Chapter 3 : Kencan?!,
tidak, ini bukan kencan!
Entah
kenapa rasanya tak sabar mendengar bel tanda akhir sekolah. Padahal aku hanya
berjanji akan menemani cheryl berkeliling tapi kenapa aku seperti mau
menghadiri acara resmi yang di hadiri oleh berbagai pejabat besar dari seluruh
dunia. Jantung ini rasanya tak mau berhenti berdegub dengan kencang. Fokus
akio... ini masih pelajaran, jangan terlalu berfikir kemana-mana. Tujuanmu saat
ini adalah apa yang ada didepanmu. Ayo fokus!
Tak
lama kemudian bel tanda berakhirnya kegiatan belajar telah berbunyi.
Akhirnya
selesai juga,... tapi entah kenapa detak jantungku justru semakin kencang
memompa darah. Aku harus tenang, ya harus tenang. Hmmm hah..... baiklah. “yo!
Gimana sudah siap?” tanyaku ke cheryl mengawali pembicaraan.
“tunggu
sebentar... okey sekarang sudah siap.”
“kalau
gitu ayo!”
Akhirnya
kita berdua memulai berkeliling sekolah, entah apakah ini pekerjaan yang konyol
atau tidak. Namun, ketika berjalan bersama dengan chreyl rasanya memiliki kesan
tersendiri sekalipun hanya berkeliling sekolah.
“cheryl?”
“emm?
Ada apa?”
“kalau
boleh tanya kenapa kamu memilih pindah ke sekolah ini di saat memasuki kelas
dua? Untuk beberapa hal, aku mungkin tahu alasannya. Seperti karena sekolah ini
adalah sekolah terbesar di dunia yang didanai oleh tiga negara sehingga
kesempatan meniti karir bisa lebih besar. Namun apa hanya sebatas itu? Kalau
alasannya seperti itu kenapa tidak masuk dari pertama kali, dan memilih saat
kelas dua?” tanyaku yang tanpa sadar telah menanyakan sesuatu yang bukan
urusanku.
“alsannya
ya? Mungkin karena seseorang.”
“hah?
Seseorang, maksudnya? Kamu dipaksa orang tuamu atau gimana?”
“bukan,
bukan karena orang tua tapi karena seseorang.”
“aku
jadi bingung, maksud kamu apa?”
“sebenarnya
aku sama sekali tidak tertarik dengan sekolah ini, tapi bukan karena benci atau
bagimana. Hanya saja aku tidak terlalu suka kalau menjadi sorotan dunia
internasional. Kamu tahu sendiri kan setiap kali ada kenaikan kelas atau
pergantian semester maupun adanya siswa yang mampu menghasilkan sesuatu, selalu
saja menjadi sorotan media internasional. Bagi saya itu sangat mengganggu.”
Memang
benar sih, kalau cheryl sampai berkata seperrti itu. Karena sekolah ini bukan
Cuma sekedar sekolah internasional. Sekolah ini dimaksudkan untuk menciptakan
hubungan internasional antar bangsa dan negara menjadi lebih erat. Dalam arti
luas sekolah ini bukan hanya mendidik siswa saja namun juga memberi kesempatan
kepada semua siswa untuk menciptakan suatu terobosan untuk kepentingan umum,
dalam hal ini kepentingan internasional.
“lalu,
kenapa kamu masuk ke sekolah ini?”
“mungkin
karena seseorang yang ingin aku temui berada disini.”
“heh!terus
kamu sudah bertemu dengan orang tersebut.”
“mungkin.”
“lho
kok mungkin?”
“soalnya
yang aku ingat hanya nama dan wajahnya saat masih berumur 7 tahun. Jadi
sekalipun nama orang tersebut sama persis dengan dia tetap saja tak menjamin
kalau orang tersebut adalah seseorang yang aku cari.”
“emang
namanya siapa?”
“hah?
Kalau itu rahasia.”
“yah,
baiklah kalau kamu tidak mau memberitahu saya. Padahal mungkin aku bisa
membantu mencari tahu siapa orang tersebut.”
“aku
sudah tahu siapa orangnya kok, sekarang aku hanya perlu memastikan
kebenarannya.”
“begitu
ya... nah, sekarang kita sudah sampai di
lab IT, disini siapapun yang mau mengembangkan ilmu pengetahuannya maupun ingin
menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan IT bisa dikerjakan disini...”
Perbincanganku
dengan cheryl terus berlanjut hingga tak disadari suasana mulai menjadi gelap.
“hari
sudah mulai gelap, mungkin sudah waktunya kita pulang.”
“iya,
aku juga sudah selesai kok melihat-lihat sekolah.”
“kalau
gitu ayo kita pulang” kataku mengajak pulang cheryl.
Kami
berdua akhirnya pulang menyusuri jalan setapak yang mengarah ke tempat kami
tinggal, hingga sampai di persimpangan jalan cheryl pun berkata. ”arah saya
lewat sini, kamu mau kesana kan. Kalau gitu kita berpisah disini ya!”
“nggak
apa-apa nih kita berpisah disini. Ini sudah mulai gelap lho? Nggak mau aku
anterin?”
“nggak
usah lagian aku sudah banyak merepotkan kamu.”
“nggak
apa-apa, kamu juga baru pindah kesini kan? Aku yakin kamu belum tahu situasi
lingkungan disini, jadi aku anterin ya?”
“beneran
nggak merepotkan?”
“tenang
saja... kita kan teman.”
“baiklah
kalau kamu memaksa.”
“tenang
saja, aku nggak punya niat apa-apa kok. Aku Cuma mau memastikan kamu sampai
rumah dengan selamat.”
“iya.”
“ngomong-ngomong
kamu disini tinggal dengan siapa?”
“aku
disini tinggal sendirian.”
“wah,
pasti repot ya. Menyiapkan segala sesuatunya sendirian.”
“nggak
kok, sebelum aku pindah kesini, dirumah pun aku sudah terbiasa hidup sendiri
karena orang tuaku yang memiliki pekerjaan kenegaraan yang super sibuk.”
“oh... begitu ya.”
“mm..
akio,,,”
“apa?”
tanyaku penasaran dengan nada bicaranya yang tiba-tiba berbeda.
Ada
apa sih kenapa cheryl tiba–tiba terlihat menjadi gugup seperti itu, apa yang
mau dia katakan?
“ada
apa, nggak usah gugup seperti itu?”
“
e e.. akio, aku boleh minta tolong lagi tidak? Sebelumnya maaf karena seharian
ini saya selalu membuatmu repot.”
“
tenang saja aku nggak apa-apa kok. Jadi kamu mau minta tolong apa?”
“karena
aku pindah kesini hanya membawa pakaian saja, jadi aku masih agak repot karena
kekurangan peralatan rumah.”
“terus?”
“emm..
gini, nanti hari minggu kamu ada acara nggak? Kalau kamu senggang kamu mau
nemenin aku belanja nggak?”
“hah!
A, a. a. apa?”
“nggak
mau ya?” jawab cheryl yang tampak kecewa dengan jawabanku.
“bukan,
bukan seperti itu.”
Hah
apa yang barusan aku dengar? Apakah ini tawaran kencan? Tidak, ini bukan kencan. Lagian kenapa aku harus
jadi gugup seperti ini, ini hanya permintaan dari cheryl untuk menemaninya
belanja keperluan rumah.
“iya,
aku mau kok menemanimu belanja.”
“kalau
gitu, nanti minggu jam 9 kita bertemu di persimpangan jalan ya?”
“okey.”
Untuk
beberapa saat kami serasa kehilangan topik pembicaraan.
“sudah
sampai, ini dia tempat tinggalku.”
“ya
sudah kalau begitu saya permisi dulu ya?”
“iya,
makasih sudah mengantar saya dan sampai nanti ya”
“iya.”
Hahaha,
sudah aku bilang untuk jangan malu kalau butuh bantuan. Tapi dia tetap saja
malu...
Minggu
ya, baiklah aku akan datang....
***
Sudah
dua hari semenjak aku mengantar pulang cheryl ke apartemennya, entah kenapa
hubunganku dengan dia menjadi lebih dekat. Rasanya hari-hari di sekolahku
menjadi lebih berwarna ketimbang di tahun sebelumnya. Tentu saja, aku berkata
seperti ini bukan berarti aku malas untuk bersekolah atau memiliki kenangan
buruk di sekolah. hanya saja jika semangat yang aku miliki untuk mengahadapi
keseharianku disekolah biasanya hanya segini, sekarang jadi segini, eh gimana
ya, mungkin biasanya 100%, kini menjadi 200%, hebat bukan? Rasanya setiap hari
yang akan datang menjadi misteri tersendiri. Begitu pun dengan hari ini,
rasanya aku tak sabar dengan apa yang akan cheryl lakukan... hah, apa yang akan cheryl lakukan? Tunggu
dulu.., memang ada apa dengan cheryl. Dan kenapa aku tersenyum sendiri ketika
mengingat nama cheryl? Entahlah, mungkin ini juga ada hubungannya dengan diriku
yang tanpa sadar sering memperhatikan cheryl saat disekolah.
Seperti
biasa pagi ini aku pun masih mencari informasi mengenai cara menemukan arti
cinta. Ya memang terdengar konyol untuk aku sendiri yang menyandang peringkat
tiga di sekolah namun tidak tahu apa arti cinta itu. Mungkin hari ini aku akan
mencari informasi itu di buku-buku yang menjelaskan tentang asmara. Maka dari itu pagi ini setelah sampai di
sekolah aku putuskan untuk langsung ke perpus.
“Hah,
sudah bel masuk ya, sebaiknya aku lanjutkan nanti setelah istirahat saja deh.” Aku pun segera mengembalikan buku yang tadi
aku baca ke tempatnya semula. Segera setelah aku mengembalikan buku tersebut
aku segera keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju ke ruang kelas.
“itu
dia orangnya?” kata edward menunjuk ke arahku saat aku sampai di kelas.
“ada
apa?” tanyaku penasaran.
“tadi
cheryl menanyakan kamu ada dimana?” kata edward menjelaskan.
“oh,
tadi aku habis dari perpus. Emangnya ada apa sih cheryl?”
“hah!
E, em, itu, kamu ingat janji kita kemarin kan?”
“janji? Oh janji yang itu ya? Iya aku ingat.”
“kalau
gitu istirahat nanti ya?”
“okey,”
jawabku sambil duduk.
“ada
apa sih akio?” tanya edward yang ikut penasaran.
“cie...cie.. kencan ni ye...?!” edwad
menggodaku
“nggak ada apa-apa kok, mau tau aja?” entah
kenapa aku merasa malu
Sebenarnya
sih ini Cuma janji biasa yang dibuat sama aku, cheryl dan anna untuk makan
siang bersama ditaman. Pada awalnya kemarin aku dan cheryl tengah berjalan
mengantarkan tugas ke kantor dan ditengah jalan kami berdua bertemu dengan anna.
“wah,
kebetulan sekali aku bertemu kalian disini.”
“
emang ada apa?” tanyaku penasaran.
“sebenarnya
aku ada perlu dengan kalian berdua.”
“memang
ada perlu apa sih?” tanya cheryl yang ikut penasaran.
“mmm...,
tapi kalian mau bantu aku tidak?”
“kalau
kami memang bisa membantu pasti akan kami bantu. Iya kan?” jawabku sambil
mengarahkan wajahku ke cheryl.
“ya
tentu saja! Akan kami bantu sebisa kami. Jadi, mau minta tolong apa?”
“besok
saat istirahat kita makan bersama ditaman, ya! Disanna akan saya beritahu apa
permintaan saya. Kalau gitu sudah ya aku mau ke kelas.” Jawab anna sambil
meninggalkan kami berdua.
“hah? Apa maksudnya?” tanyaku yang agak bingung
dengan tingkah anna.
“okey....
akio besok, ya!”
Nah,
seperti itulah janji yang kita buat kemarin. Dan kalau aku pikirkan lagi ini
bukan seperti janji yang aku buat dengan cheryl dan anna. Ini justru seperti
janji sepihak yang dibuat oleh anna. Tapi entahlah aku juga penasaran dengan
permintaan anna. Jadi tak apalah kalau mengikutinya.
***
(“......Wayang kulit sendiri berasal dari sebuah kalimat yang
berbunyi “Ma Hyang”, artinya berjalan menuju yang maha tinggi (disini bisa diartikan sebagai roh, Tuhan, ataupun
Dewa). Akan tetapi ada sebagian orang yang berpengertian bahwa kata wayang
berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, atau yang dalam bahasa
Indonesia baku adalah bayang. Hipotesa bahwa wayang berasal dari kata-kata
bayang ini didapat dari bukti bahwa para penonton dapat menyaksikan
pertunjukkan wayang dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh para
dalang yang merangkap tugasnya sebagai narator....”) penjelasan guru yang tak kudengarkan karena
fokus didalam hatiku sendiri
Hah...
kira-kira cinta itu rasanya seperti apa
ya? Terus seperti apa rasanya memiliki seorang kekasih. hah... andai saja aku tahu...? aduh, kenapa pikiranku
jadi mengarah ke masalah ini sih? Fokus akio, fokus!
***
“haaaaa,
akhirnya selesai juga pelajarannya.”
“ayo
akio!” seru cheryl
“duluan
saja, aku masih ada urusan. Nanti aku nyusul.”
“kalau
begitu aku duluan ya!” jawabnya sambil berlari keluar.
Untung
saja tadi pagi aku ingat untuk membawa bekal. Okey, bekal sudah ada, waktunya
berangkat. Sebaiknya aku cepat, mungkin
cheryl dan anna sudah menunggu.
“mereka
dimana ya?”
“akio..!
di sini.”
Oh
itu dia. “iya aku segera kesanna!”
“akio
juga bawa bekal ya?”
“iya,
memangnya kenapa sih. Kemarin kita sudah berjanji mau makan bersama. Jadi aku
sengaja bawa bekal dari rumah.”
“aku
kira kita mau beli di kantin terus kita makan di sini, ternyata salah ya.”
“oh,
jadi masalahnya itu ya, tenang saja aku bawa lebih kok. Kamu bisa ambil
sebagian dari punyaku” kataku menawarkan.
“Tapi
kan ini punya kamu? Jadi lebih baik aku beli di kantin saja”
“nggak
usah, kita kan teman ?”
“tapi
saya sudah sering merepotkanmu.”
“ya
sudah kalau gitu saya ambil ya?” sambung anna sembari menyambar makannanku.
“eh.. tunggu! Baiklah aku terima.”
“silahkan”
kataku.
“bagaimana?”
“enak,
rasanya manis dan mengenyangkan. ini namanya apa?”
“jalabiya
atau kue cincin”
“jalabiya?
Kok bentuknya seperti donat?”
“memang
seperti donat, namun berbeda dengan donat yang menggunakan bahan untuk membuat
kue pada umumnya, jalabiya menggunakan bahan tepung beras dan tepung ketan yang
dibalut dengan lelehan gula merah.”
“rasanya
baru dengar nama makanan ini?”
“iya
benar, aku juga baru tahu kalau ada makanan seperti ini.” Tambah anna yang ikut
nyambung pembicaraan kita.
“tentu
saja, kalian baru dengar, karena makannan ini hanya bisa kamu temukan di negara
indonesia dan itupun sekitar 200 tahun yang lalu?”
“oh
indonesia ya, terus kenapa kamu tahu
resepnya? Kan sudah lama sekali makannan ini tidak dibuat.”
“karena
ini sudah menjadi resep keluarga ku turun temurun. Nenek moyang ku dulu adalah
seorang pebisnis kue kering asal jawa. Lantaran terjadinya pergolakan dalam negeri
dan pecahnya perang dunia ke tiga makannan ini pun menjadi langka dan akhirnya
punah lantaran banyaknya kelaparan disana sini dan kurangnya bahan pangan untuk
membuat makannan ini. ngomong-ngomong kenapa kita jadi membahasnya masalah makannan,
bukannya kita kesini mau membahas soal permintaanmu anna?”
“oh
iya, maaf – maaf aku hampir lupa?”
“jadi
kamu mau minta tolong apa?” tanya cheryl.
“sebentar
lagi adik saya akan berulang tahun yang ke 14 tahun dan saya ingin membuat
kejutan untuk dia, tapi aku tidak tahu harus seperti apa?”
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments