Saturday, July 29, 2017

Life Not Equel Math ch 6


Chapter 6 : Marah ya?
“akio, kalau hanya ingincari tahu makanan dan minuman kesukaannya mira, kenapa nggak tanya langsung sama anna saja? Dia pasti akan memberitahukanya dan yang pasti nggak perlu repot-repot berdebat dengan pelayan.”
“iya juga ya. Maaf, nggak kepikiran sampai situ.”
Beberapa saat kemudian pesanan kami pun datang.
"maaf menunggu lama, ini pesanannya."
"terimakasih"
"kalau begitu saya permisi dulu dan selamat menikmati."
Untuk beberapa saat kami pun terdiam untuk meneguk jus yang telah kami pesan.
"jadi..?" tanya cheryl.
"apa..?"
"…selanjutnya kita mau ngapain?" jawabnya menyambung.
"ngapain? Kamu sendiri tahu kan? Tentu saja kita akan mengikuti mira sampai ia pulang."
"terus, bagaimana dengan tujuan awalmu untuk datang ke sini?"
"tentu saja sedang kita lakukan."
"hah? Jangan bilang kalau kamu datang kesini hanya untuk…”
“eich, tunggu sebentar, aku tahu apa yang akan kamu katakan tapi untuk sebagiannya juga salah..”
“maksudmu?”
“memang benar tujuanku datang kesini ada kaitannya dengan mira. Namun, aku juga tidak menyangka kalau kita akan bertemu dengannya disini.. Jadi  ketimbang menebak hadiah yang cocok untuknya tapi belum tentu dia sukai, dan mumpung orangnya ada, kenapa tidak sekalian kita ikuti. Mungkin saja, kita bisa menemukan kunci permasalahan yang terjadi terhadap trauma yang dialami mira.”
”terus, kenapa mengajakku juga?”
“kalau itu,... Karena kamu seorang cewek sama seperti mira, jadi mungkin, jika aku mengajakmu aku bisa memahami apa yang paling disukai seorang gadis, terutama saat ini untuk mira.”
“jadi intinya kamu mengajakku kesini hanya dijadikan sebagai alat ukurmu saja!”
“yahahaha, tidak seperti itu juga sih” aduh kenapa cheryl tiba-tiba marah, apa aku membuat kesalahan ya? Tapi kalau dilihat, ini pertama kalinya aku melihat cheryl marah.
“… kalau tahu begini seharusnya tadi pagi aku tolak saja tawaranmu, kecewa jadinya, aku terlalu berharap…”
“hah kamu tadi bilang apa?”
“bukan apa-apa!”
“kamu marah ya?”
“nggak kok”
“tapi wajahmu bilang begitu, maaf ya kalau aku salah. Tapi, untuk sebagian juga sudah jadi tanggungjawabmu. Kamu nggak lupa kan tugas yang sudah kita buat tadi pagi saat istirahat?”
“iya aku ingat, …ngomong-ngomong, mira sedang menunggu siapa ya?"
"entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi bagaimana kalau ia tidak sedang menunggu seseorang, bagaimana jika ia hanya sedang beristirahat?"
"tapi kenapa raut wajahnya seperti itu? Dan, kalau kamu berpikir dia disini hanya untuk istirahat saja, kenapa kita mengukutinya!"
“tujuan kita dari awal kan mencari tahu hadiah yang pas untuknya, jadi mau tidak mau kita harus mengikutinya.”
“memang nggak ada cara lain apa selain menunggu, kenapa nggak langsung ditanya saja, kenapa harus mengikutinya? Bikin repot saja!"
“lho kenapa jadi marah? Kan kamu sendiri yang mengusulkan untuk membantu anna, tapi kenapa kamu sekarang yang marah.”
“memang aku yang mengusulkan untuk membantunya, tapi aku tidak mengusulkan untuk kamu menipuku!”
“maksudanya?”
“maksudnya ya… ah…! Dasar tidak peka. Lebih baik aku pulang sajalah!”
“hei tunggu!” Aduh, kenapa jadi begini. “pelayan,!”
“ya ada apa?”
“semuanya jadi berapa?” Aku harus mengejarnya.
“semuanya jadi 20 silfar.”
“ini uangnya, terima kasih” ucapku yang kemudian berlari mengejar cheryl.
“kemana ya perginya cheryl? Cheryl” ucapku sambil terus berjalan mencari.
Oh itu dia! “cheryl! Tunggu sebentar.” Akupun segera menghampirinya.
“kenapa kamu marah sih?”
“aku nggak suka saja sama cara kamu?”
“maksudnya?”
“aku nggak suka cara kamu meminta bantuan yang terkesan menutupi apa yang kamu inginkan dari bantuan tersebut. Kamu seolah-olah hanya memperralat seseorang yang kamu mintai bantuan. Begitulah yang tersirat dalam benakku saat mendengar tujuan sebenarmu.”
“terus, salahkah aku?”
“ya jelas salah, apa yang kamu lakukan ini hanya membuat orang yang kamu mintai tolong berpikir tentang sesuatu yang sebenarnya tidak akan kamu lakukan. Dan kamu tahu itu, itu hanya membuat orang tersebut menjadi kecewa.”
”kalau begitu aku minta maaf, aku nggak tahu kalau kamu akan sebegitu kecewanya terhadap apa yang aku lakukan.”
“hm!” Jawabnya ketus.
“ayolah, maafkan aku ya?”
Aduh bagaimana ini, aku sudah buat anak orang marah. Kalau begini terus bisa-bisa cheryl membenciku. Dan kalau seperti itu semua rencana yang dibuat untuk mira bisa-bisa terhambat atau bahkan gagal. Pokoknya aku harus melakukan sesuatu.
“baiklah, karena sebagian juga sudah menjadi tanggungjawabku, jadi akan aku  maafkan. Tapi, dengan satu syarat?”
“apa itu syaratnya?”
“syaratnya mulai dari sini kamu yang harus mengikuti rencanaku, bagaimana, mau?”
“baiklah akan aku ikuti. Terus seperti apa rencananya”
“begini…!” Kata cheryl yang kemudian membisikan sesuatu ke telingaku.
“hah…? Kenapa harus seperti itu”
“itu terserah kamu, mau mengikuti caraku atau tidak?”
“iya baiklah, akan aku ikuti.”
“okey, kalau begitu sebaiknya kamu bersiap-siap sementara aku akan terus mengawasi mira.”
Beberapa saat kemudian akupun sudah ada di pinggir jalan raya dengan mengenakan kostum badut yang diberikan cheryl untuk aku pakai.
“hah, kenapa aku jadi begini sih?, udah panas lagi.”
“sudah nggak usah banyak mengeluh, sebentar lagi mira akan melewatimu, jadi bersiap-siaplah.” Jawab cheryl melalui handphone.
“iya aku tahu.”
Itu dia orangnya “selamat siang?”
“siang, ada apa ya?”
“kami dari perusahaan bedream ingin menawarkan promo gratis besar-besaran.”
“maaf saya tidak tertari.”
Aduh,… “tunggu dulu mbak. Perusahaan kami adalah perusahan swasta  berskala nasional yang bertujuan mewujudkan impian terdalam setiap konsumen dengan biaya terjangkau. Dengan kata lain kami akan memenuhi keinginan anda sebisa mungkin dengan biaya yang cukup terjangkau. Dan karena saat ini perusahaan kami telah memasuki usia yang ke 3 tahun maka kami tengah mengadakan event gratis yang mana mbak bisa mengabulkan impian terdalam mbak tanpa sepeserpun uang yang harus anda keluarkan. Dengan syarat permintaan tersebut tidak diluar nalar.”
“maaf pak, saya tidak tertarik dengan hal seperti itu. Jadi maaf ya.”
“ya kalau begitu, sebagai bahan survey. Mohon tulis keinginan terdalam mbak”
“baik, akan aku tulis mana alat tulisnya.”
“ini mbak.”
“ini, sudah saya tulis. Kalau gitu saya permisi dulu.”
“silahkan mbak.” Okey, semoga saja yang tertulis disini adalah permintaan mira yang sebenarnya.
“bagaimana! Sudah dapat?” kata cheryl yang tiba-tiba muncul dari belakang.
“iya ini sudah aku dapat. Ngomong-ngomong kamu dapat kostum ini dari mana?”
“oh, itu... beberapa hari yang lalu aku dapat kenalan sama orang sini yang mempunyai toko kostum. Kebetulan tokonya sedang sepi jadi aku pinjam saja alih-alih mempromosikan. Bagaimana, cemerlang bukan ide saya?”
“iya, terus catatan ini mau kita apakan?”
“sekarang coba kamu baca?”
“baik akan aku baca...  disini tertulis ‘jangan ikut campur urusan orang lain!’... lho kenapa seperti ini?”
“hmm... kalau seperti ini jalan terbaiknya cuman satu.”
“apa itu?”
“ikhlaskan saja!”
“kenapa seperti itu, kamu juga ikut bertanggungjawab lho”
“iya-iya aku tahu.”
“hm,.. kalau seperti ini nggak ada pilihan lain selain kembali ke plan A”
“maksudnya kita mengawasinya lagi? Kamu nggak sadar ya dengan tulisan itu?”
“iya aku tahu, dan siapa lagi yang mau mengikuti mira. Aku kan Cuma bilang kembali ke plan A. Artinya kita jalan-jalan cari benda yang pas buat mira.”
“oh, begitu ya?”
“iya, ayo! Tapi sebelumnya aku juga mau ganti baju dulu” ajakku menarik tangan cheryl
“kenapa, kan bagus.”
“tapi memakai pakaian seperti ini rasanya seperti dipanggang ”
Aku pun terus memegang tangan cheryl ke berbagai tempat hingga akhirnya sampai di sebuah mall yang cukup besar.
“meneurutmu, hadiah yang cocok untuk mira benda seperti apa? Boneka, cincin, atau apa?”
“kalau aku sih lebih memilih boneka, tapi kalau untuk selera mira aku tidak terlalu yakin?”
“baiklah kita ke toko boneka saja?”
“hah?”
“ada apa, nggak mau ya?”
“bukan begitu, tapi ?”
“kan sudah aku bilang kalau tujuanku meminta kamu menemaniku kesini buat mencari hadiah yang cocok buat mira, jadi setiap pendapat yang kamu lontarkan tentu saja akan aku coba. Paham kan maksudku?”
“iya sekarang aku tahu.?”
“kalau begitu ayo?”
Setelah itu kami pun terus mencari-cari hadiah yang cocok untuk mira.
“wah, lucu-lucu sekali bonekanya?”
“bagaimana? Sudah ada yang cocok tidak menurutmu?”
“entahlah, tapi sebelum kita beli sebaiknya kita lihat-lihat dulu.”
“okey”
“hey...?” kata cheryl sambil melihat-lihat boneka.
“iya?”
“kenapa tidak kamu pilih hadiahnya sesuai dengan kata perasaanmu saja? Bukankah yang terpenting dari sebuah kado itu adalah ketulusan dari perasaan yang memberikan hadiah tersebut?”
“memang benar sih kalau bicara kado, aku pun bisa memilihnya sendiri. Namun, rasanya kurang saja kalau kamu nggak ikut?”
“kenapa?”
“emm alasannya ya.... karna kamu juga punya tanggungjawab yang sama jadi tentu saja aku ajak kamu.”
“oh, begitu ya. Terus, kalau aku tidak punya tanggungjawab yang sama denganmu, apakah kamu juga akan mengajakku?”
“kalau itu tergantung kamu mau ikut apa nggak.”
“lho kok malah balik tanya?”
“ya iyalah, emang harus ada alasan, jika ingin mengajak kamu untuk bersenang-senang?"
“nggak sih”
“lagian kenapa kita jadi membahas ini sih?”
“hahaha....” tawa cheryl yang merespon pertanyaanku.
Mungkin aku juga perlu memberinya hadiah sebagai rasa terima kasih sekaligus ucapan maafku karena telah membuatnya kecewa. Tapi, kalau dipikir-pikir lucu juga sih melihat dia kecawa dengan ajakanku ini. Padahal kan aku Cuma mengajaknya jalan, kenapa harus mengaharapkan sesuatu. Lagian apa sih yang dia harapkan dariku? Hah, entahlah setidaknya aku harus berterimakasih karena masih mau menemaniku meski sebelumnya aku telah membuatnya kecewa.
“cheryl”
“iya?”
“sebentar ya, aku mau ke toilet dulu.”
“okey, tapi jangan lama-lama ya?”
“tenang saja, cuman sebentar kok. Kamu tunggu disini ya” Kataku yang kemudian pergi.
Hmm kira-kira benda seperti apa ya, yang bisa aku berikan untuk dia.” Kataku yang berjalan sambil mencari hadiah yang pas untuk Cheryl.
Kebetulan sekali ada toko aksesoris, aku coba kesana sajalah.
“wah... bagus juga gantungan kuncinya, mungkin ini bisa aku dijadikan hadiah untuknya.”  Hmm, yang mana ya? Jadi bingung milihnya. “yang ini saja.., berapa mbak ini?”
“yang itu 2.5 silfar.”
“ini mbak uangnya.”
“terima kasih.”
“baiklah, sekarang waktunya kembali. Dan semoga saja dia suka dengan hadiah ini.”
“lama banget sih?”
“maaf, tadi toiletnya penuh.”
“sungguh?”
“kalau nggak percaya ayo ikut aku?”
“nggak, nggak, nggak... lagian kenapa aku harus ikut kamu ke toilet?” jawabnya dengan spontan menolak ajakanku.
“kamu sendiri sudah tahu aku ke toilet, masih saja nggak percaya.”
“soalnya lama banget sih? bosan tahu.”
“iya aku tahu, maaf. Terus bagaimana hadiahnya, sudah ada yang cocok untuk mira?”
“bingung, semuanya bagus-bagus.”
“begini saja, kamu pilih 3 benda yang menurutmu paling bagus. Nanti setelah itu akan aku pilih salah satunya yang akan kita beli. Bagaimana?”
“baiklah. Kalau begitu ini, yang ini dan ini.”
sudah nggak ada yang lain?”
“iya sudah”
“kalau begitu aku pilih boneka kucingnya saja. Bagaimana menurutmu?”
“oilihan tepat, dari ketiga boneka yang aku pilih memang boneka ini yang benar-benar membuat saya tertarik.”
“baiklah, kalu begitu kita beli yang ini saja.”
***
“okey, tugas kita untuk mencari hadiah sudah selesai. Sekarang kita mau ngapain?”
“lho kok Tanya aku? Kan kamu sendiri yang mengajak aku?”
“itu tadi waktu aku mau mencari hadiah untuk mira, kalau sekarang ya aku nggak ada rencana”
“kalau nggak ada rencana ya kita pulang saja.”
“beneran pulang langsung?”
“maksudnya?”
“ya, maksudku nggak mau mengabulkan harapanmu terhadap aku?”
“hah, apaan sih!”
“masa lupa sih sama ucapanmu sendiri saat di restoran?” ucapku sedikit meledek.
“emang kapan aku ngomong kayak gitu, perasaan nggak pernah.” Jawab Cheryl dengan wajah memerah.
“ya sudahlah kalau kamu nggak mau ngaku. Ayo!”
“kemana?”
“ya pulanglah, kan kamu sendiri yang minta.”
“oh, ayo.”
“tunggu!” kataku menghentikan langkah Cheryl.
“apa lagi?”
 “nih, buat kamu? Maaf ya, kalau hari ini saya telah membuat harapan palsu. Dan terima kasih karena mau menemani aku meski aku sudah membuatmu kecewa.”
“iya…”
“yaaah, kalau begitu ayo kita pulang.”
bersambung


Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments