu, apa ada yang salah?”
“aneh,
aneh kamu!” jawab sara.
“apanya
yang aneh?”
“kamu
bilang kalau kamu ingin menjadi temanku setelah kamu menginterogasiku, bukankah aneh, bagaimana
kalau sebelumnya aku menjawab aku seorang pembunuh, apakah kamu masih ingin
menjadi temanku?”
“bukan
begitu, hanya saja apa
yang terjadi dengan kamu membuatku teringat dengan masa lalu dan membuatku
berfikir negatif dengan sekolah ini... luka akibat perang masih tersisa hingga
kini, meski demikian semuanya bertekad untuk mengubah masa depan menjadi lebih
baik. Namun, jika sekolah ini yang menjadi lambang perdamaian itu sendiri
justru melakukan tindakan membeda-bedakan terhadap siswanya, bukankah sama saja
menciptakan kecemburuan yang mungkin bisa memicu perpecahan?” ucapku
memperjelas.
“maaf sudah berprasangka
buruk terhadapmu... Namun. ini bukan keputusan dari sekolah. Ini adalah
keputusanku sejak pertama kali aku mendaftar ke sekolah ini… ayahku adalah
seorang jenderal
akatan darat dari utopia,
karena pekerjaan ayah saya yang seperti itu mau tidak mau kami pun ikut
kemanapun ia akan ditugaskan, saat itu hanya itulah pilihan yang dimiliki olah
orang tua saya. Dimana-mana ada perang, dimana-mana ada kematian dan tidak ada
tempat yang aman untuk kami berlindung. Tumpukan mayat, bau darah, orang-orang
yang kelaparan serta semua hal yang dihasilkan dari perang sudah menjadi hal
biasa untuk saya lihat. Namun, tak ubahnya seperti kutukan, peristiwa itu pun
menghampiri keluarga saya hingga sampai pada saatnya dimana aku bisa kembali
manjadi manusia normal lantaran perdamaian yang aku inginkan telah datang, aku
justru tak mampu untuk berhadapan dengan dunia luar. Aku takut untuk membaur
dengan masyarakat, aku takut untuk menjalin pertemanan dan aku takut untuk
hidup bersosial”
“apa yang kamu takutkan?
Bukankah ini yang sudah kamu harapkan, bukankah tadi kamu menginginkan
kehidupan seperti ini?”
“memang benar inilah
kehidupan yang aku inginkan… hanya saja, ketika aku mencoba untuk menikmatnya
selalu saja kalimat itu menghapiri otakku. Sebuah kalimat yang tidak bisa aku
lupakan namun ingin aku lupakan.”
***
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments