Sunday, July 9, 2017

Life Not Equel Math ch 5

Chapter  5:  seandainya
“pokoknya kita harus cepat soalnya anna pasti sudah menunggu kita.” Ujar cheryl .
Karena kelamaan bercanda, kami takut anna sudah menunggu lama sehingga kami pun berlari .
“hei....” sapa anna yang rupanya sudah menunggu
“maaf ya kami telat? Soalnya tadi ada penggangu sih.” Ujarku menjelaskan situasi.
“nggak apa-apa kok. Terus ini siapa?”
“ya ini dia orangnya.”
“hehehe... perkenalkan nama saya edward, saya sahabat karibnya akio.”
“sahabat, sejak kapan kita jadi sahabat?”
“kejam sekali.... tapi begitulah akio.” Jawab edward.
“anna...  senang berkenalan denganmu.”
“ngomong-ngomong katanya mereka berdua mau berkunjung ke rumahmu, aku boleh ikut tidak?”
“celamitan amat sih kamu?”
“nggak apa-apalah?”jawab edward.
“boleh.”
“dengar kan, orangnya saja boleh, kenapa kamu melarang aku akio?”
“terserah kamu.”
“kalau begitu, ayo kita pulang.” Celoteh edward.
“pulang kemana?” jawabku.
“tentu saja ke rumah anna?”
“sejak kapan rumah anna jadi rumahmu?”
“masalah amat sih buatmu? Intinya begitulah.”
“hahaha” anna dan cheryl tertawa.
“lihatkan harga diriku jadi turun dihadapan wanita-wanita cantik ini.”
“huh... edward, edward sejak kapan kamu punya harga diri?”
"Stop! sesama tak punya harga diri jangan bertengkar"  cegat cheryl yang terdengar lebih menyakitkan
“lihat kan aku jadi ikutan kena?” kataku.
“salah siapa?”
“sudah jangan bertengkar atau kalian mau melihat kemarahanku” ancam anna.
Gawat kalau dia sampai marah lebih baik aku nurut. “yes mom!” ucapku serentak dengan edward yang sadar akan kekuatannya.
***
Setelah berjalan cukup lama akhirnya kami sampai di rumah anna.
“nah, ini dia rumah saya, ayo masuk!”
kami pun terkejut dengan kemegahan rumah yang bagaikan sebuah istana yang cukup besar.
“kenapa melongo, ayo masuk!” ajak anna.
“o... iya”
“permisi”
Kami pun masuk.
“sebentar ya, aku mau ganti baju dulu. Silahkan duduk!”
 “wah... temannya anna ya?” kata seorang wanita yang terlihat seperti kakaknya anna pun keluar dari dalam.
“iya.... " jawab kami serentak.
"terus anna-nya pergi kemana?”
“katanya tadi mau ganti baju mba.”
“oh.. begitu ya?”
“ibu, mira-nya mana?” tanya anna yang tampaknya telah selesai ganti baju.
Ibu, Mana? Kok aku nggak lihat ibunya anna? “emang mana ibu kamu anna?” tanyaku yang penasaran.
“itu yang sedang bicara dengan kalian siapa?”
“hah!” ucap kami serentak yang terkejut.
“hahaha..... “ tawa ibunya anna melihat kami terkejut.
“maaf bu , kami kira ibu, kakaknya anna.”
“iya nggak apa-apa, memang banyak orang salah mengira saat pertama kali bertemu dengan saya.”
“perkenalkan bu, mereka teman-temanku. Ini cheryl, akio, dan edward.”
 “akio..? oh akio yang sering kamu ceritakan ya?” kata ibunya anna.
“emang anna cerita apaan bu, tentang akio?” tanya edward.
“ anna selalu...“
“apaan sih ibu.” Jawab anna memotong disertai ekspresi yang tampak malu.
“hm... hm... hmmm... rupanya ada sesuatu?” sindir edward yang tanpa malu.
“ibu, mira-nya mana?” tanya anna mengulang pertanyaan sebelumnya.
“mira belum pulang, mungkin sebentar lagi.”
“begitu ya.”
“hampir lupa, sebentar ya ibu buatkan minum dulu.”
“nggak usah repot repot bu.” Kata edward.
“nggak apa-apa.”
“Kalau begitu sebaiknya ayo kita mulai saja. Tapi enaknya dimana ya?”
“mungkin sebaiknya di teras saja, sekalian lihat pemandangan diluar.”
“baiklah...”
Kami pun menuju ke teras rumahnya anna.
“wah... indah sekali tamannya.” Ucap cheryl.
“ngomong-ngomong bagaimana rencana kita?” tanyaku.
“karena mira-nya belum pulang mending kita tunggu saja sampai dia pulang.”
“baiklah...”
“ada apa sih?” tanya edward.
“bukan apa-apa.”
“ayolah, beritahu saya”
“saya pulang” datanglah seorang gadis dengan seragam sekolah menengah pertama
“oh, mira? Selamat datang, bagaimana sekolahnya?”
Oh, jadi ini adiknya anna.
”biasa...” jawabnya.
 “hari ini saya mau jalan sama teman-teman saya, kamu mau ikut mira?”
“iya betul ikut sajal.” Tambah cheryl.
“nggak, terima kasih... ” jawabnya begitu dingin.
 “tapi...” sanggah anna.
“aku lelah kak.”
“kalau kapan-kapan bagaimana?” tambahku.
“nggak bisa?”
“kenapa nggak bisa?” tanyaku.
Kini mira terlihat marah, pipinya memerah dan matanya mulai berkaca-kaca. Kalau seperti ini bisa-bisa aku yang jadi tokoh jahatnya. Lebih baik aku berhenti memaksanya saja.
“ayolah?” tambah edward.
“nggak”
“sudah, nggak usah di paksa, mira pun punya haknya sendiri.” Usulku yang mulai khawatir dengan mira.
“ ya sudahlah.” Jawab cheryl.
“tapi, sebelumnya kenapa sih nggak mau ikut? Kita kan Cuma mengajakmu main. Bukan untuk melakukan sesuatu yang aneh.” Sanggah cheryl.
“Bagaimana bisa ikut, mengenal kalian saja nggak? Kenapa aku harus ikut, lagian siapa kalian? Kalaupun kalian teman kakakku bukan berarti kalian telah menjadi temanku.”
“kalau begitu perkenalkan, nama saya akio ahsan dan biasa dipanggil akio, kalau ini cheryl, dan ini edward.”
“ ohh...” ucapnya seraya bergerak masuk ke dalam.
“hei, mau kemana?” panggil edward.
“masuk. Emang ada apa?”
“cuma begitu reaksinya, setelah kami memperkenalkan diri?”  kata edward yang rupanya merasa tersinggung.
“emang kenapa? Kan kalian sendiri yang memperkenalkan diri, bukan aku yang menyuruh.”” Ketus mira.
“yahh... iya sih...” jawab edward yang kehabisan kata-kata.
Mira pun akhirnya masuk, dan setelah beberapa saat kami menunggu, mira pun tak kunjung keluar.
“terus bagaimana ini?” tanyaku.
“yah, kalian lihat sendiri kan bagaimana sikapnya?” jawab anna yang terlihat sedih.
“jadi bngung harus bagaimana.” Ucapku yang memang bingung mengenai permntaan anna.
***
Keesokan harinya
Bel istirahat sudah berlalu sekitar lima menit yang lalu, dan seperti sudah menjadi kebiasaan saya, anna dan cheryl. kami pun telah berkumpul di taman sekolah sebatas menghilangkan kejenuhan setelah beberapa jam mengikuti pelajaran.
“gimana, sudah dapat ide soal kejutan untuk adikku?”
“jujur, sekarang aku justru tambah semakin bingung.” Jawab Cheryl.
“kalau kamu bagaimana akio, sudah dapat ide?”
“bagaimana ya? Mmmm…” berpikir, ayo akio berpikir, putar otakmu akio “okey! Aku punya” .
“bagaimana idenya?” jawab anna.
“kesini sebentar” ajakku ke anna dan Cheryl untuk mendekat.
“apa idenya?” Tanya Cheryl.
“apa ya idenya?” jawabku meledek.
“hei akio, kamu masih ingatkan saat pertama kali bertemu dengan saya?” kata anna yang rupanya sedikit mengancamku.
“tenang - tenang, aku punya kok. jadi begini, di rencana ini aku butuh satu orang lagi untuk memerankan peran ini.”
“siapa orangnya?”
“jadi begini… bla bla bla… bagaimana?” bisikku ke cheryl dan anna.
“oh… begitu ya, bagus-bagus…  aku setuju”
“kalau kamu, gimana Cheryl?”
“bagus sih, tapi kalian yakin dengan rencana ini, resikonya dia semakin benci lho?”
“gimana?” tanyaku memastikan kebulatan anna dengan rencana ini.
“iya, aku siap dengan resiko tersbut.”
“baiklah, kalau seperti itu.  Berarti setelah ini kamu harus memberitahukannya kepada yang besangkutan. Kamu harus bisa menjelaskannya agar beliau mau memerankan peran serta mengerti akan maksudmu anna.”
“iya, aku mengerti.”
“dan untuk urusan kado biar aku dan cheryl yang mengurusnya.”
“tugas sudah kita bagi selanjutnya kita tinggal melaksanakannya.” ujar Cheryl.
Bel tanda istirahat telah usai berdenting.
“baiklah pertemuan kali ini sampai disini dulu selanjutnya tinggal melaksanakan.”
“iya benar.”
 “akio, ngomongin kado emang kamu sudah tahu kado apa yang pas untuk mira?” tanya cheryl sambil berjalan menuju kelas.
“entahlah, aku juga belum dapat ide untuk kado. Tapi paling tidak kita sudah membuat rencana.”
“iya sih”
“cheryl..?”
“iya ada apa?”
“pulang sekolah nanti kamu ada acara?”
“nggak ada, ada apa sih?”
“jalan yuk?”
“kemana?”
“ke pusat kota, nemenin aku.”
“berdua?”
“iya berdua, aku sama kamu. Bagaimana?” tanyaku.
Entah kenapa cheryl jadi terpaku dengan wajah memerah.
“emmm... iya aku mau”
“serius....?”
“iya aku mau.”
“hore...!” teriakku merasa senang karena cheryl mau menemaniku jalan. “lho?”
“ kenapa?“ tanya cheryl yang heran kepadaku
“wajahmu kenapa, kok merah?” tanyaku.
“eh.... nggak, nggak ada apa-apa, pokoknya ayo cepat,  nanti kita telat.”
***
Saat ini aku dan cheryl tengah menuju ke pusat kota. Sesuai dengan janji yang aku buat tadi pagi, rencananya aku ingin membeli sesuatu, namun aku tidak yakin dengan benda tersebut sehingga aku memutuskan untuk mengajak cheryl.
“akio?”
“ya, ada apa?” jawabku sambil berjalan.
“kamu punya impian?”
“punya, kenapa sih?”
“seandainya detik ini kamu punya satu kesempatan untuk mewujudkan impian itu, impian apa yang pertama kali akan kamu wujudkan?”
“haha... mana mungkin ada yang seperti itu?”
“makanya aku bilang seandainya! Seandainya, kamu tahu kan?”
 “iya aku tahu, kalau memang seperti itu. mungkin, aku akan berharap gadis yang diselamatkan oleh ayahku bisa hidup dengan baik.”
“alasannya?“
“mungkin dengan begitu kepergiannya bisa menjadi lebih bermakna?”
“maaf ya?”
“maaf kenapa?”
“maaf aku nggak tahu kalau ayahmu....”
“nggak apa-apa. lagian itu sudah lama terjadi, jadi aku sudah bisa menerima.”
“ hmm... aku yakin gadis yang kamu maksud itu pasti sekarang hidup dengan baik.”
“ya harus, ngomong-ngomong, kamu sendiri bagaimana cheryl?”
“aku..?”
“oh, aku tahu, aku tahu..! kamu pasti ingin bertemu dan minta maaf dengan orang yang kamu cari kan? Iya kan?”
“kenapa kamu yang jawab?”
“tapi benar kan tebakanku?”
“iya sih. Terus, ngomong-ngomong kita mau kemana?”
“ ke pusat kota.”
“ya, aku tahu ke pusat kota, sejak pagi pun kamu bilang begitu. Maksud aku, kita mau ngapain dan tepatnya kemana?”
“oh... entahlah kita lihat saja kemana kita akan sampai.”
“jadi kamu ngajak aku tanpa punya tujuan?”
“ada sih”
“kalau begitu beri tahu aku.”
“nanti kamu juga tahu.”
Satelah menempuh jarak yang cukup jauh kami pun akhirnya sampai di pusat kota tempat aku akan membeli beberapa barang.
“Akhirnya kita sampai? Sekarang, cepat beritahu aku apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
“tunggu sebentar?”
“ada apa?”
“lihat itu , kalau tidak salah dia mira kan adiknya anna?”
“iya benar, memang ada apa?”
“Kita ikutin yuk?”
“kenapa?”
“ya bukan apa-apa sih, tapi kamu ingin tahu kan kado yang pas buat dia?”
“iya sih”
“ayo!” kami pun akhirnya mengikuti mira.
“kira-kira dia mau kemana ya?”
“mana aku tahu! kan kamu sendiri yang memutuskan untuk mengikutinya!” jawabnya yang terdengar jutek.
“lho kok marah?”
“hah, siapa lagi yang marah?”
Aneh, kenapa cheryl jadi marah? Apa aku melakukan kesalahan ya?
“benar, kamu nggak marah?” tanyaku memastikan lagi.
“iya, benar. Lihat, sebentar lagi dia mau pergi, sebaiknya cepat kita ikuti dia kalau nggak mau kehilangan jejak.”
Kami pun terus mengikutinya, berharap ada satu petunjuk yang bisa memberitahukan kami akan kado yang pantas untuknya. Sampai di suatu persimpangan jalan kami melihat mira berhenti di depan sebuah restauran sederhana.
“Kenapa dia kesini?” ujar cheryl.
 “Sepertinya dia lapar, ayo kita ikut masuk juga?” jawabku.
Kami pun akhirnya masuk dan memilih duduk di tempat yang agak jauh namun masih bisa mendengar apa yang di ucapkan mira.
“Biar tidak ketahuan sebaiknya kita juga pesan makanan, permisi!”
“Selamat datang di restaurant kami, ini daftar menu yang kami miliki hari ini, silahkan?”
“Terimakasih, kamu mau pesan apa cheryl! Aku yang traktir lho?”
“Serius ! ”
“iya, aku serius”
“kalau begitu aku pesan orange juicenya mbak.”
“kalau mas-nya”
“sama mbak, oh iya, kalau boleh tahu, mbak yang di sana sering datang kesini?”
“yang mana mas?”
“itu yang memakai seragam SMP.”
“oh, mbak mira ya?”
“mbak kenal?”
“iya mas, kalau mbak mira memang sering datang kesini.”
“sendirian seperti ini?”
“kalau beberapa tahun yang lalu sih dia sering datang kesini bersama saudara dan kedua orang tuanya. Tapi untuk beberapa tahun terakhir dia datang sendiri. Emang kenapa sih mas?”
“nggak apa-apa kok. Kira-kira mbak tahu nggak makanan atau minuman yang sering dia pesan baik saat masih sering bersama keluarganya maupun beberapa tahun terakhir?”
“maaf mas, kami tidak bisa memberikan informasi pribadi mengenai pelanggan kami kepada orang lain, ini sudah menjadi prosedur kami untuk menjaga kenyamanan pelanggan dari tindak kejahatan.”
“oh, jangan kuatir mbak, kami nggak punya niat jahat kok, kami cuman mau memberi kejutan untuk mira di hari ulang tahunnya nanti. Jadi, boleh kan mbak?” entah kenapa suasananya jadi tegang ya, padahal cuman mau minta menu yang disukai mira, bukan mau minta sesuatu yang aneh-aneh.
“tunggu sebentar.” Ucapnya yang kemudian tampak berfikir.
“sebagai jaminan, ini kartu pelajar saya, mbak bisa mencatat nama sekaligus alamat saya untuk berjaga-jaga kalau sesuatu terjadi terhadap mira”
“melihatmu seperti itu, aku justru jadi tidak percaya kalau mas tidak punya niat buruk terhadap mira.”
“lho, kenapa?”
“ehm…begini saja mbak, mbak nggak usah memberi informasi pribadi pelanggan mbak, mbak cukup memberitahu kami makanan atau minuman yang mira sukai. Bagaimana?” ucap Cheryl memotong pembicaraan kami berdua.
 “kalau Cuma masalah menu sih, pasti akan aku beritahu.” Ucapnya dengan jelas.
“hah… dari tadi maksud kami pun seperti itu, bukan mau minta sesuatu yang aneh-aneh mbak
“hahaha… maaf…”
“kalau mbak mira sih sukanya pesan softcake sama fruity ice
“oh… kalau begitu makasih ya mbak infonya”

“iya… kalau begitu saya permisi dulu mau mengambil pesanannya.
bersambung



Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments