Sunday, August 13, 2017

Life Not Equel Math ch 7

Chapter 7 : hari bersejarah untuk mira
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah datang. Kini aku, Cheryl, dan Anna pun tengah menuju ke suatu restoran yang sengaja kita pesan untuk pesta ... “hei akio, kita mau kemana sih?” Tanya Edward memotong narasi yang tengah aku baca dalam hati.
Lebih baik narasinya aku ulangi saja,
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah datang. Kini aku, Cheryl, dan Anna pun tengah menuju ke suatu restoran untuk mengambil kue yang kita pesan untuk pesta ulang tahun Mira.
“woy, ditanya kok malah dicuekin”
eh..., kita mau ke restoran.”
“wah, emang ada apa sih menang lotre ya, atau kamu sudah dapat?”
“maksudnya?”
“itu, ‘pacar..’” bisiknya.
“ada apa sih, kok bisik-bisik bicaranya?”
“oh.., nggak ada apa-apa kok?”
“bener nggak ada apa-apa?”
“iya Cheryl.” Jawabku.
“ayo, jangan becanda terus nanti kita telat” ujar anna memotong pembicaraan kita.
“iya, dan lagian, kenapa kamu mengikuti kami sih edward?”
“jahat banget sih kamu, padahal kita kan sahabat.”
“sudah, nggak usah ngulang yang dulu dulu, nanti harga diriku hancur lagi.”
“lha itu nyadar.” Jawabnya dengan sok.
Nih, anak semakin hari kalau bicara denganku bukan tambah nyambung tapi tambah emosi “ehem, baiklah… memangnya kamu nggak ada urusan lain lagi apa, selain mengikuti kami. Misalnya seperti organisasi sesatmu itu atau urusan penting lainya?”
“ini sedang aku lakukan.”
“maksudnya?”
“ya mengikuti kalian.”
“pentingkah urusanmu itu?”
“tentu saja penting, karena ini demi keseimbangan dunia.”
“maksudnya, dan kenapa kamu bawa-bawa dunia? Kamu nggak berencana memicu perang lagi kan?” tanyaku yang semakin tidak mengerti dengan jalan pikirannya Edward.
“ya jelas pentinglah, dan tentu saja bukan urusan perang! coba kamu banyangkan, setiap hari setiap aku pulang sekolah entah itu di organisasi atau ditempat lain aku selalu saja dikelilingi cowok, sedangkan kamu setiap pulang sekolah selalu dikawal oleh dua cewek, dan bukan cuman itu saja, saat libur pun kamu tetap bersamanya, bagaimana mungkin ini dinamakan dunia adil. Ini namanya kejam tahu!”
“siapa suruh kamu mengikuti organisasi sesat itu”   
“hey, itu bukan organisasi sesat itu organisasi..”
“kalian bisa diam nggak! Semakin kalian banyak bercanda semakin banyak pula waktu yang kita buang. Jadi kalu kalian nggak mau membantuku sebaiknya kalian nggak usah ikut.” Bentak anna yang mulai marah dengan tindakan kami.
“maaf…”
***
Kami pun akhirnya sampai di restoran.
“Selamat datang di restoran kami, ada yang bisa kami bantu tuan?”
“saya yang kemarin pesan kue ukuran sedang?”
“oh, ternyata mas mencurigakan yang memesan kue ya?”
“siapa lagi yang mencurigakan!”
“oh, maaf keceplosan.”
“hahaha...”
“kalau kuenya sudah siap mas. Sebentar ya saya ambil dulu?”
Beberapa saat kemudian pelayan itupun datang dengan membawa kotak yang berisikan kue yang telah kita pesan.
“ini mas kuenya?”
“jadi berapa?”
“semuanya jadi 10 silfar.”
“oh, biar aku saja yang membayar.” Kata anna mengajukan diri. “ini mba, ayo kita pulang.”
“hey, kita langsung pulang ya?” kata edward yang terlihat kecewa.
“ya tentulah emang mau apalagi?”
“nggak makan dulu apa?” usul edward.
“nggak ada waktu, lagian juga kita sedang buru-buru nih.” Jawab cheryl.
“sia-sia aku ikut?”
“sudah nggak usah kecewa seperti itu, mumpung kamu juga sudah bersama kami, bagaimana kalau kamu ikut membantu kami?” ucap cheryl.
“membantu apa?”
“jadi begini...” kataku yang kemudian membisikan maksud kami ke telinga edward.
“oh, begitu ya. Kalau kamu bilang sejak awal pasti akan aku bantu dan untuk rencana pasti tidak akan menjadi seperti ini.”
“paling minta bantuan ke komunitas sesatmu itu”
“eich-eich,... sekalipun hubungan antar individu aku belum benar-benar memahami, namun untuk hal ini akulah ahlinya. Dengan pengalaman 2000 jam terbang sudah tak bisa dipungkiri bahwa aku ahli dalam membuat kejutan.”
“nggak usah mengkhayal. Ayo, nanti kita terlambat!” kataku.
***
“Untunglah kita tepat waktu. Ayo teman-teman kita persiapkan semuanya.”
“okey!”
Sesampainya kami di rumah anna, kami pun segera mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mira pulang dari sekolah.
“okey, semuanya sudah siapkan?” kataku memberi aba-aba.
“iya”
“kalau sesuai dengan perhitunganku, dia pasti akan sampai sekitar 2 menit lagi, jadi bersiaplah diposisi kalian.”
 “saya pulang,” kata mira yang terdengar dari arah depan.
“kok gelap sih. bu, kak? kalian dimana?”
“Kak... Bu... Ibu... kalian dimana?” kata mira yang terus mencari-cari keberadaan anna dan ibunya.
“ayo, satu, dua tiga!” bisikku memberi aba-aba.
“selamat ulang tahun!!!” teriak semaunya
Entah kenapa setelah kami memberinya kejuta, ia pun hanya terdiam. Kami pun terus memandanginya dengan sejuta perkiraan. Apakah ia bahagia, apakah ia senang, apakah ia sedih atau apakah ia marah atas perbuatan kami. Saat itu kami pun ikut terdiam.
“... sudah, sudah selesai. Membosankan!” ketus mira sambil berjalan
“aku tahu kamu tidak suka hal-hal seperti ini. Jangankan hal seperti ini, berbaur dengan orang lain kamu pun membencinya. Namun paling tidak hargailah kakakmu ini. Dia sudah susah payah membuat semua ini.” Ucap edward dengan lantang-nya.
“tahu apa kamu? Jangan ikut campur urusan orang lain!”
“memang aku nggak tahu apa-apa, dan ini memang bukan urusanku. Tapi melihatmu bertingkah egois seperti itu didepan kakakmu sendiri membuatku tidak tahan saja....”
Entah kenapa tubuh mira mulai terlihat gemetar, ia seakan-akan takut akan sesuatu. Wajahnya mulai pucat dengan ekspresi menahan ketakutan yang begitu dalam “sudah edward,” ucapku menghentikan edward karna khawatir dengan kondisi mira.
“tapi,“
“sudah! Nggak usah diperpanjang lagi.” Teriakku karna edward tidak mau mendengarkan ucapanku.
“kenapa kamu yang jadi marah! Emang siapa yang bersalah disini!”
“aku tahu kamu Cuma mau membenarkan yang seharusnya, tapi lihatlah kondisinya.”
“maaf, bukankah kita kesini mau merayakan ulang tahunnya mira. Tapi kenapa jadi seperti ini?” ucap cheryl mencoba mengubah suasana.
“sudah tidak perlu, gadis seperti dia ulang tahunnya tidak pantas dirayakan.”
“edward!” teriakku.
“e,.. mira tunggu sebentar!” panggil anna mengejar mira yang berlari masuk ke dalam setelah mendengar ucapan seperti itu dari edward.
“kamu kenapa sih? Semakin hari mulut kamu semakin tidak bisa dijaga” ucapku kepada edward.
“ya maaf, tapi memang aku sudah nggak tahan melihatnya. Saat pertama kali aku kesini aku masih bisa terima perlakuan itu karna aku sadar aku tidak sopan, tapi untuk yang satu ini aku tidak bisa terima, karena bagaimanapun juga anna adalah kakaknya dia. jadi dia harus menghormatinya.”
“terus bagaimana ini, semuanya jadi kacau.” Kataku yang bingung dengan keadaan ini.
“untuk saat in lebih baik kita tunggu saja, mungkin nanti mira akan berubah pikiran.” Kata cheryl.
“tapi, kalau seperti ini kita jadi seperti tamu tak diundang.”
“memang benar sih, tapi mau bagaimana lagi.”
Beberapa saat kemudian kami pun mendengar pertengkaran antara mira dan anna.
“bagaimana ini?” ucap cheryl yang merasa tidak enak.
“Sebaiknya kalian pulang dan jangan pernah datang kemari lagi” kata ibunya anna mengusir kami dari rumahnya.
“kalau begitu kami permisi dulu bu. Dan maaf karena kami telah membuat masalah.” Ucap cheryl.
“tunggu sebentar!” cegat anna dari dalam. “kalian jangan pulang dulu.”
“tapi kan?”
“nggak apa-apa, kalian nggak salah!” kata anna.
“mau apa lagi, belum cukup kamu membuat adik kamu seperti ini?”
tentu saja, karena aku ingin dia kembali seperti dulu. Bukan menjadi sampah seperti ini!”
‘prakk!!!!’ suara tamparan pun terdengar begitu kencang.
“tarik.., tarik kembali ucapanmu itu.
“bu, sudah bu!” ucap mira yang rupanya ikut mendengar perdebatan antara anna dengan ibunya
“...Karena bagaimana pun juga dia adik kamu.” Lanjut ibunya anna
“tapi memang benar kan! Persetan dengan kematian ayah, persetan dengan hari kelahirannya. Kalau dia tidak bisa menerima hidupnya sendiiri, ...Bukankan itu sama saja dengan sampah. Aku tidak akan membuat hal-hal seperti ini, aku tidak akan mengusik kehidupan pribadi mira. Tapi sebaliknya tolong kembalilah seperti dulu sebagai adik yang aku sayangi.”
“bagaimana mungkin aku bisa kembali seperti dulu, sedang setiap hari aku terus dihantui dengan tingkah ibu yang seakan-akan ayah masih ada. Aku pun tidak ingin seperti ini namun bagaimana lagi... Karena keegoisanku ayah jadi meninggal, karena, karena keegoisanku pula keluarga ini hancur.” Balas mira meluapkan semua isi hatinya. “aku takut kalau aku kembali seperti biasa, aku akan membuat kalian lebih menderita lagi.”
“kenapa harus takut,  dan apa yang kamu takutkan?” tanya anna.
Mira hanya terdiam.
“takut kami akan membencimu, takut karena dihari ulang tahunmu ayah meninggal atau takut apa? Kami tidak akan membencimu, kami tidak akan menjauhimu atau bahkan meninggalkanmu. Kami ini keluargamu. Kami hanya ingin kamu hidup bahagia bersama kami.” Ucap anna yang akhirnya mengerti dengan situasi mira. “dan ibu, kenapa terus membayangi mira dengan kematian ayah?”
“ibu bukan bermaksud seperti itu.”
“terus kenapa?” tanya anna memojokan ibunya.
“mira bukan anak kecil bu, mira sudah tahu mana yang kenyataan dengan mana yang mimpi.” Tambah mira melanjutkan kalimat anna.
“ibu tidak ingin melihat masa anak-anak mira menjadi kelam karena kematian ayahnya. Ibu tidak ingin melihat mira menderita, makanya ibu terus mencoba melakukan hal itu sampai pada waktunya nanti ibu akan menjelaskan semuanya... Ibu tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Ibu minta maaf. Ibu nggak bermaksud seperti itu.”
“mira juga minta maaf bu. Selama ini mira sudah membuat ibu khawatir.” Kata mira memeluk ibunya.
“jadi, sekarang bagaimana?” kataku yang mulai merasakan perubahan suasana.
“mari kita buat hari ini menjadi hari bersejarah untuk mira! Ayo mira, sekarang tiup lilinnya dan buat hidup kamu menjadi lebih baik lagi!” seru anna.
“terima kasih kak.”
“ayo buat harapanmu dan segera tiup lilinnya!” kata ibunya.
Mira pun akhirnya meniup lilinnya.
“mira ini hadiah dari kami, tolong diterima ya?” ucapku sambil memberikan kado tersebut.
“terima kasih kak.”
“ibu juga punya sesuatu untuk kamu tunggu sebentar ya?”
“mira, ini juga kado dari ibu.”
“wah banyak banget bu.”
“iya, karena ini adalah kado yang seharusnya ibu berikan beberapa tahun lalu.”
“terima kasih bu.”
“dan ini juga kado terakhir dari ayah yang beliau titipkan sebelum terbang ke luar negeri.” Kata ibunya memberikan kado tersebut.
Setelah mendengar hal tersebut wajah mira mulai tampak berlinangan air mata.
“bu… maaf bu, maaf...” ucap mira yang kini tampak sudah tak mampu untuk menahan air matanya.
“iya, dan kenapa menangis, ini kan hari ulang tahunmu? Ayo tersenyum!” jawab ibunya.
Syukurlah semuanya berjalan dengan lancer sesuai dengan rencana. Dengan begini misiku untuk hal ini sudah selesai. Selanjutnya aku harus kembali ke rencana awal. Hah, sekalipun berpikir demikian, sampai saat ini aku pun belum menemukan seseorang yang bisa aku jadikan sebagai pacarku agar aku bisa mengerti apa itu cinta.
“hey, kenapa melamun akio? Ini, aaa….”
“apaan sih Cheryl?”
“karena dari tadi kamu bengong terus, sini aku suapin kue. Enak lho…”
“jangan-jangan! aku bisa sendiri kok.”
“cie cie… disuapin?” kata Edward yang lagi-lagi mengejekku.
“apaan sih.” Kataku yang terpaksa menjawab.
“ayo-ayo, silahkan makanannya dinikmati.” Kata anna mempersilahkan.
Waktu pun berlalu begitu cepat.
“cheryl, sudah jam segini. Pulang yuk!” ucapku berbisik ke Cheryl.
“ayo!” jawab Cheryl.
“maaf bu, mungkin sudah waktunya kami untuk pulang.” Ucapku berpamitan karena sekarang memang sudah jam 9 malam.
“sudah mau pulang ya. Padahal sedang asyik-asyiknya.”
“iya bu.” jawab Cheryl.
“mungkin lain kali kami akan main lagi.” Tambah Edward.
“Edward!” ucapku.”
“nggak apa-apa kok, lagian ibu juga senang melihat anna mempunyai teman seperti kalian. Maaf ya kalau tadi ibu sempat mengusir kalian.”
“nggak apa-apa kok bu, sebaliknya kami juga minta maaf karena kami sudah membuat keributan.” Ucapku.
“kalau begitu kami permisi dulu, sampai jumpa lagi di sekolah ya anna!” ucap Cheryl berpamitan.
“iya terima kasih ya.” Jawab anna.
Kami pun akhirnya berjalan pulang.
“wah, nggak nyangka ya, kalau akting anna dengan ibunya tadi begitu nyata.”
“akio, aku rasa tadi memang beneran dan bukan akring”
“serius!”
“buat apa aku berbohong, dan kalau tadi memang acting, apakah di skenario yang kita buat ada adegan menamparnya?”
“iya juga ya. Tapi yang penting mereka sudah berbaikan. Dan dengan kata lain semua usaha kita selama ini tidak sia-sia.”
ada apa kasih tahu dong?
“bukan apa-apa Edward.”
bersambung


Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments