Chapter 7 : hari
bersejarah untuk mira
Akhirnya hari
yang ditunggu-tunggu telah datang. Kini aku, Cheryl, dan Anna pun tengah menuju ke suatu restoran yang sengaja
kita pesan untuk pesta ... “hei akio, kita mau kemana sih?” Tanya Edward memotong
narasi yang tengah aku baca dalam hati.
Lebih baik narasinya aku ulangi saja,
Akhirnya hari
yang ditunggu-tunggu telah datang. Kini aku, Cheryl, dan Anna pun tengah menuju ke suatu restoran
untuk mengambil kue yang kita pesan untuk pesta ulang tahun Mira.
“woy, ditanya kok malah dicuekin”
“eh...,
kita mau ke restoran.”
“wah, emang ada
apa sih menang lotre ya, atau kamu sudah dapat?”
“maksudnya?”
“itu, ‘pacar..’”
bisiknya.
“ada apa sih,
kok bisik-bisik bicaranya?”
“oh.., nggak ada
apa-apa kok?”
“bener nggak ada
apa-apa?”
“iya Cheryl.”
Jawabku.
“ayo, jangan
becanda terus nanti kita telat” ujar anna memotong pembicaraan kita.
“iya, dan
lagian, kenapa kamu mengikuti kami sih edward?”
“jahat banget
sih kamu, padahal kita kan sahabat.”
“sudah, nggak
usah ngulang yang dulu dulu, nanti harga diriku hancur lagi.”
“lha itu
nyadar.” Jawabnya dengan sok.
Nih, anak semakin
hari kalau bicara denganku bukan tambah nyambung tapi tambah emosi “ehem,
baiklah… memangnya kamu nggak ada urusan lain lagi apa, selain mengikuti kami. Misalnya seperti organisasi
sesatmu itu atau urusan penting lainya?”
“ini sedang aku
lakukan.”
“maksudnya?”
“ya mengikuti
kalian.”
“pentingkah
urusanmu itu?”
“tentu saja
penting, karena ini demi keseimbangan dunia.”
“maksudnya, dan
kenapa kamu bawa-bawa dunia? Kamu nggak berencana memicu perang lagi kan?”
tanyaku yang semakin tidak mengerti dengan jalan pikirannya Edward.
“ya jelas
pentinglah, dan tentu saja bukan urusan perang! coba kamu banyangkan, setiap
hari setiap aku pulang sekolah entah itu di organisasi atau ditempat lain aku
selalu saja dikelilingi cowok, sedangkan kamu setiap pulang sekolah selalu
dikawal oleh dua cewek, dan bukan cuman itu saja, saat libur pun kamu tetap
bersamanya, bagaimana mungkin ini dinamakan dunia adil. Ini namanya kejam
tahu!”
“siapa suruh
kamu mengikuti organisasi sesat itu”
“hey, itu bukan
organisasi sesat itu organisasi..”
“kalian bisa
diam nggak! Semakin kalian banyak bercanda semakin banyak pula waktu yang kita
buang. Jadi kalu kalian nggak mau membantuku sebaiknya kalian nggak usah ikut.”
Bentak anna yang mulai marah dengan tindakan kami.
“maaf…”
***
Kami pun akhirnya sampai di restoran.
“Selamat datang
di restoran kami, ada yang bisa kami bantu tuan?”
“saya yang
kemarin pesan kue ukuran sedang?”
“oh, ternyata
mas mencurigakan yang memesan kue ya?”
“siapa lagi yang
mencurigakan!”
“oh, maaf
keceplosan.”
“hahaha...”
“kalau kuenya
sudah siap mas. Sebentar ya saya ambil dulu?”
Beberapa saat
kemudian pelayan itupun datang dengan membawa kotak yang berisikan kue yang
telah kita pesan.
“ini mas
kuenya?”
“jadi berapa?”
“semuanya jadi
10 silfar.”
“oh, biar aku
saja yang membayar.” Kata anna mengajukan diri. “ini mba, ayo kita pulang.”
“hey, kita
langsung pulang ya?” kata edward yang terlihat kecewa.
“ya tentulah
emang mau apalagi?”
“nggak makan
dulu apa?” usul edward.
“nggak ada
waktu, lagian juga kita sedang buru-buru nih.” Jawab cheryl.
“sia-sia aku
ikut?”
“sudah nggak
usah kecewa seperti itu, mumpung kamu juga sudah bersama kami, bagaimana kalau
kamu ikut membantu kami?” ucap cheryl.
“membantu apa?”
“jadi begini...”
kataku yang kemudian membisikan maksud kami ke telinga edward.
“oh, begitu ya.
Kalau kamu bilang sejak awal pasti akan aku bantu dan untuk rencana pasti tidak
akan menjadi seperti ini.”
“paling minta
bantuan ke komunitas sesatmu itu”
“eich-eich,...
sekalipun hubungan antar individu aku belum benar-benar memahami, namun untuk
hal ini akulah ahlinya. Dengan pengalaman 2000 jam terbang sudah tak bisa
dipungkiri bahwa aku ahli dalam membuat kejutan.”
“nggak usah
mengkhayal. Ayo, nanti kita terlambat!” kataku.
***
“Untunglah kita tepat waktu. Ayo teman-teman kita
persiapkan semuanya.”
“okey!”
Sesampainya kami di rumah anna, kami pun segera
mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mira pulang dari sekolah.
“okey, semuanya sudah siapkan?” kataku memberi
aba-aba.
“iya”
“kalau sesuai dengan perhitunganku, dia pasti akan
sampai sekitar 2 menit lagi, jadi bersiaplah diposisi kalian.”
“saya
pulang,” kata mira yang terdengar dari arah depan.
“kok gelap sih. bu, kak? kalian dimana?”
“Kak... Bu... Ibu... kalian dimana?” kata mira yang
terus mencari-cari keberadaan anna dan ibunya.
“ayo, satu, dua tiga!” bisikku memberi aba-aba.
“selamat ulang tahun!!!” teriak semaunya
Entah kenapa setelah kami memberinya kejuta, ia pun
hanya terdiam. Kami pun terus memandanginya dengan sejuta perkiraan. Apakah ia
bahagia, apakah ia senang, apakah ia sedih atau apakah ia marah atas perbuatan
kami. Saat itu kami pun ikut terdiam.
“... sudah, sudah selesai. Membosankan!” ketus mira
sambil berjalan
“aku tahu kamu tidak suka hal-hal seperti ini.
Jangankan hal seperti ini, berbaur dengan orang lain kamu pun membencinya. Namun
paling tidak hargailah kakakmu ini. Dia sudah susah payah membuat semua ini.”
Ucap edward dengan lantang-nya.
“tahu apa kamu? Jangan ikut campur urusan orang
lain!”
“memang aku nggak tahu apa-apa, dan ini memang bukan
urusanku. Tapi melihatmu bertingkah egois seperti itu didepan kakakmu sendiri
membuatku tidak tahan saja....”
Entah kenapa tubuh mira mulai terlihat gemetar, ia
seakan-akan takut akan sesuatu. Wajahnya mulai pucat dengan ekspresi menahan
ketakutan yang begitu dalam “sudah edward,” ucapku menghentikan edward karna
khawatir dengan kondisi mira.
“tapi,“
“sudah! Nggak usah diperpanjang lagi.” Teriakku
karna edward tidak mau mendengarkan ucapanku.
“kenapa kamu yang jadi marah! Emang siapa yang
bersalah disini!”
“aku tahu kamu Cuma mau membenarkan yang seharusnya,
tapi lihatlah kondisinya.”
“maaf, bukankah kita kesini mau merayakan ulang
tahunnya mira. Tapi kenapa jadi seperti ini?” ucap cheryl mencoba mengubah suasana.
“sudah tidak perlu, gadis seperti dia ulang tahunnya
tidak pantas dirayakan.”
“edward!” teriakku.
“e,.. mira tunggu sebentar!” panggil anna mengejar
mira yang berlari masuk ke dalam setelah mendengar ucapan seperti itu dari
edward.
“kamu kenapa sih? Semakin hari mulut kamu semakin
tidak bisa dijaga” ucapku kepada edward.
“ya maaf, tapi memang aku sudah nggak tahan
melihatnya. Saat pertama kali aku kesini aku masih bisa terima perlakuan itu
karna aku sadar aku tidak sopan, tapi untuk yang satu ini aku tidak bisa
terima, karena bagaimanapun juga anna adalah kakaknya dia. jadi dia harus
menghormatinya.”
“terus bagaimana ini, semuanya jadi kacau.” Kataku
yang bingung dengan keadaan ini.
“untuk saat in lebih baik kita tunggu saja, mungkin
nanti mira akan berubah pikiran.” Kata cheryl.
“tapi, kalau seperti ini kita jadi seperti tamu tak diundang.”
“memang benar sih, tapi mau bagaimana lagi.”
Beberapa saat kemudian kami pun mendengar
pertengkaran antara mira dan anna.
“bagaimana ini?” ucap cheryl yang merasa tidak enak.
“Sebaiknya kalian pulang dan jangan pernah datang
kemari lagi” kata ibunya anna mengusir kami dari rumahnya.
“kalau begitu kami permisi dulu bu. Dan maaf karena
kami telah membuat masalah.” Ucap cheryl.
“tunggu sebentar!” cegat anna dari dalam. “kalian
jangan pulang dulu.”
“tapi kan?”
“nggak apa-apa, kalian nggak salah!” kata anna.
“mau apa lagi, belum cukup kamu membuat adik kamu
seperti ini?”
“tentu
saja, karena aku ingin dia kembali seperti dulu. Bukan menjadi sampah seperti
ini!”
‘prakk!!!!’
suara tamparan pun terdengar begitu kencang.
“tarik.., tarik
kembali ucapanmu itu.”
“bu, sudah bu!” ucap mira yang rupanya ikut
mendengar perdebatan antara anna dengan ibunya
“...Karena
bagaimana pun juga dia adik kamu.” Lanjut ibunya
anna
“tapi memang
benar kan! Persetan dengan kematian ayah, persetan dengan hari kelahirannya.
Kalau dia tidak bisa menerima hidupnya sendiiri, ...Bukankan
itu sama saja dengan sampah. Aku tidak akan membuat hal-hal seperti ini, aku
tidak akan mengusik kehidupan pribadi mira. Tapi sebaliknya tolong kembalilah
seperti dulu sebagai adik yang aku sayangi.”
“bagaimana mungkin aku bisa kembali seperti dulu,
sedang setiap hari aku terus dihantui dengan tingkah ibu yang seakan-akan ayah
masih ada. Aku pun tidak ingin seperti ini namun bagaimana lagi... Karena
keegoisanku ayah jadi meninggal, karena, karena keegoisanku pula keluarga ini
hancur.” Balas mira meluapkan semua isi hatinya. “aku takut kalau aku kembali
seperti biasa, aku akan membuat kalian lebih menderita lagi.”
“kenapa harus takut, dan apa yang kamu takutkan?” tanya anna.
Mira hanya terdiam.
“takut kami akan membencimu, takut karena dihari
ulang tahunmu ayah meninggal atau takut apa? Kami tidak akan membencimu, kami
tidak akan menjauhimu atau bahkan meninggalkanmu. Kami ini keluargamu. Kami
hanya ingin kamu hidup bahagia bersama kami.” Ucap anna yang akhirnya mengerti
dengan situasi mira. “dan ibu, kenapa terus membayangi mira dengan kematian
ayah?”
“ibu bukan bermaksud seperti itu.”
“terus kenapa?” tanya anna memojokan ibunya.
“mira bukan anak kecil bu, mira sudah tahu mana yang
kenyataan dengan mana yang mimpi.” Tambah mira melanjutkan kalimat anna.
“ibu tidak ingin melihat masa anak-anak mira menjadi
kelam karena kematian ayahnya. Ibu tidak ingin melihat mira menderita, makanya
ibu terus mencoba melakukan hal itu sampai pada waktunya nanti ibu akan
menjelaskan semuanya... Ibu tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Ibu
minta maaf. Ibu nggak bermaksud seperti itu.”
“mira juga minta maaf bu. Selama ini mira sudah
membuat ibu khawatir.” Kata mira memeluk ibunya.
“jadi, sekarang bagaimana?” kataku yang mulai
merasakan perubahan suasana.
“mari kita buat hari ini menjadi hari bersejarah
untuk mira! Ayo mira,
sekarang tiup lilinnya dan buat hidup kamu menjadi lebih baik lagi!” seru anna.
“terima kasih kak.”
“ayo buat harapanmu dan segera tiup lilinnya!” kata
ibunya.
Mira pun
akhirnya meniup lilinnya.
“mira ini hadiah
dari kami, tolong diterima ya?” ucapku sambil memberikan kado tersebut.
“terima kasih
kak.”
“ibu juga punya
sesuatu untuk kamu tunggu sebentar ya?”
“mira, ini juga
kado dari ibu.”
“wah banyak
banget bu.”
“iya, karena ini
adalah kado yang seharusnya ibu berikan beberapa tahun lalu.”
“terima kasih
bu.”
“dan ini juga
kado terakhir dari ayah yang beliau titipkan sebelum terbang ke luar negeri.”
Kata ibunya memberikan kado tersebut.
Setelah
mendengar hal tersebut wajah mira mulai tampak berlinangan air mata.
“bu… maaf bu,
maaf...” ucap mira yang kini tampak sudah tak mampu untuk menahan air matanya.
“iya, dan kenapa
menangis, ini kan hari ulang tahunmu? Ayo tersenyum!” jawab ibunya.
Syukurlah
semuanya berjalan dengan lancer sesuai dengan rencana. Dengan begini misiku
untuk hal ini sudah selesai. Selanjutnya aku harus kembali ke rencana awal.
Hah, sekalipun berpikir demikian, sampai saat ini aku pun belum menemukan
seseorang yang bisa aku jadikan sebagai pacarku agar aku bisa mengerti apa itu
cinta.
“hey, kenapa
melamun akio? Ini, aaa….”
“apaan sih
Cheryl?”
“karena dari
tadi kamu bengong terus, sini aku suapin kue. Enak lho…”
“jangan-jangan!
aku bisa sendiri kok.”
“cie cie…
disuapin?” kata Edward yang lagi-lagi mengejekku.
“apaan sih.”
Kataku yang terpaksa menjawab.
“ayo-ayo,
silahkan makanannya dinikmati.” Kata anna mempersilahkan.
Waktu pun
berlalu begitu cepat.
“cheryl, sudah
jam segini. Pulang yuk!” ucapku berbisik ke Cheryl.
“ayo!” jawab
Cheryl.
“maaf bu,
mungkin sudah waktunya kami untuk pulang.” Ucapku berpamitan karena sekarang
memang sudah jam 9 malam.
“sudah mau
pulang ya. Padahal sedang asyik-asyiknya.”
“iya bu.” jawab
Cheryl.
“mungkin lain
kali kami akan main lagi.” Tambah Edward.
“Edward!”
ucapku.”
“nggak apa-apa
kok, lagian ibu juga senang melihat anna mempunyai teman seperti kalian. Maaf
ya kalau tadi ibu sempat mengusir kalian.”
“nggak apa-apa
kok bu, sebaliknya kami juga minta maaf karena kami sudah membuat keributan.”
Ucapku.
“kalau begitu
kami permisi dulu, sampai jumpa lagi di sekolah ya anna!” ucap Cheryl
berpamitan.
“iya terima
kasih ya.” Jawab anna.
Kami pun
akhirnya berjalan pulang.
“wah, nggak
nyangka ya, kalau akting anna dengan ibunya tadi begitu nyata.”
“akio, aku rasa
tadi memang beneran dan bukan akring”
“serius!”
“buat apa aku
berbohong, dan kalau tadi memang acting, apakah di skenario yang kita buat ada
adegan menamparnya?”
“iya juga ya.
Tapi yang penting mereka sudah berbaikan. Dan dengan kata lain semua usaha kita
selama ini tidak sia-sia.”
“ada
apa kasih tahu dong?”
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments