Chapter 4 : Semakin
banyak semakin baik.
“sebentar
lagi adik saya akan berulang tahun yang ke 14 tahun dan saya ingin membuat
kejutan untuk dia, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa?”
“hmmmm, jadi seperti itu ya? Bagaimana
cheryl?” kataku.
“kalau
seperti itu baiklah kami akan membantu. Pertama, kita harus tahu apa yang adik
kamu inginkan saat ini. Dengan begitu kita bisa membuat sesuatu yang
berhubungan dengan apa yang diinginkannya.”
“
jadi apa yang adik kamu inginkan saat ini?”
“aku
tidak tahu”
“kenapa?”
“karena
yang aku tahu dia sangat membenci hari kelahirannya. Makanya sekalipun aku
ingin merayakan hari ulang tahunnya aku masih tidak tahu apa yang harus aku
lakukan.”
“memangnya
apa yang terjadi dengan adikmu sehingga ia membenci hari kelahirannya?”
“sebenarnya
aku sudah berjanji untuk tidak menceritakan hal ini lagi kepada siapapun, namun
tetap saja aku tidak bisa jika terus melihatnya tersiksa dengan masa lalunya.”
“maksudnya...”
tanya cheryl yang mulai serius.
“baiklah
akan aku ceritakan, namun kalian harus berjanji untuk tidak menceritakan hal
ini kepada siapapun!” perintah anna.
“baiklah
kami berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapapun.”
“Semuanya
berawal sehari sebelum hari ulang tahun adik saya yang ke 9, saat itu ...”
“tunggu
sebentar... ya sudah.” Kataku memotong pembicaraan karena mau pindah posisi
duduk.
“saat
itu ayahku sedang berada diluar negeri karena urusan pekerjaan yang begitu
padat, meski demikian beliau tak pernah
sekalipun tidak menghadiri ulang tahun anak-anaknya. Ia begitu sayang terhadap
keluarganya sehingga ia lebih memprioritaskan keluarga ketimbang pekerjaan.
Namun, tiga hari sebelum hari ulang tahun adikku dia mendapat tugas untuk melakukan
studi banding dengan perusahaan yang ada diluar negeri selama lima hari. Dia
pun menerima tugas tersebut dan saat itu juga ia langsung pergi ke negara
tersebut berharap bisa menyelesaikannya dalam waktu tiga hari. Ia pun berjanji
untuk datang ke perayaan hari ulang tahun adik saya”
“ugh... ughh.. tunggu sebentar... air, air!”
“hei,
dengar dulu. Katanya ingin tahu penyebabnya! Tapi setiap kali aku bicara selalu
saja kamu potong!”
Wah
serem juga ya kalau anna sedang serius, baiklah aku menurut saja. “ maaf tadi
mulutku penuh dengan jalabiya jadi aku mau minum dulu.”
“emang ayah kamu bekerja di perusahaan apa?”
tanya cheryl.
“yang
aku tahu ayahku bekerja di suatu perusahaan IT milik swasta sebagai pengembang
hardware. Sementara itu tiga hari telah berlalu dan ayahku pun menepati
janjinya untuk menghadiri pesta ulang tahun adik saya.”
“lalu
apa yang membuatnya memiliki trauma?” tanyaku
“karena
yang datang saat itu bukan ayah saya dalam keadaan hidup tapi ayah saya yang
telah menjadi mayat.”
“hah,
Apa maksudnya? Eh, maaf. kenapa?” tanyaku yang begitu kaget mendengar cerita
tersebut.
“saat
itu aku pun tak tahu apa yang telah terjadi karena tiba-tiba saja ibu saya
mendapat kabar kalau ayah saya telah meninggal dan jasadnya tengah dalam perjalannan
pulang. Dan dari pihak perusahaan hanya mengatakan kalau ayahku mengalami
serangan jantung di dalam pesawat dengan tujuan kembali.
Semua
rencanna yang telah kami buat pun kini hancur dan pesta ulang tahun berubah
menjadi upacara pemakaman. Dua hari setelah kepergian ayahku, ibuku mulai
menemukan kejanggalan dengan kematian ayah saya. Karena ia tahu kalau ayah saya
tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan satu minggu sebelumnya pun ia telah
memeriksakan kesehatannya ke dokter. Mengingat akan hal tersebut, ibu saya
kemudian membawa kasus tersebut ke pihak berwajib.”
“terus?”
tanya cheryl.
“seperti
yang kalian perkirakan, ayahku pun terbukti meninggal karena racun. Dan
pembunuhnya tak lain adalah teman sekaligus rekan kerjanya yang menginginkan
hasil riset yang telah dibuat oleh ayah saya.”
“lalu
kenapa adik kamu trauma, bukankah kasus pembunuhan ayah kamu sudah usai?”
tanyaku memperjelas.
“memang
benar kasus pembunuhan ayahku telah usai namun bukan untuk trauma yang dimiliki
oleh adik saya. Ia menganggap kematian ayah kami lantaran hari ulang tahunnya,
dan jika di hari tersebut ia tidak berulang tahun ia berfikir mungkin ayah kami
tidak akan terburu-buru dalam pekerjaannya dan dia tidak akan terbunuh pada
hari tersebut.” Ujar anna yang tampak sedih.
“
sejak hari itu adik saya mulai menutup diri, ia menjadi pendiam dan sampai saat
ini aku sudah tidak pernah melihat senyum diwajahnya. Tidak apa jika ulang
tahunnya tidak ingin ia rayakan, tapi tolong kembalilah menjadi adikku yang
penuh dengan senyum.” Sambung anna sambil meneteskan air mata.
Seketika
aku dan cheryl pun terdiam, kami tidak tahu apa yang bisa kami lakukan untuk
menghibur anna. Kami ingin membantunya namun kami tak tahu apa yang bisa kami
perbuat. “ ngomong-ngomong siapa nama adik kamu?” tanyaku berharap dapat
menghilangkan sedikit kesedihannya.
“dia
bernama Reiko Celmira, ia masih kelas 1 sekolah menengah pertama, dan bulan ini
ia akan genap berumur 14 tahun.”
“tenang
saja kami pasti akan membantu kok, iya kan akio?”
“iya
benar, pokoknya sekarang kamu nggak usah sedih. Dan ngomong-ngomong kapan ulang
tahun adik kamu?”
“nanti
tanggal 18 januari.”
“baiklah
kita masih punya waktu 1 minggu sampai kita bisa menyeret adik kamu keluar dari
cangkangnya.” Kataku memberi semangat anna.
“iya
benar. Aku juga tak sabar ingin melihat gadis yang tega membuat kakak tercantiknya
menangis.” Kata cheryl yang juga ikut menghibur.
Tak
lama kemudian bel tanda masuk telah berbunyi.
“ayo,
sudah waktunya kita kembali ke dalam kelas!”
***
Hmmm,
kira-kira sebaiknya aku pakai baju yang mana ya? Rasanya jadi agak nerves
padahal kan ini Cuma sekedar menemani belanja bukan kencan. Yang ini, nggak
bagus. Yang ini, terlalu formal. Haaaah....! kepalaku jadi pusing Cuma karena
pakaian.
Sesuai
dengan janji yang aku buat dengan cheryl, hari ini aku akan menemani dia
belanja kebutuhan rumah. Namun, meski demikian rasanya aku jadi semakin grogi.
Jantungku semakin berdebar-debar sama seperti saat pertama kali aku bertemu
dengan dia. ”Tenang akio... kira-kira sudah jam berapa yah?”
Hah
gawat tinggal 15 menit lagi, sebaiknya aku cepat!
Pakaian
sudah, wangi sudah, uang sudah, sekarang tinggal berangkat. Semoga saja cheryl
belum datang.
“bu,
aku pergi dulu ya!”
“mau
kemana?” tanya ibuku.
“main
ke rumah teman.”
“kalau
begitu hati-hati di jalan!”
“iya.”
Tepat
setelah ku buka pintu keluar, aku pun langsung berlari. “Semoga dia belum
datang. Aku harus cepat! Yaaaa....!”
Syukurlah
masih tersisa waktu 5 menit lagi... dan dia belum datang. Kalau begitu
sebaiknya aku istirahat sebentar. Aku pun kemudian duduk di tempat duduk umum
yang telah tersedia dipinggir jalan tempat pertemuan.
“akio..!”
oh
itu dia orangnya.
“akio,
akio!”
“oh,
maaf ada apa?”
“kenapa
sih ? kok ngelamun?”
“nggak,
Cuma kagum saja?”
“kagum?”
“iya,
rasanya baru pertama aku melihat kamu mengenakan pakaian bebas.”
“nggak
bagus ya?”
“bukan
begitu, hanya terlihat cantik saja.”
“kenapa
ngomong begitu sih?”
“emang
kenapa nggak suka ya aku puji?”
“bukan
begitu, rasanya Cuma mendadak saja. Maaf ya aku terlambat?”
“nggak
kok, lihat, masih jam 9. jadi kamu nggak terlambat."
"iya,
kalau begitu ayo kita berangkat!"
Kami
berdua akhirnya memulai perjalannan mencari perlengkapan rumah untuk cheryl.
“akio!”
“iya,”
“kamu
sudah dapat ide tidak?”
“ide
untuk apa?”
“Ya
ide untuk membantu anna.”
“oh,
anna ya. Kalau melihat permasalahan yang dia punya rasanya sulit juga. Aku
belum dapat ide untuk membangunkan adiknya yang masih terbungkus kegelapan.
Meski demikian setelah mendengar cerita dari anna, rasanya aku ingin menemui anak
itu.”
“begitu
ya, bagaimana kalau nanti kita main ke rumah anna?”
“kapan?”
“tentu saja bukan sekarang.”
“iya
juga ya. oh iya, ngomong-ngomong kamu sudah melihat-lihat suasana kota disini
belum?”
“belum,
makanya aku minta ditemani kamu sekalian membeli beberapa peralatan rumah yang
belum aku miliki.”
“baiklah,
hari ini akan aku tunjukan keindahan dari kota ini.
“jadi,
kita mau kemana?”
“kemana
ya? Menurutmu kemana, cheryl?”
“lho
kok tanya aku, kan kamu yang mau mengajak aku berkeliling?”
“iya
juga ya. Mmm baiklah kita kesini saja.” Ajak ku tanpa sadar menggandeng tangan
cheryl menuju ke berbagai tempat yang entah muncul dengan sendirinya dalam
kepala..
Mulai
dari stand musik, toko kue, supermarket, bahkan bioskop hingga akhirnya kami
berakhir di sebuah taman.
“istirahat
dulu yuk, nggak terasa hampir semua tempat sudah kita kunjungi. Bagaimana, kamu
suka?”
“iya,
aku nggak menyangka kalau kota tempat kelahirannya begitu indah.”
“maksudnya.”
“nggak,
aku Cuma kagum dengan kota tempat kelahiran seseorang yang aku cari selama
ini.”
“heeeh, begitu ya? Ngomong – ngomong apakah
orang tersebut sama dengan orang yang kamu ceritakan beberapa hari yang lalu?”
“iya
benar.”
“emang
siapa sih namanya?”
“maaf,
untuk saat ini aku masih belum bisa memberitahukannya kepada siapapun.”
“begitu
ya? Emang kenapa sih, terus ada keperluan apa sampai-sampai kamu memutuskan
untuk pindah ke negara ini hanya untuk bertemu dengan orang tersebut.”
“aku...
aku ingin meminta maaf kepadanya.... ya, aku ingin meminta maaf dan berterima
kasih.” Jawabnya tersenyum.
Entah
kenapa raut wajah cheryl terlihat sedih saat menjawab pertanyaanku sekalipun
akhirnya ia tersenyum.
“maaf
ya aku jadi seperti mengusik kamu.”
“nggak
kok.”
“oh
iya, ngomong-ngomong gimana belanjaan kamu?”
“iya
aku lupa, yuk kita beli sekarang.”
Sebelum
pulang, kami berdua memutuskan pergi ke swalayan untuk membeli beberapa barang
yang dibutuhkan cheryl.
“menurut kamu lebih bagus yang mana?”
“mmm...
kalau menurutku, karena kamu yang akan menggunakannya kenapa tidak kamu pilih
saja yang menurutmu bisa memudahkan pekerjaanmu?”
“benar
juga ya, kalau begitu aku pilih yang ini deh.”
“he...
ngapain kalian berdua?” sapa edward mengagetkan kami berdua.
“hmmm...
dari baunya aku mencium sedang ada yang kencan nih? Kira-kira siapa yah?” kata
edward yang lagi-lagi mengusik ketenanganku.
“ah
kamu, kita nggak sedang kencan. Aku Cuma meminta akio menemani aku belanja
keperluanku saja karena aku belum hafal lokasi di kota ini.” Kata cheryl
menepis sindiran dari edward.
“hmmm
begitu ya.”
“kamu
sendiri lagi ngapain?” tanya cheryl.
“tentu
saja belanja lah, aku juga punya beberapa barang yang harus aku beli.”
“akio!
Sini sebentar?” kata edward menarik aku menjauh dari cheryl, “hehe... aku
pinjam dulu ya” tambahnya kali ini ke cheryl.
“ada
apa sih?” tanyaku ke edward setelah menarik aku menjauh dari cheryl
“beneran
kamu nggak kencan nih?”
“tidak,
kenapa sih?”
“hmm,
sayang banget, sayang banget! Padahal kesempatan sudah terbuka lebar.”
“ngomong
apaan sih kamu? Terus kalau memang aku sedang kencan kamu mau apa.”
“ya
cuman ingin tahu saja, kamu tahu sendiri kan kalau aku juga anggota dari
perserikatan jones, jadi aku butuh data untuk referensi saat sedang kencan.”
“kamu
tahu, kalau teman yang aku miliki semua sama seperti kamu aku pasti sudah
menjadi gila.”
“kenapa?”
“nggak
jadi. Terus ada apa lagi?”
“sudah..”
jawabnya datar.
“ya
sudah kalau gitu aku mau ke cheryl dulu.”
“ada
apa sih tadi?” tanya cheryl yang tampak penasaran dengan tingkah edward dan
saya
“nggak,
nggak ada apa-apa kok. Gimana sudah ketemu dengan benda yang kamu inginkan?”
“sudah
ketemu."
"kalau
gitu ayo kita bayar dan pulang, soalnya sudah sore.”
“iya,
tapi edward gimana?”
“nggak
usah khawatir dengan edward. Lagian katanya ada yang mau dia beli.”
“begitu
ya. Ayo!”
Usai
melakukan pembayaran di bagian kasir kami berdua akhirnya kembali kerumah
masing-masing. Perjalannan hari itu pun telah berakhir.
***
Keesokan
harinya.
“Bagaimana
akio?” tanya cheryl.
“enak,
aku suka makannannya.”
“baguslah
kalau kamu suka. Oh iya ngomong-ngomong gimana rencanna adiknya anna yang
kemarin?”
“rencanna
apa?” tanya anna yang juga sedang makan bekal di taman sekolah.
“oh,
rencanna yang kemarin ya, gimana kalau kita langsung tanya sama anna?”
“memangnya
rencanna apa sih?” ucap anna mengulang pertanyan tadi.
“jadi
begini, kemarin aku dan cheryl telah mendiskusikan tentang rencanna ulang tahun
buat adik kamu. Namun, seperti hasil yang sudah-sudah pada akhirnya kami tidak
menemukan solusi apa-apa hingga akhirnya muncul untuk melihat keadaan adik
kamu. Mungkin jika kami bisa mengerti situasi yang sebenarnya kami bisa
menemukan jalan untuk menyadarkan adik kamu.”
“hmmm
begitu, jadi intinya kalian ingin melihat kedaan adik saya? boleh”
“jadi
kapan kita bisa bertemu dengan adik kamu?” tanya cheryl.
“hari
ini pun kita bisa. Namun, meski demikian aku tidak ingin adik saya mengetahui
kalau tujuan kedatangan kalian kerumahku adalah hanya untuk membuat rencanna
kejutan ulang tahun adik saya.”
“bagaimana
kalau kamu ajak adik kamu jalan-jalan bersama kami?”
“kamu
masih ingat kan apa yang aku ceritakan kemarin lusa? Jangankan mengajaknya
berjalan-jalan untuk berbicara dengannya saja sudah sulit lantaran ia menjadi
begitu tertutup.”
“iya
juga ya.” Kata cheryl mengangguk.
“bagaimana
kalau kita mengadakan kelompok belajar di rumahmu? Dengan demikian kita bisa
mengamati sikap adik kamu tanpa harus takut ketahuan adik kamu?”
“hmmm,
boleh juga ide kamu akio!” kata cheryl
“baiklah,
kalau begitu kapan kita menjalankan misi ini?” tanyaku semakin bersemangat.
“kalau
hari ini bagaimana?”
Hari
ini sih aku nggak ada rencanna mungkin sebaiknya aku setuju. “boleh, kalau kamu
cheryl”
“aku
juga setuju.”
“baiklah,
kalau begitu nanti setelah bel pulang sekolah kita langsung berkumpul di
gerbang sekolah.”
***
Akhirnya
hari ini selesai juga. Aku pun segera memasukan semua alat tulisku ke dalam
tas. “bagaimana cheryl, sudah selesai?” tanyaku menunggu dia memasukan semua
alat tulisnya ke dalam tasnya.
“iya
sebentar.”
“cie-cie..
ada yang makin lengket saja?” ucap edward.
“apaan
sih?” jawab cheryl tersenyum.
“emang
mau pergi ke mana sih?”
“mau
tahu saja?”
“ya
tentu harus tahu, kamu ingat kan akio, aku ikut organisasi apa?”
“iya-iya
aku ingat. Kamu ikut organisasi sesat.”
“tunggu
sebentar bro. Organisasi ini bukan organisasi sesat tapi tepatnya menuntun keluar
dari jalan kesesatan.”
“kalian
ngomongin apa sih?”
“nggak
ngomongin apa-apa kok, Cuma membahas masalah pria sejati.” Jawab edward dengan
gagahnya.
“oh
begitu ya. Emang masalah pria sejati
seperti apa?” tanya cheryl.
“ya
tentu saja...”
Kalau
seperti ini bakal terlambat nih. “sudah-sudah, kenapa kita jadi bahas soal yang
nggak penting sih? Ayo cheryl kita sudah terlambat nih?” ucapku memotong perkataan
edward.
“emang
mau kemana sih?”
“kita
mau main ke rumah anna.” Jawab cheryl.
“anna
si wanita super dari kelas B ya, aku boleh ikut?”
“nggak
bisa kamu ngak diundang.”
”bener
kamu mau ikut.” Tanya cheryl yang rupanya tak sependapat denganku.
“ya
tentu saja.”
“mm...
baiklah kamu boleh ikurt.”
“tapi
kan..?”
“nggak
apa-apa akio, semakin banyak semakin bagus.”
“terima
kasih... lihat kan akio, aku bisa ikut!”
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments