Chapter 5: seandainya
“pokoknya
kita harus cepat soalnya anna pasti sudah menunggu kita.” Ujar cheryl .
Karena
kelamaan bercanda, kami takut anna sudah menunggu lama sehingga kami pun
berlari .
“hei....”
sapa anna yang rupanya sudah menunggu
“maaf
ya kami telat? Soalnya tadi ada penggangu sih.” Ujarku menjelaskan situasi.
“nggak
apa-apa kok. Terus ini siapa?”
“ya
ini dia orangnya.”
“hehehe...
perkenalkan nama saya edward, saya sahabat karibnya akio.”
“sahabat,
sejak kapan kita jadi sahabat?”
“kejam
sekali.... tapi begitulah akio.” Jawab edward.
“anna...
senang berkenalan denganmu.”
“ngomong-ngomong
katanya mereka berdua mau berkunjung ke rumahmu, aku boleh ikut tidak?”
“celamitan
amat sih kamu?”
“nggak
apa-apalah?”jawab edward.
“boleh.”
“dengar
kan, orangnya saja boleh, kenapa kamu melarang aku akio?”
“terserah
kamu.”
“kalau
begitu, ayo kita pulang.” Celoteh edward.
“pulang
kemana?” jawabku.
“tentu
saja ke rumah anna?”
“sejak
kapan rumah anna jadi rumahmu?”
“masalah
amat sih buatmu? Intinya begitulah.”
“hahaha”
anna dan cheryl tertawa.
“lihatkan
harga diriku jadi turun dihadapan wanita-wanita cantik ini.”
“huh...
edward, edward sejak kapan kamu punya harga diri?”
"Stop!
sesama tak punya harga diri jangan bertengkar" cegat cheryl yang terdengar lebih menyakitkan
“lihat
kan aku jadi ikutan kena?” kataku.
“salah
siapa?”
“sudah
jangan bertengkar atau kalian mau melihat kemarahanku” ancam anna.
Gawat
kalau dia sampai marah lebih baik aku nurut. “yes mom!” ucapku serentak dengan
edward yang sadar akan kekuatannya.
***
Setelah
berjalan cukup lama akhirnya kami sampai di rumah anna.
“nah,
ini dia rumah saya, ayo masuk!”
kami
pun terkejut dengan kemegahan rumah yang bagaikan sebuah istana yang cukup
besar.
“kenapa
melongo, ayo masuk!” ajak anna.
“o...
iya”
“permisi”
Kami
pun masuk.
“sebentar
ya, aku mau ganti baju dulu. Silahkan duduk!”
“wah... temannya anna ya?” kata seorang wanita
yang terlihat seperti kakaknya anna pun keluar dari dalam.
“iya....
" jawab kami serentak.
"terus
anna-nya pergi kemana?”
“katanya
tadi mau ganti baju mba.”
“oh..
begitu ya?”
“ibu,
mira-nya mana?” tanya anna yang tampaknya telah selesai ganti baju.
Ibu,
Mana? Kok aku nggak lihat ibunya anna? “emang mana ibu kamu anna?” tanyaku yang
penasaran.
“itu
yang sedang bicara dengan kalian siapa?”
“hah!”
ucap kami serentak yang terkejut.
“hahaha.....
“ tawa ibunya anna melihat kami terkejut.
“maaf
bu , kami kira ibu, kakaknya anna.”
“iya
nggak apa-apa, memang banyak orang salah mengira saat pertama kali bertemu
dengan saya.”
“perkenalkan
bu, mereka teman-temanku. Ini cheryl, akio, dan edward.”
“akio..? oh akio yang sering kamu ceritakan
ya?” kata ibunya anna.
“emang
anna cerita apaan bu, tentang akio?” tanya edward.
“
anna selalu...“
“apaan
sih ibu.” Jawab anna memotong disertai ekspresi yang tampak malu.
“hm...
hm... hmmm... rupanya ada sesuatu?” sindir edward yang tanpa malu.
“ibu,
mira-nya mana?” tanya anna mengulang pertanyaan sebelumnya.
“mira
belum pulang, mungkin sebentar lagi.”
“begitu
ya.”
“hampir
lupa, sebentar ya ibu buatkan minum dulu.”
“nggak
usah repot repot bu.” Kata edward.
“nggak
apa-apa.”
“Kalau
begitu sebaiknya ayo kita mulai saja. Tapi enaknya dimana ya?”
“mungkin
sebaiknya di teras saja, sekalian lihat pemandangan diluar.”
“baiklah...”
Kami
pun menuju ke teras rumahnya anna.
“wah...
indah sekali tamannya.” Ucap cheryl.
“ngomong-ngomong
bagaimana rencana kita?” tanyaku.
“karena
mira-nya belum pulang mending kita tunggu saja sampai dia pulang.”
“baiklah...”
“ada
apa sih?” tanya edward.
“bukan
apa-apa.”
“ayolah,
beritahu saya”
“saya
pulang” datanglah seorang gadis dengan seragam sekolah menengah pertama
“oh,
mira? Selamat datang, bagaimana sekolahnya?”
Oh,
jadi ini adiknya anna.
”biasa...”
jawabnya.
“hari ini saya mau jalan sama teman-teman saya,
kamu mau ikut mira?”
“iya
betul ikut sajal.” Tambah cheryl.
“nggak,
terima kasih... ” jawabnya begitu dingin.
“tapi...” sanggah anna.
“aku
lelah kak.”
“kalau
kapan-kapan bagaimana?” tambahku.
“nggak
bisa?”
“kenapa
nggak bisa?” tanyaku.
Kini
mira terlihat marah, pipinya memerah dan matanya mulai berkaca-kaca. Kalau
seperti ini bisa-bisa aku yang jadi tokoh jahatnya. Lebih baik aku berhenti
memaksanya saja.
“ayolah?”
tambah edward.
“nggak”
“sudah,
nggak usah di paksa, mira pun punya haknya sendiri.” Usulku yang mulai khawatir
dengan mira.
“
ya sudahlah.” Jawab cheryl.
“tapi,
sebelumnya kenapa sih nggak mau ikut? Kita kan Cuma mengajakmu main. Bukan
untuk melakukan sesuatu yang aneh.” Sanggah cheryl.
“Bagaimana
bisa ikut, mengenal kalian saja nggak? Kenapa aku harus ikut, lagian siapa
kalian? Kalaupun kalian teman kakakku bukan berarti kalian telah menjadi
temanku.”
“kalau
begitu perkenalkan, nama saya akio ahsan dan biasa dipanggil akio, kalau ini
cheryl, dan ini edward.”
“
ohh...” ucapnya seraya bergerak masuk ke dalam.
“hei,
mau kemana?” panggil edward.
“masuk.
Emang ada apa?”
“cuma
begitu reaksinya, setelah kami memperkenalkan diri?” kata edward yang rupanya merasa tersinggung.
“emang
kenapa? Kan kalian sendiri yang memperkenalkan diri, bukan aku yang menyuruh.””
Ketus mira.
“yahh...
iya sih...” jawab edward yang kehabisan kata-kata.
Mira
pun akhirnya masuk, dan setelah beberapa saat kami menunggu, mira pun tak
kunjung keluar.
“terus
bagaimana ini?” tanyaku.
“yah,
kalian lihat sendiri kan bagaimana sikapnya?” jawab anna yang terlihat sedih.
“jadi
bngung harus bagaimana.” Ucapku yang memang bingung mengenai permntaan anna.
***
Keesokan
harinya
Bel istirahat sudah berlalu
sekitar lima menit yang lalu, dan seperti sudah menjadi kebiasaan saya, anna
dan cheryl. kami pun telah berkumpul di taman sekolah sebatas menghilangkan
kejenuhan setelah beberapa jam mengikuti pelajaran.
“gimana, sudah dapat ide
soal kejutan untuk adikku?”
“jujur, sekarang aku justru
tambah semakin bingung.” Jawab Cheryl.
“kalau kamu bagaimana akio,
sudah dapat ide?”
“bagaimana ya? Mmmm…”
berpikir, ayo akio berpikir, putar otakmu akio “okey! Aku punya” .
“bagaimana idenya?” jawab
anna.
“kesini sebentar” ajakku ke
anna dan Cheryl untuk mendekat.
“apa idenya?” Tanya Cheryl.
“apa ya idenya?” jawabku
meledek.
“hei akio, kamu masih
ingatkan saat pertama kali bertemu dengan saya?” kata anna yang rupanya sedikit
mengancamku.
“tenang
- tenang, aku punya kok.
jadi begini, di rencana ini aku butuh satu orang lagi untuk memerankan peran
ini.”
“siapa orangnya?”
“jadi begini… bla bla bla…
bagaimana?” bisikku ke cheryl dan anna.
“oh… begitu ya,
bagus-bagus… aku setuju”
“kalau kamu, gimana Cheryl?”
“bagus sih, tapi kalian
yakin dengan rencana ini, resikonya dia semakin benci lho?”
“gimana?”
tanyaku memastikan kebulatan anna dengan rencana ini.
“iya,
aku siap dengan resiko tersbut.”
“baiklah,
kalau seperti itu. Berarti setelah ini
kamu harus memberitahukannya kepada yang besangkutan. Kamu harus bisa
menjelaskannya agar beliau mau memerankan peran serta mengerti akan maksudmu
anna.”
“iya,
aku mengerti.”
“dan
untuk urusan kado biar aku dan cheryl yang mengurusnya.”
“tugas
sudah kita bagi selanjutnya kita tinggal melaksanakannya.” ujar Cheryl.
Bel
tanda istirahat telah usai berdenting.
“baiklah
pertemuan kali ini sampai disini dulu selanjutnya tinggal melaksanakan.”
“iya
benar.”
“akio, ngomongin kado emang kamu sudah tahu
kado apa yang pas untuk mira?” tanya cheryl sambil berjalan menuju kelas.
“entahlah,
aku juga belum dapat ide untuk kado. Tapi paling tidak kita sudah membuat
rencana.”
“iya
sih”
“cheryl..?”
“iya
ada apa?”
“pulang
sekolah nanti kamu ada acara?”
“nggak
ada, ada apa sih?”
“jalan
yuk?”
“kemana?”
“ke
pusat kota, nemenin aku.”
“berdua?”
“iya
berdua, aku sama kamu. Bagaimana?” tanyaku.
Entah
kenapa cheryl jadi terpaku dengan wajah memerah.
“emmm...
iya aku mau”
“serius....?”
“iya
aku mau.”
“hore...!”
teriakku merasa senang karena cheryl mau menemaniku jalan. “lho?”
“
kenapa?“ tanya cheryl yang heran kepadaku
“wajahmu
kenapa, kok merah?” tanyaku.
“eh....
nggak, nggak ada apa-apa, pokoknya ayo cepat,
nanti kita telat.”
***
Saat
ini aku dan cheryl tengah menuju ke pusat kota. Sesuai dengan janji yang aku
buat tadi pagi, rencananya aku ingin membeli sesuatu, namun aku tidak yakin
dengan benda tersebut sehingga aku memutuskan untuk mengajak cheryl.
“akio?”
“ya,
ada apa?” jawabku sambil berjalan.
“kamu
punya impian?”
“punya,
kenapa sih?”
“seandainya
detik ini kamu punya satu kesempatan untuk mewujudkan impian itu, impian apa
yang pertama kali akan kamu wujudkan?”
“haha...
mana mungkin ada yang seperti itu?”
“makanya
aku bilang seandainya! Seandainya, kamu tahu kan?”
“iya aku tahu, kalau memang seperti itu.
mungkin, aku akan berharap gadis yang diselamatkan oleh ayahku bisa hidup
dengan baik.”
“alasannya?“
“mungkin
dengan begitu kepergiannya bisa menjadi lebih bermakna?”
“maaf
ya?”
“maaf
kenapa?”
“maaf
aku nggak tahu kalau ayahmu....”
“nggak
apa-apa. lagian itu sudah lama terjadi, jadi aku sudah bisa menerima.”
“
hmm... aku yakin gadis yang kamu maksud itu pasti sekarang hidup dengan baik.”
“ya
harus, ngomong-ngomong, kamu sendiri bagaimana cheryl?”
“aku..?”
“oh,
aku tahu, aku tahu..! kamu pasti ingin bertemu dan minta maaf dengan orang yang
kamu cari kan? Iya kan?”
“kenapa
kamu yang jawab?”
“tapi
benar kan tebakanku?”
“iya
sih. Terus, ngomong-ngomong kita mau kemana?”
“
ke pusat kota.”
“ya,
aku tahu ke pusat kota, sejak pagi pun kamu bilang begitu. Maksud aku, kita mau
ngapain dan tepatnya kemana?”
“oh...
entahlah kita lihat saja kemana kita akan sampai.”
“jadi
kamu ngajak aku tanpa punya tujuan?”
“ada
sih”
“kalau
begitu beri tahu aku.”
“nanti
kamu juga tahu.”
Satelah menempuh jarak yang
cukup jauh kami pun akhirnya sampai di pusat kota tempat aku akan membeli
beberapa barang.
“Akhirnya kita sampai?
Sekarang, cepat beritahu aku apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
“tunggu sebentar?”
“ada apa?”
“lihat itu , kalau tidak
salah dia mira kan adiknya anna?”
“iya benar, memang ada apa?”
“Kita ikutin yuk?”
“kenapa?”
“ya bukan apa-apa sih, tapi
kamu ingin tahu kan kado yang pas buat dia?”
“iya
sih”
“ayo!”
kami pun akhirnya mengikuti mira.
“kira-kira
dia mau kemana ya?”
“mana
aku tahu! kan kamu sendiri yang memutuskan untuk mengikutinya!” jawabnya yang
terdengar jutek.
“lho
kok marah?”
“hah,
siapa lagi yang marah?”
Aneh,
kenapa cheryl jadi marah? Apa aku melakukan kesalahan ya?
“benar,
kamu nggak marah?” tanyaku memastikan lagi.
“iya,
benar. Lihat, sebentar lagi dia mau pergi, sebaiknya cepat kita ikuti dia kalau
nggak mau kehilangan jejak.”
Kami
pun terus mengikutinya, berharap ada satu petunjuk yang bisa memberitahukan
kami akan kado yang pantas untuknya. Sampai di suatu persimpangan jalan kami
melihat mira berhenti di depan sebuah restauran sederhana.
“Kenapa
dia kesini?” ujar cheryl.
“Sepertinya dia lapar, ayo kita ikut masuk
juga?” jawabku.
Kami
pun akhirnya masuk dan memilih duduk di tempat yang agak jauh namun masih bisa
mendengar apa yang di ucapkan mira.
“Biar
tidak ketahuan sebaiknya kita juga pesan makanan, permisi!”
“Selamat
datang di restaurant kami, ini daftar menu yang kami miliki hari ini,
silahkan?”
“Terimakasih,
kamu mau pesan apa cheryl! Aku yang traktir lho?”
“Serius
! ”
“iya,
aku serius”
“kalau
begitu aku pesan orange juicenya mbak.”
“kalau mas-nya”
“sama
mbak, oh iya, kalau boleh tahu, mbak yang di sana sering datang kesini?”
“yang
mana mas?”
“itu
yang memakai seragam SMP.”
“oh,
mbak mira ya?”
“mbak
kenal?”
“iya
mas, kalau mbak mira memang sering datang kesini.”
“sendirian
seperti ini?”
“kalau
beberapa tahun yang lalu sih dia sering datang kesini bersama saudara dan kedua
orang tuanya. Tapi untuk beberapa tahun terakhir dia datang sendiri. Emang
kenapa sih mas?”
“nggak
apa-apa kok. Kira-kira mbak tahu nggak makanan atau minuman yang sering dia
pesan baik saat masih sering bersama keluarganya maupun beberapa tahun
terakhir?”
“maaf mas, kami tidak bisa memberikan informasi pribadi
mengenai pelanggan kami kepada orang lain, ini sudah menjadi prosedur kami
untuk menjaga kenyamanan pelanggan dari tindak kejahatan.”
“oh, jangan kuatir mbak, kami
nggak punya niat jahat kok, kami cuman mau memberi kejutan untuk mira
di hari ulang tahunnya nanti. Jadi,
boleh kan mbak?”
entah kenapa suasananya jadi tegang ya, padahal cuman mau minta menu yang
disukai mira, bukan mau minta sesuatu yang aneh-aneh.
“tunggu sebentar.” Ucapnya
yang kemudian tampak berfikir.
“sebagai jaminan, ini kartu
pelajar saya, mbak bisa mencatat nama sekaligus alamat saya untuk berjaga-jaga
kalau sesuatu terjadi terhadap mira”
“melihatmu seperti itu, aku
justru jadi tidak percaya kalau mas tidak punya niat buruk terhadap mira.”
“lho, kenapa?”
“ehm…begini saja mbak, mbak nggak usah memberi informasi pribadi pelanggan
mbak, mbak cukup memberitahu kami makanan atau minuman
yang mira sukai. Bagaimana?” ucap Cheryl memotong pembicaraan kami berdua.
“kalau Cuma masalah menu sih, pasti akan aku beritahu.” Ucapnya dengan jelas.
“hah… dari tadi maksud kami
pun seperti itu, bukan mau minta sesuatu yang aneh-aneh mbak”
“hahaha… maaf…”
“kalau mbak mira sih sukanya
pesan softcake
sama fruity ice “
“oh… kalau
begitu makasih ya mbak infonya”
“iya…
kalau begitu saya permisi dulu mau mengambil pesanannya.”
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments