Saturday, June 10, 2017

Life Not Equel Math ch 3

life not equel math

Chapter 3 : Kencan?!, tidak, ini bukan kencan!
Entah kenapa rasanya tak sabar mendengar bel tanda akhir sekolah. Padahal aku hanya berjanji akan menemani cheryl berkeliling tapi kenapa aku seperti mau menghadiri acara resmi yang di hadiri oleh berbagai pejabat besar dari seluruh dunia. Jantung ini rasanya tak mau berhenti berdegub dengan kencang. Fokus akio... ini masih pelajaran, jangan terlalu berfikir kemana-mana. Tujuanmu saat ini adalah apa yang ada didepanmu. Ayo fokus!

Tak lama kemudian bel tanda berakhirnya kegiatan belajar telah berbunyi.
Akhirnya selesai juga,... tapi entah kenapa detak jantungku justru semakin kencang memompa darah. Aku harus tenang, ya harus tenang. Hmmm hah..... baiklah. “yo! Gimana sudah siap?” tanyaku ke cheryl mengawali pembicaraan.

“tunggu sebentar...  okey sekarang sudah siap.”
“kalau gitu ayo!”
Akhirnya kita berdua memulai berkeliling sekolah, entah apakah ini pekerjaan yang konyol atau tidak. Namun, ketika berjalan bersama dengan chreyl rasanya memiliki kesan tersendiri sekalipun hanya berkeliling sekolah.
“cheryl?”
“emm? Ada apa?”
“kalau boleh tanya kenapa kamu memilih pindah ke sekolah ini di saat memasuki kelas dua? Untuk beberapa hal, aku mungkin tahu alasannya. Seperti karena sekolah ini adalah sekolah terbesar di dunia yang didanai oleh tiga negara sehingga kesempatan meniti karir bisa lebih besar. Namun apa hanya sebatas itu? Kalau alasannya seperti itu kenapa tidak masuk dari pertama kali, dan memilih saat kelas dua?” tanyaku yang tanpa sadar telah menanyakan sesuatu yang bukan urusanku.
“alsannya ya? Mungkin karena seseorang.”
“hah? Seseorang, maksudnya? Kamu dipaksa orang tuamu atau gimana?”
“bukan, bukan karena orang tua tapi karena seseorang.”
“aku jadi bingung, maksud kamu apa?”
“sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik dengan sekolah ini, tapi bukan karena benci atau bagimana. Hanya saja aku tidak terlalu suka kalau menjadi sorotan dunia internasional. Kamu tahu sendiri kan setiap kali ada kenaikan kelas atau pergantian semester maupun adanya siswa yang mampu menghasilkan sesuatu, selalu saja menjadi sorotan media internasional. Bagi saya itu sangat mengganggu.”

Memang benar sih, kalau cheryl sampai berkata seperrti itu. Karena sekolah ini bukan Cuma sekedar sekolah internasional. Sekolah ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan internasional antar bangsa dan negara menjadi lebih erat. Dalam arti luas sekolah ini bukan hanya mendidik siswa saja namun juga memberi kesempatan kepada semua siswa untuk menciptakan suatu terobosan untuk kepentingan umum, dalam hal ini kepentingan internasional.

“lalu, kenapa kamu masuk ke sekolah ini?”
“mungkin karena seseorang yang ingin aku temui berada disini.”
“heh!terus kamu sudah bertemu dengan orang tersebut.”
“mungkin.”
“lho kok mungkin?”
“soalnya yang aku ingat hanya nama dan wajahnya saat masih berumur 7 tahun. Jadi sekalipun nama orang tersebut sama persis dengan dia tetap saja tak menjamin kalau orang tersebut adalah seseorang yang aku cari.”
“emang namanya siapa?”
“hah? Kalau itu rahasia.”
“yah, baiklah kalau kamu tidak mau memberitahu saya. Padahal mungkin aku bisa membantu mencari tahu siapa orang tersebut.”
“aku sudah tahu siapa orangnya kok, sekarang aku hanya perlu memastikan kebenarannya.”
“begitu ya...  nah, sekarang kita sudah sampai di lab IT, disini siapapun yang mau mengembangkan ilmu pengetahuannya maupun ingin menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan IT bisa dikerjakan disini...”
Perbincanganku dengan cheryl terus berlanjut hingga tak disadari suasana mulai menjadi gelap.  
“hari sudah mulai gelap, mungkin sudah waktunya kita pulang.”
“iya, aku juga sudah selesai kok melihat-lihat sekolah.”
“kalau gitu ayo kita pulang” kataku mengajak pulang cheryl.
Kami berdua akhirnya pulang menyusuri jalan setapak yang mengarah ke tempat kami tinggal, hingga sampai di persimpangan jalan cheryl pun berkata. ”arah saya lewat sini, kamu mau kesana kan. Kalau gitu kita berpisah disini ya!”
“nggak apa-apa nih kita berpisah disini. Ini sudah mulai gelap lho? Nggak mau aku anterin?”
“nggak usah lagian aku sudah banyak merepotkan kamu.”
“nggak apa-apa, kamu juga baru pindah kesini kan? Aku yakin kamu belum tahu situasi lingkungan disini, jadi aku anterin ya?”
“beneran nggak merepotkan?”
“tenang saja... kita kan teman.”
“baiklah kalau kamu memaksa.”
“tenang saja, aku nggak punya niat apa-apa kok. Aku Cuma mau memastikan kamu sampai rumah dengan selamat.”
“iya.”
“ngomong-ngomong kamu disini tinggal dengan siapa?”
“aku disini tinggal sendirian.”
“wah, pasti repot ya. Menyiapkan segala sesuatunya sendirian.”
“nggak kok, sebelum aku pindah kesini, dirumah pun aku sudah terbiasa hidup sendiri karena orang tuaku yang memiliki pekerjaan kenegaraan yang super sibuk.”
 “oh... begitu ya.”
“mm.. akio,,,”
“apa?” tanyaku penasaran dengan nada bicaranya yang tiba-tiba berbeda.
Ada apa sih kenapa cheryl tiba–tiba terlihat menjadi gugup seperti itu, apa yang mau dia katakan?
“ada apa, nggak usah gugup seperti itu?”
“ e e.. akio, aku boleh minta tolong lagi tidak? Sebelumnya maaf karena seharian ini saya selalu membuatmu repot.”
“ tenang saja aku nggak apa-apa kok. Jadi kamu mau minta tolong apa?”
“karena aku pindah kesini hanya membawa pakaian saja, jadi aku masih agak repot karena kekurangan peralatan rumah.”
“terus?”
“emm.. gini, nanti hari minggu kamu ada acara nggak? Kalau kamu senggang kamu mau nemenin aku belanja nggak?”
“hah! A, a. a. apa?”
“nggak mau ya?” jawab cheryl yang tampak kecewa dengan jawabanku.
“bukan, bukan seperti itu.”

Hah apa yang barusan aku dengar? Apakah ini tawaran kencan? Tidak,  ini bukan kencan. Lagian kenapa aku harus jadi gugup seperti ini, ini hanya permintaan dari cheryl untuk menemaninya belanja keperluan rumah.
“iya, aku mau kok menemanimu belanja.”
“kalau gitu, nanti minggu jam 9 kita bertemu di persimpangan jalan ya?”
“okey.”

Untuk beberapa saat kami serasa kehilangan topik pembicaraan.
“sudah sampai, ini dia tempat tinggalku.”
“ya sudah kalau begitu saya permisi dulu ya?”
“iya, makasih sudah mengantar saya dan sampai nanti ya”
 “iya.”
Hahaha, sudah aku bilang untuk jangan malu kalau butuh bantuan. Tapi dia tetap saja malu...
Minggu ya, baiklah aku akan datang....
***
Sudah dua hari semenjak aku mengantar pulang cheryl ke apartemennya, entah kenapa hubunganku dengan dia menjadi lebih dekat. Rasanya hari-hari di sekolahku menjadi lebih berwarna ketimbang di tahun sebelumnya. Tentu saja, aku berkata seperti ini bukan berarti aku malas untuk bersekolah atau memiliki kenangan buruk di sekolah. hanya saja jika semangat yang aku miliki untuk mengahadapi keseharianku disekolah biasanya hanya segini, sekarang jadi segini, eh gimana ya, mungkin biasanya 100%, kini menjadi 200%, hebat bukan? Rasanya setiap hari yang akan datang menjadi misteri tersendiri. Begitu pun dengan hari ini, rasanya aku tak sabar dengan apa yang akan cheryl lakukan...  hah, apa yang akan cheryl lakukan? Tunggu dulu.., memang ada apa dengan cheryl. Dan kenapa aku tersenyum sendiri ketika mengingat nama cheryl? Entahlah, mungkin ini juga ada hubungannya dengan diriku yang tanpa sadar sering memperhatikan cheryl saat disekolah.

Seperti biasa pagi ini aku pun masih mencari informasi mengenai cara menemukan arti cinta. Ya memang terdengar konyol untuk aku sendiri yang menyandang peringkat tiga di sekolah namun tidak tahu apa arti cinta itu. Mungkin hari ini aku akan mencari informasi itu di buku-buku yang menjelaskan tentang asmara.  Maka dari itu pagi ini setelah sampai di sekolah aku putuskan untuk langsung ke perpus.

“Hah, sudah bel masuk ya, sebaiknya aku lanjutkan nanti setelah istirahat saja deh.”  Aku pun segera mengembalikan buku yang tadi aku baca ke tempatnya semula. Segera setelah aku mengembalikan buku tersebut aku segera keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju ke ruang kelas.
“itu dia orangnya?” kata edward menunjuk ke arahku saat aku sampai di kelas.
“ada apa?” tanyaku penasaran.
“tadi cheryl menanyakan kamu ada dimana?” kata edward menjelaskan.
“oh, tadi aku habis dari perpus. Emangnya ada apa sih cheryl?”
“hah! E, em, itu, kamu ingat janji kita kemarin kan?”
“janji?  Oh janji yang itu ya? Iya aku ingat.”
“kalau gitu istirahat nanti ya?”
“okey,” jawabku sambil duduk.
“ada apa sih akio?” tanya edward yang ikut penasaran.
 “cie...cie.. kencan ni ye...?!” edwad menggodaku
 “nggak ada apa-apa kok, mau tau aja?” entah kenapa aku merasa malu

Sebenarnya sih ini Cuma janji biasa yang dibuat sama aku, cheryl dan anna untuk makan siang bersama ditaman. Pada awalnya kemarin aku dan cheryl tengah berjalan mengantarkan tugas ke kantor dan ditengah jalan kami berdua bertemu dengan anna.

“wah, kebetulan sekali aku bertemu kalian disini.”
“ emang ada apa?” tanyaku penasaran.
“sebenarnya aku ada perlu dengan kalian berdua.”
“memang ada perlu apa sih?” tanya cheryl yang ikut penasaran.
“mmm..., tapi kalian mau bantu aku tidak?”
“kalau kami memang bisa membantu pasti akan kami bantu. Iya kan?” jawabku sambil mengarahkan wajahku ke cheryl.
“ya tentu saja! Akan kami bantu sebisa kami. Jadi, mau minta tolong apa?”
“besok saat istirahat kita makan bersama ditaman, ya! Disanna akan saya beritahu apa permintaan saya. Kalau gitu sudah ya aku mau ke kelas.” Jawab anna sambil meninggalkan kami berdua.
“hah?  Apa maksudnya?” tanyaku yang agak bingung dengan tingkah anna.
“okey.... akio besok, ya!”
Nah, seperti itulah janji yang kita buat kemarin. Dan kalau aku pikirkan lagi ini bukan seperti janji yang aku buat dengan cheryl dan anna. Ini justru seperti janji sepihak yang dibuat oleh anna. Tapi entahlah aku juga penasaran dengan permintaan anna. Jadi tak apalah kalau mengikutinya.
***
(“......Wayang kulit sendiri berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Ma Hyang”, artinya berjalan menuju yang maha tinggi (disini bisa diartikan sebagai roh, Tuhan, ataupun Dewa). Akan tetapi ada sebagian orang yang berpengertian bahwa kata wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, atau yang dalam bahasa Indonesia baku adalah bayang. Hipotesa bahwa wayang berasal dari kata-kata bayang ini didapat dari bukti bahwa para penonton dapat menyaksikan pertunjukkan wayang dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh para dalang yang merangkap tugasnya sebagai narator....”) penjelasan guru yang tak kudengarkan karena fokus didalam hatiku sendiri
Hah...  kira-kira cinta itu rasanya seperti apa ya? Terus seperti apa rasanya memiliki seorang kekasih. hah...  andai saja aku tahu...? aduh, kenapa pikiranku jadi mengarah ke masalah ini sih? Fokus akio, fokus!
***
“haaaaa, akhirnya selesai juga pelajarannya.”
“ayo akio!” seru cheryl
“duluan saja, aku masih ada urusan. Nanti aku nyusul.”
“kalau begitu aku duluan ya!” jawabnya sambil berlari keluar.
Untung saja tadi pagi aku ingat untuk membawa bekal. Okey, bekal sudah ada, waktunya berangkat.  Sebaiknya aku cepat, mungkin cheryl dan anna sudah menunggu.
“mereka dimana ya?”
“akio..! di sini.”
Oh itu dia. “iya aku segera kesanna!”
“akio juga bawa bekal ya?”
“iya, memangnya kenapa sih. Kemarin kita sudah berjanji mau makan bersama. Jadi aku sengaja bawa bekal dari rumah.”
“aku kira kita mau beli di kantin terus kita makan di sini, ternyata salah ya.”
“oh, jadi masalahnya itu ya, tenang saja aku bawa lebih kok. Kamu bisa ambil sebagian dari punyaku” kataku menawarkan.
“Tapi kan ini punya kamu? Jadi lebih baik aku beli di kantin saja”
“nggak usah, kita kan teman ?”
“tapi saya sudah sering merepotkanmu.”
“ya sudah kalau gitu saya ambil ya?” sambung anna sembari menyambar makannanku.
“eh..  tunggu! Baiklah aku terima.”
“silahkan” kataku.
“bagaimana?”
“enak, rasanya manis dan mengenyangkan. ini namanya apa?”
“jalabiya atau kue cincin”
“jalabiya? Kok bentuknya seperti donat?”
“memang seperti donat, namun berbeda dengan donat yang menggunakan bahan untuk membuat kue pada umumnya, jalabiya menggunakan bahan tepung beras dan tepung ketan yang dibalut dengan lelehan gula merah.”
“rasanya baru dengar nama makanan ini?”
“iya benar, aku juga baru tahu kalau ada makanan seperti ini.” Tambah anna yang ikut nyambung pembicaraan kita.
“tentu saja, kalian baru dengar, karena makannan ini hanya bisa kamu temukan di negara indonesia dan itupun sekitar 200 tahun yang lalu?”
“oh indonesia ya,  terus kenapa kamu tahu resepnya? Kan sudah lama sekali makannan ini tidak dibuat.”
“karena ini sudah menjadi resep keluarga ku turun temurun. Nenek moyang ku dulu adalah seorang pebisnis kue kering asal jawa. Lantaran terjadinya pergolakan dalam negeri dan pecahnya perang dunia ke tiga makannan ini pun menjadi langka dan akhirnya punah lantaran banyaknya kelaparan disana sini dan kurangnya bahan pangan untuk membuat makannan ini. ngomong-ngomong kenapa kita jadi membahasnya masalah makannan, bukannya kita kesini mau membahas soal permintaanmu anna?”  
“oh iya, maaf – maaf aku hampir lupa?”
“jadi kamu mau minta tolong apa?” tanya cheryl.

“sebentar lagi adik saya akan berulang tahun yang ke 14 tahun dan saya ingin membuat kejutan untuk dia, tapi aku tidak tahu harus seperti apa?”

bersambung


Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments