Chapter
6 : Marah ya?
“akio, kalau hanya ingincari tahu makanan dan
minuman kesukaannya mira, kenapa nggak tanya langsung sama anna saja? Dia pasti
akan memberitahukanya dan yang pasti nggak perlu repot-repot berdebat dengan
pelayan.”
“iya juga ya. Maaf, nggak kepikiran sampai situ.”
Beberapa saat kemudian pesanan kami pun datang.
"maaf menunggu lama, ini pesanannya."
"terimakasih"
"kalau begitu saya permisi dulu dan selamat
menikmati."
Untuk beberapa saat kami pun terdiam untuk meneguk
jus yang telah kami pesan.
"jadi..?" tanya cheryl.
"apa..?"
"…selanjutnya kita mau ngapain?" jawabnya
menyambung.
"ngapain? Kamu sendiri tahu kan? Tentu saja
kita akan mengikuti mira sampai ia pulang."
"terus, bagaimana dengan tujuan awalmu untuk
datang ke sini?"
"tentu saja sedang kita lakukan."
"hah? Jangan bilang kalau kamu datang kesini
hanya untuk…”
“eich, tunggu sebentar, aku tahu apa yang akan kamu
katakan tapi untuk sebagiannya juga salah..”
“maksudmu?”
“memang benar tujuanku datang kesini ada kaitannya
dengan mira. Namun, aku juga tidak menyangka kalau kita akan bertemu dengannya
disini.. Jadi ketimbang menebak hadiah
yang cocok untuknya tapi belum tentu dia sukai, dan mumpung orangnya ada,
kenapa tidak sekalian kita ikuti. Mungkin saja, kita bisa menemukan kunci
permasalahan yang terjadi terhadap trauma yang dialami mira.”
”terus, kenapa mengajakku juga?”
“kalau itu,... Karena kamu seorang cewek sama
seperti mira, jadi mungkin, jika aku mengajakmu aku bisa memahami apa yang
paling disukai seorang gadis, terutama saat ini untuk mira.”
“jadi intinya kamu mengajakku kesini hanya dijadikan
sebagai alat ukurmu saja!”
“yahahaha, tidak seperti itu juga sih” aduh kenapa
cheryl tiba-tiba marah, apa aku membuat kesalahan ya? Tapi kalau dilihat, ini
pertama kalinya aku melihat cheryl marah.
“… kalau tahu begini seharusnya tadi pagi aku tolak
saja tawaranmu, kecewa jadinya, aku terlalu berharap…”
“hah kamu tadi bilang apa?”
“bukan apa-apa!”
“kamu marah ya?”
“nggak kok”
“tapi wajahmu bilang begitu, maaf ya kalau aku
salah. Tapi, untuk sebagian juga sudah jadi tanggungjawabmu. Kamu nggak lupa
kan tugas yang sudah kita buat tadi pagi saat istirahat?”
“iya aku ingat, …ngomong-ngomong, mira sedang
menunggu siapa ya?"
"entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi bagaimana
kalau ia tidak sedang menunggu seseorang, bagaimana jika ia hanya sedang
beristirahat?"
"tapi kenapa raut wajahnya seperti itu? Dan,
kalau kamu berpikir dia disini hanya untuk istirahat saja, kenapa kita
mengukutinya!"
“tujuan kita dari awal kan mencari tahu hadiah yang
pas untuknya, jadi mau tidak mau kita harus mengikutinya.”
“memang nggak ada cara lain apa selain menunggu,
kenapa nggak langsung ditanya saja, kenapa harus mengikutinya? Bikin repot
saja!"
“lho kenapa jadi marah? Kan kamu sendiri yang
mengusulkan untuk membantu anna, tapi kenapa kamu sekarang yang marah.”
“memang aku yang mengusulkan untuk membantunya, tapi
aku tidak mengusulkan untuk kamu menipuku!”
“maksudanya?”
“maksudnya ya… ah…! Dasar tidak peka. Lebih baik aku
pulang sajalah!”
“hei tunggu!” Aduh, kenapa jadi begini. “pelayan,!”
“ya ada apa?”
“semuanya jadi berapa?” Aku harus mengejarnya.
“semuanya jadi 20 silfar.”
“ini uangnya, terima kasih” ucapku yang kemudian
berlari mengejar cheryl.
“kemana ya perginya cheryl? Cheryl” ucapku sambil
terus berjalan mencari.
Oh itu dia! “cheryl! Tunggu sebentar.” Akupun segera
menghampirinya.
“kenapa kamu marah sih?”
“aku nggak suka saja sama cara kamu?”
“maksudnya?”
“aku nggak suka cara kamu meminta bantuan yang
terkesan menutupi apa yang kamu inginkan dari bantuan tersebut. Kamu
seolah-olah hanya memperralat seseorang yang kamu mintai bantuan. Begitulah
yang tersirat dalam benakku saat mendengar tujuan sebenarmu.”
“terus, salahkah aku?”
“ya jelas salah, apa yang kamu lakukan ini hanya
membuat orang yang kamu mintai tolong berpikir tentang sesuatu yang sebenarnya
tidak akan kamu lakukan. Dan kamu tahu itu, itu hanya membuat orang tersebut
menjadi kecewa.”
”kalau begitu aku minta maaf, aku nggak tahu kalau
kamu akan sebegitu kecewanya terhadap apa yang aku lakukan.”
“hm!” Jawabnya ketus.
“ayolah, maafkan aku ya?”
Aduh bagaimana ini, aku sudah buat anak orang marah.
Kalau begini terus bisa-bisa cheryl membenciku. Dan kalau seperti itu semua
rencana yang dibuat untuk mira bisa-bisa terhambat atau bahkan gagal. Pokoknya
aku harus melakukan sesuatu.
“baiklah, karena sebagian juga sudah menjadi
tanggungjawabku, jadi akan aku maafkan.
Tapi, dengan satu syarat?”
“apa itu syaratnya?”
“syaratnya mulai dari sini kamu yang harus mengikuti
rencanaku, bagaimana, mau?”
“baiklah akan aku ikuti. Terus seperti apa
rencananya”
“begini…!” Kata cheryl yang kemudian membisikan
sesuatu ke telingaku.
“hah…? Kenapa harus seperti itu”
“itu terserah kamu, mau mengikuti caraku atau
tidak?”
“iya baiklah, akan aku ikuti.”
“okey, kalau begitu sebaiknya kamu bersiap-siap
sementara aku akan terus mengawasi mira.”
Beberapa saat
kemudian akupun sudah ada di pinggir jalan raya dengan mengenakan kostum badut
yang diberikan cheryl untuk aku pakai.
“hah, kenapa aku
jadi begini sih?, udah panas lagi.”
“sudah nggak
usah banyak mengeluh, sebentar lagi mira akan melewatimu, jadi
bersiap-siaplah.” Jawab cheryl melalui handphone.
“iya aku tahu.”
Itu dia orangnya
“selamat siang?”
“siang, ada apa
ya?”
“kami dari
perusahaan bedream ingin menawarkan promo gratis besar-besaran.”
“maaf saya tidak
tertari.”
Aduh,… “tunggu
dulu mbak. Perusahaan kami adalah perusahan swasta berskala nasional yang bertujuan mewujudkan
impian terdalam setiap konsumen dengan biaya terjangkau. Dengan kata lain kami
akan memenuhi keinginan anda sebisa mungkin dengan biaya yang cukup terjangkau.
Dan karena saat ini perusahaan kami telah memasuki usia yang ke 3 tahun maka
kami tengah mengadakan event gratis yang mana mbak bisa mengabulkan impian
terdalam mbak tanpa sepeserpun uang yang harus anda keluarkan. Dengan syarat
permintaan tersebut tidak diluar nalar.”
“maaf pak, saya
tidak tertarik dengan hal seperti itu. Jadi maaf ya.”
“ya kalau
begitu, sebagai bahan survey. Mohon tulis keinginan terdalam mbak”
“baik, akan aku
tulis mana alat tulisnya.”
“ini mbak.”
“ini, sudah saya
tulis. Kalau gitu saya permisi dulu.”
“silahkan mbak.”
Okey, semoga saja yang tertulis disini adalah permintaan mira yang sebenarnya.
“bagaimana!
Sudah dapat?” kata cheryl yang tiba-tiba muncul dari belakang.
“iya ini sudah
aku dapat. Ngomong-ngomong kamu dapat kostum ini dari mana?”
“oh, itu...
beberapa hari yang lalu aku dapat kenalan sama orang sini yang mempunyai toko
kostum. Kebetulan tokonya sedang sepi jadi aku pinjam saja alih-alih
mempromosikan. Bagaimana, cemerlang bukan ide saya?”
“iya, terus
catatan ini mau kita apakan?”
“sekarang coba
kamu baca?”
“baik akan aku
baca... disini tertulis ‘jangan ikut
campur urusan orang lain!’... lho kenapa seperti ini?”
“hmm... kalau
seperti ini jalan terbaiknya cuman satu.”
“apa itu?”
“ikhlaskan
saja!”
“kenapa seperti
itu, kamu juga ikut bertanggungjawab lho”
“iya-iya aku
tahu.”
“hm,.. kalau
seperti ini nggak ada pilihan lain selain kembali ke plan A”
“maksudnya kita
mengawasinya lagi? Kamu nggak sadar ya dengan tulisan itu?”
“iya aku tahu,
dan siapa lagi yang mau mengikuti mira. Aku kan Cuma bilang kembali ke plan A.
Artinya kita jalan-jalan cari benda yang pas buat mira.”
“oh, begitu ya?”
“iya, ayo! Tapi
sebelumnya aku juga mau ganti baju dulu” ajakku menarik tangan cheryl
“kenapa, kan
bagus.”
“tapi memakai
pakaian seperti ini rasanya seperti dipanggang ”
Aku pun terus
memegang tangan cheryl ke berbagai tempat hingga akhirnya sampai di sebuah mall
yang cukup besar.
“meneurutmu,
hadiah yang cocok untuk mira benda seperti apa? Boneka, cincin, atau apa?”
“kalau aku sih
lebih memilih boneka, tapi kalau untuk selera mira aku tidak terlalu yakin?”
“baiklah kita ke
toko boneka saja?”
“hah?”
“ada apa, nggak
mau ya?”
“bukan begitu,
tapi ?”
“kan sudah aku
bilang kalau tujuanku meminta kamu menemaniku kesini buat mencari hadiah yang
cocok buat mira, jadi setiap pendapat yang kamu lontarkan tentu saja akan aku
coba. Paham kan maksudku?”
“iya sekarang
aku tahu.?”
“kalau begitu
ayo?”
Setelah itu kami
pun terus mencari-cari hadiah yang cocok untuk mira.
“wah, lucu-lucu
sekali bonekanya?”
“bagaimana?
Sudah ada yang cocok tidak menurutmu?”
“entahlah, tapi
sebelum kita beli sebaiknya kita lihat-lihat dulu.”
“okey”
“hey...?” kata
cheryl sambil melihat-lihat boneka.
“iya?”
“kenapa tidak
kamu pilih hadiahnya sesuai dengan kata perasaanmu saja? Bukankah yang
terpenting dari sebuah kado itu adalah ketulusan dari perasaan yang memberikan
hadiah tersebut?”
“memang benar
sih kalau bicara kado, aku pun bisa memilihnya sendiri. Namun, rasanya kurang
saja kalau kamu nggak ikut?”
“kenapa?”
“emm alasannya
ya.... karna kamu juga punya tanggungjawab yang sama jadi tentu saja aku ajak
kamu.”
“oh, begitu ya.
Terus, kalau aku tidak punya tanggungjawab yang sama denganmu, apakah kamu juga
akan mengajakku?”
“kalau itu
tergantung kamu mau ikut apa nggak.”
“lho kok malah
balik tanya?”
“ya iyalah,
emang harus ada alasan, jika ingin mengajak kamu untuk bersenang-senang?"
“nggak sih”
“lagian kenapa
kita jadi membahas ini sih?”
“hahaha....”
tawa cheryl yang merespon pertanyaanku.
Mungkin aku juga
perlu memberinya hadiah sebagai rasa terima kasih sekaligus ucapan maafku
karena telah membuatnya kecewa. Tapi, kalau dipikir-pikir lucu juga sih melihat
dia kecawa dengan ajakanku ini. Padahal kan aku Cuma mengajaknya jalan, kenapa
harus mengaharapkan sesuatu. Lagian apa sih yang dia harapkan dariku? Hah,
entahlah setidaknya aku harus berterimakasih karena masih mau menemaniku meski
sebelumnya aku telah membuatnya kecewa.
“cheryl”
“iya?”
“sebentar ya,
aku mau ke toilet dulu.”
“okey, tapi
jangan lama-lama ya?”
“tenang saja,
cuman sebentar kok. Kamu tunggu disini ya” Kataku yang kemudian pergi.
“Hmm
kira-kira benda seperti apa ya, yang bisa aku berikan untuk dia.” Kataku yang berjalan sambil mencari hadiah yang pas
untuk Cheryl.
Kebetulan sekali
ada toko aksesoris, aku coba kesana sajalah.
“wah... bagus juga gantungan kuncinya, mungkin ini
bisa aku dijadikan hadiah untuknya.”
Hmm, yang mana ya? Jadi bingung milihnya. “yang ini saja.., berapa mbak
ini?”
“yang itu 2.5 silfar.”
“ini mbak uangnya.”
“terima kasih.”
“baiklah, sekarang waktunya kembali. Dan semoga saja
dia suka dengan hadiah ini.”
“lama banget sih?”
“maaf, tadi toiletnya penuh.”
“sungguh?”
“kalau nggak percaya ayo ikut aku?”
“nggak, nggak, nggak... lagian kenapa aku harus ikut
kamu ke toilet?” jawabnya dengan spontan menolak ajakanku.
“kamu sendiri sudah tahu aku ke toilet, masih saja
nggak percaya.”
“soalnya lama banget sih? bosan tahu.”
“iya aku tahu, maaf. Terus bagaimana hadiahnya,
sudah ada yang cocok untuk mira?”
“bingung, semuanya bagus-bagus.”
“begini saja, kamu pilih 3 benda yang menurutmu
paling bagus. Nanti setelah itu akan aku pilih salah satunya yang akan kita
beli. Bagaimana?”
“baiklah. Kalau begitu ini, yang ini dan ini.”
“sudah
nggak ada yang lain?”
“iya sudah”
“kalau begitu
aku pilih boneka kucingnya saja. Bagaimana menurutmu?”
“oilihan tepat,
dari ketiga boneka yang aku pilih memang boneka ini yang benar-benar membuat
saya tertarik.”
“baiklah, kalu
begitu kita beli yang ini saja.”
***
“okey, tugas
kita untuk mencari hadiah sudah selesai. Sekarang kita mau ngapain?”
“lho kok Tanya
aku? Kan kamu sendiri yang mengajak aku?”
“itu tadi waktu
aku mau mencari hadiah untuk mira, kalau sekarang ya aku nggak ada rencana”
“kalau nggak ada
rencana ya kita pulang saja.”
“beneran pulang
langsung?”
“maksudnya?”
“ya, maksudku
nggak mau mengabulkan harapanmu terhadap aku?”
“hah, apaan
sih!”
“masa lupa sih
sama ucapanmu sendiri saat di restoran?” ucapku sedikit meledek.
“emang kapan aku
ngomong kayak gitu, perasaan nggak pernah.” Jawab Cheryl dengan wajah memerah.
“ya sudahlah
kalau kamu nggak mau ngaku. Ayo!”
“kemana?”
“ya pulanglah,
kan kamu sendiri yang minta.”
“oh, ayo.”
“tunggu!” kataku
menghentikan langkah Cheryl.
“apa lagi?”
“nih, buat kamu? Maaf ya, kalau hari ini saya
telah membuat harapan palsu. Dan terima kasih karena mau menemani aku meski aku
sudah membuatmu kecewa.”
“iya…”
“yaaah, kalau
begitu ayo kita pulang.”
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments