Chapter 8 : Pasangan
Kami pun terus berjalan menuju ke rumah kami
masing-masing.
“ward, kita berpisah disini ya?”
‘kenapa, kan kita satu arah?”
“aku mau nganter cheryl pulang dulu.”
“kenapa nggak bareng saja? Oh maaf, sebaiknya aku
nggak usah mengganggu. Baiklah kalau begitu kita berpisah disini. Bye, sampai
besok ya?”
“iya. Ayo cheryl.”
“Tidak seperti biasanya?” ucap cheryl.
“maksudmu?”
“oh, maksudku tidak seperti biasanya edward tidak
menggangu kita, biasanya kan kalau salah satu dari kita bilang seperti tadi dia
langsung ikut.”
“iya juga ya. Tapi biarlah, mungkin ada yang lebih
penting dari pada mengikuti kita” kataku.
“ngomongin edward, sedari aku mengenalnya, aku masih
penasaran dengan satu hal mengenai apa yang dilakukan edward.”
“apa itu?” tanyaku.
“aku penasaran dengan organisasi yang sering
dibicarakan oleh edward
dengan kamu.”
“oh.... itu ya. Aku sarankan sebaiknya kamu nggak
usah tahu tentang informasi tersebut?
“kenapa? Memang berbahaya ya?”
“benar-benar berbahaya, jika kamu mengetahuinya maka
hidup kamu akan berubah 180 derajat.”
“emang informasi apa sih? Kasih tau dong?”
“sebaiknya
nggak usah?’
“kenapa?”
“bener nggak apa-apa?” tanyaku memperingatkan
“iya”
“serius?” tanyaku mengulang.
“iya, aku serius.”
“kamu akan menerimanya?”
“iya-iya, cepat, nggak usah banyak basa basi.”
“baiklah kalau kamu memaksa, sebenarnya...”
“iya-iya”
“sebenarnya organisasi yang edward ikuti adalah
perserikatan jones.”
“apa! Jones,
maksudnya jones (minus singles) yang itu?” ucapnya tercengang.
“iya, jomblo ngenes (minus singles)”
“nggak salah dengar nih aku?” ucapnya sambil menahan
tawa.
“iya aku serius”
“terus kenapa bisa mengubah hidup seseorang,
bukankah itu agak berlebihan?”
“memang benar kalau pertama kali mendengar hal ini
akan berfikir berlebihan. Tapi itulah yang sebenarnya?”
“contohnya?”
“contohnya… hmmm, bagaimana ya menjelaskannya? Oh begini saja! Edward dan
organisasinya selalu mencari informasi mengenai bagaimana dan seperti apa itu
hubungan percintaan. Yang mana setiap disitu ada laki-laki dan perempuan yang
sedang berinteraksi atau cukup dekat maka disitulah ia akan bersarang sekalipun
mereka bukan berstatus pacaran atau sesuatu yang lebih tinggi lagi.”
“terus
kalau mereka sudah mendapat informasi, apa yang akan mereka lakukan?” Tanya
Cheryl yang terlihat semakin penasaran.
“tentu saja
mereka akan memilah informasi tersebut dan setelah itu akan mereka jadikan
tuntunan untuk mendapatkan pasangan seperti yang mereka inginkan, begitulah
yang Edward jelaskan saat aku bertanya.” Ucapku memperjelas.
“hmmm, begitu
ya, terus dimana letak bahayanya? Bukankah itu wajar sebagai manusia yang
selalu berusaha dan belajar dari sekitarnya jika menginginkan sesuatu.”
“memang benar,
tapi kamu lihat
sendiri kan bagaimana dia terus mengikuti aku, setiap aku bersama dengan
perempuan maka di situlah dia akan muncul terutama saat bersama kamu.”
“mungkin Edward
menganggap kita sebagai pasangan?”
“hah...” kata ku
tercengang mendengar Cheryl berbicara seperti itu.
“ee.. bukan!
Maksudku… mungkin karena kamu teman baiknya jadi dia mengikuti kamu.”
“tapi bukan berarti harus ikut campur dengan urusan
pribadiku.”
Tak terasa perjalanan dengan cheryl harus berakhir
untuk malam ini.
“akhirnya sampai juga, terima kasih ya sudah mengantarku
sampai depan rumah.”
“iya, nggak apa-apa kok. Kalau begitu sampai besok
ya?”
“iya.. bye!”
Setelah mengantar cheryl sampai di depan
apartemennya, aku pun memutuskan
untuk
langsung pulang ke rumah.
“pasangan ya?”
apa mungkin aku akan bisa memahami cinta jika aku menjadi pacarnya? Tapi
bagaimana aku melakukannya, dan aku sendiri pun masih tidak tahu apa itu cinta.
Masa aku harus menyatakannya hanya demi sebuah informasi? Biarlah… hari ini
sudah cukup melelahkan, sebaiknya aku tidur saja.
***
“syukurlah,
masih tersisa waktu sebelum jam pertama masuk.” Gara-gara semalam teringat
dengan kata-kata Cheryl, semalaman aku dibuat pusing dan akhirnya aku
bener-benar tidak bisa tidur.
Padahal sih
bukan kata-kata mutiara atau pesan, tapi lebih mengarah ke susuatu yang sepele.
Namun, ketika aku teringat kembali dengan misi yang sedang aku jalani sekarang.
Rasanya ada sesuatu yang akhirnya membuatku menjadi bimbang.
Tapi apapun itu,
sebaiknya aku tetap terus melanjutkan misi ini, karena aku yakin jika aku
mengetahui arti sebenarnya dari sebuah cinta mungkin akan ada perubahan besar
yang akan terjadi dsekitar saya. Baiklah, sekarang waktunya mencari bahan yang
relevan untuk aku jadikan tuntunan.
Hampir lupa,
saat ini aku sedang berada di perpustakaan. yah meskipun tadi hampir terlambat,
namun bukannya aku langsung masuk kedalam kelas tapi aku justru mampir ke
perpus. Namun, ini juga ada alasannya. Masalahnya ada buku yang seharusnya aku
bawa namun tertinggal saat aku tergesa-gesa ke sekolah. Makanya sekarang aku
sempatkan untuk meminjamnya di perpus.
“mana ya,
bukunya. Seharusnya ada disekitar sini…”
‘brakk,’ tanpa
sengaja aku menabarak seseorang.
“maaf, maaf,
kamu nggak apa-apa kan?” ucapku meminta maaf. Siapa gadis ini, rasanya aku baru pertama kali bertemu dengannya.
“iya nggak
apa-apa kok.”
“wah, banyak
banget buku yang kamu bawa?”
“iya, aku sudah
selesai membacanya. Jadi sekarang aku mau mengembalikannya.” Jawab gadis
tersebut.
“semuanya?”
“iya, memang
kenapa?”
“nggak apa-apa
sih, hanya jarang sekali aku melihat orang yang bisa membaca
buku-buku setebal ini sampai tuntas.”
“aku bantu ya?”
usulku.
“nggak usah, aku
bisa sendiri.”
“nggak apa-apa,
lagian juga aku yang sudah menabrak kamu jadi tolong biarkan aku menebus
kesalahanku.”
“baiklah kalau
kamu memaksa.”
“ngomong-ngomong
siapa nama kamu, kok rasanya aku jarang melihatmu atau lebih tepatnya baru
melihatmu di sekolah ini. Murid pindahan ya?”
“bukan.”
“tapi kenapa aku
baru melihatmu?”
“ namaku angela
sara dan aku seangkatan dengan kamu”
“tunggu
sebentar, angela sara, angela sara... mungkinkah kamu siswa yang mendapat
peringkat satu namun tak pernah muncul ke podium saat pemberian piagam?”
“iya, namun aku
tidak bermaksud sombong atau bagaimana, hanya saja situasi saat itu memang
mengharuskan saya untuk tidak menghadiri acara tersebut.” Jawab angel yang
terlihat agak ketakutan.
“nggak apa-apa
kok, lagian aku juga tidak mempermasalahkannya. Oh iya, perkenalkan, namaku
akio ahsan dari kelas 2A.”
“salam kenal”
ucapnya.
“ngomong-ngomong
ini mau ditaruh dimana?”
“disini”
“baiklah, yap,
selesai.”
Bel tanda masuk
pun berdenting mengingatkanku dengan sesuatu yang begitu penting.
“waduh, sudah
masuk ya, bagaimana ini?”
“ada apa sih?”
“buku modul seni
saya tertinggal dirumah karena tadi aku berangkat dengan tergesa-gesa takut
terlambat, makanya aku kesini mau meminjanya. Tapi aku cari kemana-mana tidak
ada, bagaimana ini ya?”
“kebetulan aku
membawanya, kalau kamu tidak keberatan, aku bisa meminjamkannya kok”
“serius, tapi
kamu sendiri bagaimana?”
“nggak apa-apa
kok, lagian pelajarannya dimulai jam ke 5 sehabis istirahat nanti.”
“baiklah, kalau
begitu aku pinjam dulu ya. Ngomong-ngomong kamu kelas apa?”
“aku kelas 2E.”
“2E ya, kalau
begitu nanti saat jam istirahat akan aku kembalikan.”
“iya,”
“pak aris pasti
hampir sampai dikelas, sudah dulu ya, dan terima kasih bukunya.: ucapku sambil
berlari keluar.
***
Bel tanda
istirahat telah berbunyi. Syukurlah jam pertama saya tertolong oleh buku ini.
Sekarang sebaiknya aku kembalikan saja.
“akio kamu punya
waktu sebentar nggak?”
“ada apa anna?”
“ikut aku
sebentar yuk, ada sesuatu yang ingin aku tunjukan kepada kamu?” ajak anna
menarik tanganku.
“ta, tapi aku…”
“ayo ikut saja,
Cheryl, akio aku pinjam dulu ya?” ucap anna sambil
menarik tanganku.
“hah, kenapa
ijinnya ke aku?”
“kita mau kemana
sih?” tanyaku yang memang penasaran dengan tingkah anna yang mendadak seperti
ini.
“nanti kamu juga
tahu, ayo ikut aku saja.”
“kalau begitu,
ijinkan aku mengembalikan buku ini dulu.”
“baiklah, tapi selanjutnya kamu harus ikut aku
ya?”
“siap.”
Setelah aku
berkata seperti itu, anna terus menarikku kesana kemari. Entah apa yang akan
dia lakukan terhadap saya, tapi semoga saja aku tidak membuat kesalahan.
“sudah sampai…
ayo, sekarang kembalikan bukunya?” ucap anna.
‘buku apa?”
“katanya tadi
mau mengembalikan buku, sekarang kita sudah sampai di perpus. Jadi silahkan
kembalikan bukunya.”
“tapi aku
meminjamnya bukan disini…”
“terus kemana?”
“makanya jangan
asal tarik saja, ayo ikut aku?” ucapku.
***
“nah, kita sudah
sampai”
“2E?”
ucap anna yang terlihat penasaran.
“tunggu sebentar
ya?”
“maaf, sara-nya
ada?” tanyaku ke salah satu siswi yang ada di dalam
kelas.
“sara? Dia
kelasnya tidak disini.”
“tapi tadi pagi
dia bilangnya ada di kelas ini, kelas 2E”
“memang benar
dia siswi kelas 2E, namun yang dia maksud adalah kelasnya sendiri bukan kelas
ini”
“memang kelas 2E
ada berapa?” tanyaku karena bingung.
“pada dasarnya
Cuma ada satu, namun entah karena alasan tertentu dia harus tinggal di kelas
yang berbeda dengan kita.”
“memang kenapa?”
“kami juga tidak
tahu alasannya?”
“terus, dimana
kelasnya?”
“kalau kelasnya ada disamping kanan ruang perpustakaan.”
“kalau begitu
terimakasih atas informasinya?” ucap ku berpamitan.
“sama-sama.”
“bagaimana,
sudah kamu kembalikan bukunya?” Tanya anna.
“kelasnya bukan
disini/”
“lho, kenapa?”
“nanti akan aku
ceritakan, ayo!” ajakku.
“hey, kenapa
kita kembali lagi ketempat ini, katanya bukan di perpustakaan? Tapi…”
“emmm, kalau
tidak salah sebelah kanan perpus. Mungkin ini tempatnya?”
“kenapa kita
kesini? Bukankah ini ruangan bukan unuk umum?”
“permisi, ini
saya akio, yang tadi pagi meminjam buku kamu. Sekarang aku mau mengembalikannya.”
“maaf, sekarang
aku sedang sibuk, bisakah kamu titipkan ke perpus saja?” jawab sara yang
rupanya memang ada di dakan ruangan itu.
“baiklah, akan
aku titipkan ke perpus, tapi sebelumnya bisakah kita bicara? Ada sesuatu yang
ingin aku ketahui dari kamu?”
“tapi sekarang
aku sedang sibuk” jawabnya dari dalam ruangan.
“kapan-kapan
juga boleh.”
“kalau begitu,
bagaimana kalau besok sebelum jam pelajaran masuk?”
“baiklah kalau
itu mau kamu. Dimana kita bisa bertemu?”
“disini?”
“okey, sampai
besok ya, dan terima kasih bukunya.”
“ayo anna!”
ajakku.
Setelah aku
menitipkan buku yang aku pijam dari sara, aku pun kini melanjutkan perjalannan
menuju tempat yang anna inginkan.
“akio tadi
siapa?”
“oh, tadi sara
dari kelas 2E?”
“sara? Maksudmu
angela sara yang mendapat peringkat 1?”
“iya, kenapa dia
ada di ruang itu?”
“entahlah aku
juga ingin tahu, tapi yang pasti itu adalah ruang kelasnya.”
“hah?”
“yang lebih
penting kita mau kemana ini?” tanyaku.
“hampir lupa,
ayo! Semoga saja masih ada waktu.”
Anna pun
menyuruhku berlari.
“syukurlah masih
ada waktu, ayo, silahkan duduk!”
“kenapa kita ke
kantin?”
“pesanlah apa
yang kamu inginkan.”
“maksudnya?”
tanyaku yang semakin tidak jelas.
“ini sebagai
rasa terimakasih dari saya karena berkat rencanamu itu sekarang keluarga saya
sudah kembali seperti dulu.”
“tapi kenapa
cuma saya, Cheryl kan juga ikut membantu dan Edward pun ikut membantu juga
meskipun dia hampir membuat semua rencana kita hancur.”
“memang benar,
makanya nanti setelah ini aku juga mau melakukan sesuatu kepada mereka seperti
yang aku lakukan saat ini dengan kamu.”
“kenapa tidak
bersama-sama saja?”
“salah ya jika hanya berdua saja dengan kamu?”
“tidak sih,
tapi?”
“atau
jangan-jangan kamu takut nanti Cheryl cemburu ya?”
“hah? Kenapa
kamu ngomong seperti itu, kita nggak…”
“ya sudah, kalau
begitu terima saja tawaranku ini, toh aku Cuma
mau mrntraktir kamu bukan mau melakukan sesuatu.”
“iya, iya aku
terima!”
“nah, begitu
dong!”
“tapi ingat ya
kamu juga harus melakukan hal yang sama kepada mereka berdua seperti yang kamu
lakukan terhadap saya/”
“tenang saja,
aku janji kok.” Kata anna.
“soalnya aku
tidak suka melihat orang yang membeda-bedakan…”
“iya, iya… ayo,
silahkan pesan makanannya”
***
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments