Saturday, June 3, 2017

Life Not Equel Math ch 2

Chapter 2. sebenarnya
Kalau mengingat apa yang dikatakan edward siang tadi, apa benar ya kalau yang aku lakukan adalah menarik perhatian cheryl. Lalu apa yang akan terjadi jika cheryl akhirnya benar-benar memiliki perasaan terhadap saya, apa yang akan terjadi? Dan mungkinkah jika cheryl menjadi pacarku aku akan bisa megerti apa itu cinta terhadap kekasih, serta seperti apa itu rasanya pacaran?

Hah...! kenapa aku jadi begini sih, ngapain aku harus repot-repot mikirin kayak gitu dengan serius? Padahal yang aku inginkan cuma ngerasain seperti apa itu cinta bukan untuk sesuatu yang serius seperti ini. Bodo amatlah mending aku tidur saja!
***
SMA IHSOEFU atau International High School Of Peace Utlefusi adalah sekolah menengah atas yang didirikan sebagai wujud dari bentuk perdamaian yang telah dibuat oleh ketiga negara besar setelah berakhirnya perang dunia ke tiga. SMA Ihsoefu sendiri berdiri di kota togence yang terletak di negara Leute yang telah menjadi pemenang dan pelopor terjadinya perdamaian dunia setelah perang yang melanda hampir 80 tahun lamanya. Dan saat ini hampir semua remaja di seluruh dunia yang memiliki potensi untuk mengubah masa depan dunia dengan perdamaian berkumpul disini untuk mempelajari segala sesuatu yang mampu membuat dunia tidak dilanda krisis tanpa menghilangkan akan arti penting dari menghormati adanya suatu perbedaan. 

Ya begitulah gambaran tentang sma ihsoefu yang menjadi tempat ku belajar serta melakukan observasi mencari pacar.  Tentu saja, mencari pacar juga bukan salah satu mata pelajaran di sekolah ini, ini hanya misi pribadi saya sendiri atas dasar untuk memahami makna saling memahami satu sama lain. Karena aku sendiri menyadari setinggi apapun ilmu yang dimiliki seseorang dengan tujuan membuat dunia menjadi makmur tidak akan mengubah seseorang untuk bisa mengerti dan memahami orang lain jika tidak memiliki rasa untuk mengerti. Dan sebagai objek untuk penelitian ku ini aku memilih memahami arti sebuah ikatan yang didasari cinta. Dengan kata lain yaitu pacaran sebuah ikatan yang rentan akan terjadinya perpecahan.

Kini aku tengah menyusuri jalan setapak yang mengarah ke sekolah, disepanjang pinggiran jalan berderet pepohonan yang cukup rindang hingga ketika malam tiba suasanna disini menjadi seakan menyeramkan. Namun itu hanya rumor yang beredar dan sejauh ini selama saya tinggal di kota ini tak satupun hantu yang bisa aku temui di tempat ini.

Ketika aku sampai di suatu persimpangan gang, aku melihat seorang gadis berseragam sama sepertiku yang tengah berhadapan dengan 3 orang anak beradalan yang tampaknya tengah mengancam gadis tersebut.
“ada apa dengan gadis itu? Kenapa mereka terlihat marah terhadap dia?  Tapi apapun itu sebaiknya aku menolong dia.” Ucapku sambil berlari menghampiri gadis tersebut.
“hoy... tunggu sebentar?”
“hah... siapa kamu?”
“aku... aku hanya mau bertanya dengan kalian?”
“tanya? tanya apa, seperti ujian saja?”
“apa yang kalian lakukan terhadap gadis ini?”
“apapun yang kami lakukan itu bukan urusanmu, jadi sebelum kamu jadi babak belur, mending kamu cepat pergi dari sini.”
“maaf, tapi ini sekarang jadi urusanku?”
“hah, banyak omong juga nih anak!”
“hey! apa yang kamu katakan tadi?  Lebih baik kamu nggak usah ikut campur dengan urusanku” Ucap sang gadis.
“mana mungkin aku tidak ikut campur jika orang yang sedang berhadapan dengan mereka adalah seorang gadis seperti kamu.”
Gadis itu tampak terdiam, hingga tanpa kusadari sebuah pukulan telah mendarat ke wajahku.
“hey...!” ucap sang gadis yang mulai tampak marah.
“tenang saja, aku tidak apa – apa. Baiklah karena permainan sudah dimulai sebaiknya kalian bersiap jangan sampai menyesal.”
“hah, menyesal ? seharusnya itu adalah perkataan kami.”
Adu jotos akhirnya terjadi antara aku dengan anak-anak berandalan tersebut. “gawat, kalau seperti ini justru akulah yang akan jadi korban. Sebaiknya aku cepat membawa lari gadis ini dari anak-anak ini.”
“ayo, kita pergi dari sini!” Ucapku menarik tangan gadis itu.
“hey, jangan kabur kalian!”
“Halah, kenapa kesadaranku mulai hilang? Gawat ini...” ucapku dalam hati yang akhirnya tersungkur ketannah.
“hey..  hey....  bangun, ayo bangun....!”
“ma.. af”
***
 “dimana aku” ucapku yang baru sadar kalau aku tengah berbaring di sebuah kasur.
“akhirnya sadar juga kamu? Bagaimana lukamu?”
“kepalaku masih terasa pusing, tapi sekarang sudah tidak apa-apa kok.”
 “syukurlah kalau kamu tidak apa-apa, sekarang kamu ada di ruang UKS sekolah kita. Tadi aku sudah meminta ijin ke wali kelas kamu, jadi kamu bisa beristirahat lebih lama lagi.”
“terima kasih ya? Kalau kamu sendiri keadaannya bagaimana?”
“ya seperti yang kamu lihat, aku baik baik saja.” Jawabnya dengan tersenyum.
“syukurlah... tapi ngomongin masalah tadi pagi kenapa kamu sampai terlibat dengan mereka?”
“sebenarnya akulah yang menantang mereka.”
“hah...!” ucapku kaget. “kamu yang menantang mereka? Kenapa?”
“cuma marah saja melihat tingkah mereka yang sering menggangu gadis-gadis saat pulang sekolah.”
“gila ya kamu! Menantang mereka seorang diri?”
“yang gila tuh kamu.”
“lho! kok aku?”
“ya iyalah, tanpa tahu apa-apa kamu langsung datang ikut campur. Padahal kan sudah aku bilang untuk tidak ikut campur.  Sekarang lihatlah hasilnya.”
Wah...  kasar juga perkataan gadis ini, ya meskipun ada benarnya juga sih. “lalu siapa yang membawa saya ke sini dan bagaimana dengan mereka.”
“heh! Mereka sudah aku buat merasakannya. Dan kamu, berterimakasihlah kepadaku.” Ucapnya dengan nada penuh kesombongan sambil tersenyum menyibakkan rambutnya yang teruai panjang dengan warna hitamnya yang berkilau.
“maksudmu,. Kamu yang mengalahkan mereka!”
“tentu saja! Memangnya kamu?” ucapnya yang semakin sombong.
“tapi meski begitu... te-terima kasih telah datang menolongku.”
“iya sama-sama.”jawabku tersenyum
“ngomong-ngomong siapa namamu?”
“ namaku Karisma Anna dari kelas 2 B”
“Anna ya?, Kalau aku...”
“akio ahsan dari kelas 2A! Siapa coba yang nggak kenal dengan siswa jenius nomor 3 di sekolah.” Ucapnya memotong perkataanku.
“ngomong – ngomong kamu nggak ke kelas?”
“nggak, sekali-kali aku juga ingin bolos.”
“hmm gitu ya? kalau begitu sebaiknya aku kembali ke kelas.” Ucapku sambil bangkit dari tempat tidur.
“lho kenapa ? eh bukan, maksudku emang kamu sudah baikan?”
“iya, aku sudah mendingan walaupun masih ada yang sakit sih. Tapi nggak apa-apa kok.”
“kalau gitu aku temani ya?” ucapnya sambil membantu saya berdiri.
“maaf ya, niatnya mau nolongin kamu, tapi justru kamu yang nolongin aku. hehehe” kataku sambil menyusuri lorong kelas.
“nggak apa - apa kok.”
Kami pun akhirnya sampai di kelas ku. “kalau begitu saya permisi dulu ya dan terima kasih.”
“iya sama – sama, maaf...eeee ?”
“ada apa?” ucapku.
“nggak jadi! kalau gitu sampai nanti ya?”
***
Huh, akhirnya sampai juga di tempat duduk. Untung saja belum ada guru yang masuk.
 “emm, akio ?” sapa cheryl yang duduk di sebelahku.
“ya, ada apa?”
“wajahmu kenapa?”
“oh ini, tadi sewaktu saya mau berangkat, di tengah jalan saya tersandung batu jadinya seperti ini. hahaha”
“tapi kenapa lukanya seperti bekas dipukul?”
“oh ini nggak apa-apa kok.” Waduh mana mungkin aku bilang mau nyelametin cewek justru aku yang diselametin. Bikin repot saja nih luka.
“beneran? Sakit nggak?”
“nggak apa – apa kok! Hehehe.”
Kemudian tanpa aku sadari ternyata edward sudah ada di samping saya.
“wah.., gimana rasanya, sakit atau enak?” kata edward yang tiba – tiba ikut nyambung.
“maksudnya”
“tuh, enak diperhatiin cewek karena luka. Atau sakit karena malu diselametin cewek.”
waduh, .  tenyata bisa bocor juga mulut annak ini.
“memang apa yang terjadi dengan akio?” tanya cheryl yang tampaknya semakin penasaran.
Waduh sebaiknya aku harus segera menutup mulutnya.
“dia tuh sebenarnya,.... mmm”
“sst... sebaiknya kamu diam dan ikut aku sebentar.” Bisikku ke edward sambil menutup mulutnya.
“hehehe... nggak apa-apa  kok. Sebentar ya cheryl.”
“ayo! Ikut aku” kata ku sambil menarik keluar edward.
“ada apa sih?”
“masalah luka ini jangan dikasih tahu?”
“emang kenapa ? kan dia ingin tahu. Apa salahnya aku memberitahukan dia. Lagian itu kan bukan sesuatu yang besar.”
“ya pokoknya jangan!”
  “kenapa, atau jangan-jangan kamu suka sama dia ya? Jadi kamu nggak mau dia jadi khawatir.”
“bukan, bukan seperti itu, aku tak punya perasaan apa-apa sama dia , dia cuma teman dan lagian aku juga nggak tahu apa itu cinta. Kenapa kamu bilang kalau aku suka sama dia?”
“hmmm!”
Sial dia tidak mau mendengar perkataanku.
“baiklah, baiklah, aku tidak akan memberitahukannya.”
“ya sudah, ayo kita kembali ke kelas.” Tukas ku mengajak edward masuk kelas.

Sebenarnya bukan urusanku kalau si edward mau memberitahunya atau tidak, hanya saja aku tidak mau seseorang mengkhawatirkan aku. Karena dari kekhawatiran tersebut, berbagai macam penyakit akan timbul dalam hati seseorang. Rasa ingin tahu, rasa suka, rasa ingin melindungi, rasa ingin memberi dan pada akhirnya hanya akan menimbulkan penyesalan ketika sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan hasil yang di dapat. Ya meskipun saat ini saya tengah mencoba untuk kembali mempelajari tentang apa itu cinta.

“ada apa sih?” tanya cheryl.
“nggak ada apa-apa kok, intinya luka ini karena tersandung dan bukan karena apa-apa. Iya kan” jawabku sambil menatap edward dengan tatapan mengancam.
 “iya, akio terluka karena tersandung kok. Hehehe...”
“oh begitu ya, lain kali hati – hati ya.”
 “iya.” Huh, syukurlah dia percaya.
“hei! ada guru, ada guru ayo cepat duduk.”

Suasanna kelas kembali tenang dan yang terdengar hanya suara guru yang sedang mengajar.  Kini pikiran dan mataku hanya fokus ke depan mempelajari materi yang tengah di presentasikan oleh guru hingga akhirnya fokus itu hilang saat cheryl melemparkan secarik kertas ke mejaku.

“akio, aku boleh minta tolong nggak?” tulisnya dikertas tersebut.
“minta tolong apa?”jawabku yang kutulis di secarik kertas.
“istirahat nanti kamu bisa menemaniku berkeliling sekolah? Kemarin  banyak hal yang harus aku benahi di penginapanku sehingga aku tidak sempat berkeliling sekolah. Bagaimana, kamu mau?”
“baiklah, aku akan menemanimu berkeliling.” Jawabku kembali.
“terima kasih ya.” Jawabnya tersenyum kepadaku dengan raut wajah berseri-seri.
Saat itu entah apa yang telah terjadi terhadapku. Namun yang pasti aku merasa terpesona dengan dengan senyum yang ia tampakkan terhadapku.
Bel tanda istirahat makan siang telah berbunyi, tak menunggu  waktu lama suasanna sekolah yang sebelumnya begitu tenang berubah menjadi ramai. Dan itu pun berlaku terhadapku. Seakan menagih janji cheryl pun kini telah berada di depanku.
“ayo!” ajakku usai merapikan buku pelajaran yang baru saja dipelajari.
“em!” jawabnya mengangguk sambil mulai melangkahkan kakinya.
“akio!” panggil salah satu teman sekelasku.
“ada apa?”
“hari ini kamu piket kan?”
“iya.”
“tolong kamu bawa buku ini ke meja pak andre.”
“nggak apa-apa kan?” tanya ku ke cheryl yang sebelumnya sudah memiliki janji terhadapku.
“iya, lagian aku juga minta tolongnya kan ajak aku berkeliling.”
“baiklah.” Jawabku seraya mengambil buku tersebut.
“biar aku bantu ya?”
“nggak usah, soalnya berat.”
“nggak apa-apa kok, aku ambilnya juga sedikit....  Emmm...  maaf ya.”
“Maaf kenapa?”
 “padahal kan kamu sedang terluka seperti ini, tapi aku justru meminta kamu menemaniku berkeliling.”
“oh, ini. Nggak apa-apa kok. Sebelumnya aku kan sudah pernah bilang kalau butuh bantuan jangan sungkan untuk memberitahu saya.”
“iya sih.”
“nggak apa-apa kok aku justru senang kalau tenagaku bisa bermanfaat bagi temanku.”
“disini ruang kantornya, kalau gitu kamu tunggu disini ya. Aku mau menaruh ini dulu.”
“iya.”
Usai menaruh buku di meja guru aku pun segera menghampiri cheryl yang tengah menunggu di depan pintu ruang guru.
“yo! Maaf ya lama.”
“enggak kok. Kalau gitu ayo kita lanjutkan.”

Kami pun kembali melanjutkan perjalannan berkeliling sekolah. Entah ada apa dengan saya, rasanya semua bahan untuk dibicarakan serasa habis. Aku pun mulai merasa kalau sekolah yang aku tempati ini menjadi sangat besar untuk aku kelilingi. Memang sekolahnya besar, namun  karena sudah terbiasa seharusnya bukan menjadi masalah untuk berjalan mengelilinginya.

“hoooi..!”
“akio, ada yang memanggilmu!” kata cheryl menyadarkanku dari lamunan.
“hoi...! akio...!”
“ada apa?” jawabku setelah mengetahui kalau yang memanggilku tadi adalah anna.
Kami pun akhirnya menghampirinya.
“ada apa?” tanyaku.
“nggak ada apa-apa.”
“ini siapa?” tanya cheryl yang penasaran.
“oh perkenalkan ini Karisma Anna dari kelas 2 B dan anna ini cheryl satu kelas denganku.”
“salam kenal” ucap cheryl”
“salam kenal juga. Oh. kamu siswa pindahan itu ya.”
“iya.”
“jadi, ada apa memanggilku?” tanyaku mengkonfirmasi tujuan dari anna.
“nggak ada apa-apa kok.” Jawabnya dengan tertawa.
“terus kenapa memanggil saya?”
“cuma iseng saja.”
“huh.. ngapain memanggil kalau nggak ada apa-apa.”
“hehehe maaf! Atau jangan-jangan kalian sedang kencan ya?”
“hah! Kencan,  mana ada yang namanya kencan di area sekolah. Kamu ngawur saja. Lagian aku  cuma nemenin dia keliling sekolah karena dia belum hafal dengan semua ruangan di sekolah ini.”
“oh, begitu ya. Aku kira...”
“apa! Kami nggak ada hubungan apa-apa kok!” jawabku..
“terus gimana luka kamu?”
“emang akio tadi pagi kenapa?” tanya cheryl menyambung pertanyaan anna.
Aduh, ketahuan nih. Ternyata cheryl masih penasaran juga.
“hm akio ya. Tadi pagi dia ..”
“ssttt..” bisikku memberi isyarat ke anna agar tidak memberitahukannya.
“ ada apa? Matamu sakit?”
Aduh, dia nggak tahu lagi maksud dari isyaratku. “nggak apa-apa kok.” Jawabku yang sudah menyerah.
 “tadi pagi akio mau menyelamatkan aku dari gerombolan anak nakal tapi justru aku yang menyelamatkan dia. Haha parah banget bukan?”
“oh begitu ya. Tapi kenapa tadi pagi aku tanya, jawabnya jatuh dijalan?”
“ya malu aja. Maksudnya menyelamatkan tapi justru diselamatkan. Sama seorang gadis lagi.”
“hmm, ternyata akio punya malu juga ya?” jawab anna yang menyindirku.
“emang kamu menganggapku manusia seperti apa?”
“aku kira akio laki-laki yang jenius tapi bodoh saja. Ternyata bukan itu saja ya?”
“apa salahnya kalau diselamatkan perempuan? Toh niat awal kamu juga ingin menyelamatkannya kan?” sambung cheryl.
“iya” jawabku yang sudah tak punya jawaban lain.
“yang penting akio sudah berusaha, urusan hasilnya seperti apa. Itu bukan menjadi masalah kalau hasilnya sesuai dengan niat awalmu.”
“betul, aku setuju denganmu cheryl.”
Tak terasa bel tanda masuk sudah berbunyi.
“yah, sudah waktunya masuk kelas. Maaf ya gara-gara aku ajak bicara, kalian jadi nggak bisa berkeliling sekolah.”
“nggak apa-apa kok. Aku juga senang dapat teman baru. Lain kali kita ngobrol lagi ya!” jawab cheryl.
“iya, kalau gitu sampai nanti ya.”
“bagaimana, kamu sudah mulai hafal sekolah ini?” tanyaku sembari berjalan kembali ke kelas.
“iya.”
“maaf ya kita cuma bisa setengah saja berkelilingnya. Kalau kamu nggak keberatan nanti sepulang sekolah bisa kita lanjutkan berkelilingnya lagi. Bagaimana?”
“nanti merepotkan kamu saja?”
“nggak kok. Ini kan sudah termasuk dalam perjanjian, bagaimana?”
“baiklah.”

***
bersambung

Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun.  cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Load disqus comments

0 comments