Chapter
2. sebenarnya
Kalau mengingat apa yang
dikatakan edward siang tadi, apa benar ya kalau yang aku lakukan adalah menarik
perhatian cheryl. Lalu apa yang akan terjadi jika cheryl akhirnya benar-benar
memiliki perasaan terhadap saya, apa yang akan terjadi? Dan mungkinkah jika
cheryl menjadi pacarku aku akan bisa megerti apa itu cinta terhadap kekasih,
serta seperti apa itu rasanya pacaran?
Hah...! kenapa aku jadi
begini sih, ngapain aku harus repot-repot mikirin kayak gitu dengan serius?
Padahal yang aku inginkan cuma ngerasain seperti apa itu cinta bukan untuk
sesuatu yang serius seperti ini. Bodo amatlah mending aku tidur saja!
***
SMA IHSOEFU atau International
High School Of Peace Utlefusi adalah sekolah menengah atas yang didirikan
sebagai wujud dari bentuk perdamaian yang telah dibuat oleh ketiga negara besar
setelah berakhirnya perang dunia ke tiga. SMA Ihsoefu sendiri berdiri di kota
togence yang terletak di negara Leute yang telah menjadi pemenang dan pelopor
terjadinya perdamaian dunia setelah perang yang melanda hampir 80 tahun
lamanya. Dan saat ini hampir semua remaja di seluruh dunia yang memiliki
potensi untuk mengubah masa depan dunia dengan perdamaian berkumpul disini
untuk mempelajari segala sesuatu yang mampu membuat dunia tidak dilanda krisis
tanpa menghilangkan akan arti penting dari menghormati adanya suatu
perbedaan.
Ya begitulah gambaran
tentang sma ihsoefu yang menjadi tempat ku belajar serta melakukan observasi
mencari pacar. Tentu saja, mencari pacar
juga bukan salah satu mata pelajaran di sekolah ini, ini hanya misi pribadi
saya sendiri atas dasar untuk memahami makna saling memahami satu sama lain.
Karena aku sendiri menyadari setinggi apapun ilmu yang dimiliki seseorang
dengan tujuan membuat dunia menjadi makmur tidak akan mengubah seseorang untuk
bisa mengerti dan memahami orang lain jika tidak memiliki rasa untuk mengerti.
Dan sebagai objek untuk penelitian ku ini aku memilih memahami arti sebuah
ikatan yang didasari cinta. Dengan kata lain yaitu pacaran sebuah ikatan yang
rentan akan terjadinya perpecahan.
Kini aku tengah
menyusuri jalan setapak yang mengarah ke sekolah, disepanjang pinggiran jalan
berderet pepohonan yang cukup rindang hingga ketika malam tiba suasanna disini
menjadi seakan menyeramkan. Namun itu hanya rumor yang beredar dan sejauh ini
selama saya tinggal di kota ini tak satupun hantu yang bisa aku temui di tempat
ini.
Ketika aku sampai di
suatu persimpangan gang, aku melihat seorang gadis berseragam sama sepertiku
yang tengah berhadapan dengan 3 orang anak beradalan yang tampaknya tengah
mengancam gadis tersebut.
“ada apa dengan gadis
itu? Kenapa mereka terlihat marah terhadap dia?
Tapi apapun itu sebaiknya aku menolong dia.” Ucapku sambil berlari
menghampiri gadis tersebut.
“hoy... tunggu
sebentar?”
“hah... siapa kamu?”
“aku... aku hanya mau
bertanya dengan kalian?”
“tanya? tanya apa,
seperti ujian saja?”
“apa yang kalian
lakukan terhadap gadis ini?”
“apapun yang kami
lakukan itu bukan urusanmu, jadi sebelum kamu jadi babak belur, mending kamu
cepat pergi dari sini.”
“maaf, tapi ini
sekarang jadi urusanku?”
“hah, banyak omong juga
nih anak!”
“hey! apa yang kamu
katakan tadi? Lebih baik kamu nggak usah
ikut campur dengan urusanku” Ucap sang gadis.
“mana mungkin aku tidak
ikut campur jika orang yang sedang berhadapan dengan mereka adalah seorang
gadis seperti kamu.”
Gadis itu tampak
terdiam, hingga tanpa kusadari sebuah pukulan telah mendarat ke wajahku.
“hey...!” ucap sang
gadis yang mulai tampak marah.
“tenang saja, aku tidak
apa – apa. Baiklah karena permainan sudah dimulai sebaiknya kalian bersiap
jangan sampai menyesal.”
“hah, menyesal ?
seharusnya itu adalah perkataan kami.”
Adu jotos akhirnya
terjadi antara aku dengan anak-anak berandalan tersebut. “gawat, kalau seperti
ini justru akulah yang akan jadi korban. Sebaiknya aku cepat membawa lari gadis
ini dari anak-anak ini.”
“ayo, kita pergi dari
sini!” Ucapku menarik tangan gadis itu.
“hey, jangan kabur
kalian!”
“Halah, kenapa
kesadaranku mulai hilang? Gawat ini...” ucapku dalam hati yang akhirnya
tersungkur ketannah.
“hey.. hey....
bangun, ayo bangun....!”
“ma.. af”
***
“dimana aku” ucapku yang baru sadar kalau aku
tengah berbaring di sebuah kasur.
“akhirnya sadar juga
kamu? Bagaimana lukamu?”
“kepalaku masih terasa
pusing, tapi sekarang sudah tidak apa-apa kok.”
“syukurlah kalau kamu tidak apa-apa, sekarang
kamu ada di ruang UKS sekolah kita. Tadi aku sudah meminta ijin ke wali kelas
kamu, jadi kamu bisa beristirahat lebih lama lagi.”
“terima kasih ya? Kalau
kamu sendiri keadaannya bagaimana?”
“ya seperti yang kamu
lihat, aku baik baik saja.” Jawabnya dengan tersenyum.
“syukurlah... tapi
ngomongin masalah tadi pagi kenapa kamu sampai terlibat dengan mereka?”
“sebenarnya akulah yang
menantang mereka.”
“hah...!” ucapku kaget.
“kamu yang menantang mereka? Kenapa?”
“cuma marah saja
melihat tingkah mereka yang sering menggangu gadis-gadis saat pulang sekolah.”
“gila ya kamu! Menantang
mereka seorang diri?”
“yang gila tuh kamu.”
“lho! kok aku?”
“ya iyalah, tanpa tahu
apa-apa kamu langsung datang ikut campur. Padahal kan sudah aku bilang untuk
tidak ikut campur. Sekarang lihatlah
hasilnya.”
Wah... kasar juga perkataan gadis ini, ya meskipun
ada benarnya juga sih. “lalu siapa yang membawa saya ke sini dan bagaimana
dengan mereka.”
“heh! Mereka sudah aku
buat merasakannya. Dan kamu, berterimakasihlah kepadaku.” Ucapnya dengan nada
penuh kesombongan sambil tersenyum menyibakkan rambutnya yang teruai panjang
dengan warna hitamnya yang berkilau.
“maksudmu,. Kamu yang
mengalahkan mereka!”
“tentu saja! Memangnya
kamu?” ucapnya yang semakin sombong.
“tapi meski begitu...
te-terima kasih telah datang menolongku.”
“iya sama-sama.”jawabku
tersenyum
“ngomong-ngomong siapa
namamu?”
“ namaku Karisma Anna dari
kelas 2 B”
“Anna ya?, Kalau aku...”
“akio ahsan dari kelas
2A! Siapa coba yang nggak kenal dengan siswa jenius nomor 3 di sekolah.”
Ucapnya memotong perkataanku.
“ngomong – ngomong kamu
nggak ke kelas?”
“nggak, sekali-kali aku
juga ingin bolos.”
“hmm gitu ya? kalau
begitu sebaiknya aku kembali ke kelas.” Ucapku sambil bangkit dari tempat
tidur.
“lho kenapa ? eh bukan,
maksudku emang kamu sudah baikan?”
“iya, aku sudah
mendingan walaupun masih ada yang sakit sih. Tapi nggak apa-apa kok.”
“kalau gitu aku temani
ya?” ucapnya sambil membantu saya berdiri.
“maaf ya, niatnya mau
nolongin kamu, tapi justru kamu yang nolongin aku. hehehe” kataku sambil
menyusuri lorong kelas.
“nggak apa - apa kok.”
Kami pun akhirnya
sampai di kelas ku. “kalau begitu saya permisi dulu ya dan terima kasih.”
“iya sama – sama,
maaf...eeee ?”
“ada apa?” ucapku.
“nggak jadi! kalau gitu
sampai nanti ya?”
***
Huh, akhirnya sampai
juga di tempat duduk. Untung saja belum ada guru yang masuk.
“emm, akio ?” sapa cheryl yang duduk di
sebelahku.
“ya, ada apa?”
“wajahmu kenapa?”
“oh ini, tadi sewaktu
saya mau berangkat, di tengah jalan saya tersandung batu jadinya seperti ini.
hahaha”
“tapi kenapa lukanya
seperti bekas dipukul?”
“oh ini nggak apa-apa
kok.” Waduh mana mungkin aku bilang mau nyelametin cewek justru aku yang
diselametin. Bikin repot saja nih luka.
“beneran? Sakit nggak?”
“nggak apa – apa kok!
Hehehe.”
Kemudian tanpa aku
sadari ternyata edward sudah ada di samping saya.
“wah.., gimana rasanya,
sakit atau enak?” kata edward yang tiba – tiba ikut nyambung.
“maksudnya”
“tuh, enak diperhatiin
cewek karena luka. Atau sakit karena malu diselametin cewek.”
waduh, . tenyata bisa bocor juga mulut annak ini.
“memang apa yang
terjadi dengan akio?” tanya cheryl yang tampaknya semakin penasaran.
Waduh sebaiknya aku
harus segera menutup mulutnya.
“dia tuh
sebenarnya,.... mmm”
“sst... sebaiknya kamu
diam dan ikut aku sebentar.” Bisikku ke edward sambil menutup mulutnya.
“hehehe... nggak
apa-apa kok. Sebentar ya cheryl.”
“ayo! Ikut aku” kata ku
sambil menarik keluar edward.
“ada apa sih?”
“masalah luka ini jangan
dikasih tahu?”
“emang kenapa ? kan dia
ingin tahu. Apa salahnya aku memberitahukan dia. Lagian itu kan bukan sesuatu
yang besar.”
“ya
pokoknya jangan!”
“kenapa, atau jangan-jangan kamu suka sama
dia ya? Jadi kamu nggak mau dia jadi khawatir.”
“bukan,
bukan seperti itu, aku tak punya perasaan apa-apa sama dia , dia cuma teman dan
lagian aku juga nggak tahu apa itu cinta. Kenapa kamu bilang kalau aku suka
sama dia?”
“hmmm!”
Sial
dia tidak mau mendengar perkataanku.
“baiklah,
baiklah, aku tidak akan memberitahukannya.”
“ya
sudah, ayo kita kembali ke kelas.” Tukas ku mengajak edward masuk kelas.
Sebenarnya
bukan urusanku kalau si edward mau memberitahunya atau tidak, hanya saja aku
tidak mau seseorang mengkhawatirkan aku. Karena dari kekhawatiran tersebut,
berbagai macam penyakit akan timbul dalam hati seseorang. Rasa ingin tahu, rasa
suka, rasa ingin melindungi, rasa ingin memberi dan pada akhirnya hanya akan
menimbulkan penyesalan ketika sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan hasil
yang di dapat. Ya meskipun saat ini saya tengah mencoba untuk kembali
mempelajari tentang apa itu cinta.
“ada apa sih?” tanya cheryl.
“nggak
ada apa-apa kok, intinya luka ini karena tersandung dan bukan karena apa-apa.
Iya kan” jawabku sambil menatap edward dengan tatapan mengancam.
“iya, akio terluka karena tersandung kok.
Hehehe...”
“oh
begitu ya, lain kali hati – hati ya.”
“iya.” Huh, syukurlah dia percaya.
“hei!
ada guru, ada guru ayo cepat duduk.”
Suasanna kelas kembali tenang dan yang terdengar hanya suara guru yang sedang mengajar. Kini pikiran dan mataku hanya fokus ke depan mempelajari materi yang tengah di presentasikan oleh guru hingga akhirnya fokus itu hilang saat cheryl melemparkan secarik kertas ke mejaku.
“akio, aku boleh minta tolong nggak?” tulisnya dikertas tersebut.
“minta
tolong apa?”jawabku yang kutulis di secarik kertas.
“istirahat
nanti kamu bisa menemaniku berkeliling sekolah? Kemarin banyak hal yang harus aku benahi di
penginapanku sehingga aku tidak sempat berkeliling sekolah. Bagaimana, kamu
mau?”
“baiklah,
aku akan menemanimu berkeliling.” Jawabku kembali.
“terima
kasih ya.” Jawabnya tersenyum kepadaku dengan raut wajah berseri-seri.
Saat
itu entah apa yang telah terjadi terhadapku. Namun yang pasti aku merasa
terpesona dengan dengan senyum yang ia tampakkan terhadapku.
Bel
tanda istirahat makan siang telah berbunyi, tak menunggu waktu lama suasanna sekolah yang sebelumnya
begitu tenang berubah menjadi ramai. Dan itu pun berlaku terhadapku. Seakan
menagih janji cheryl pun kini telah berada di depanku.
“ayo!”
ajakku usai merapikan buku pelajaran yang baru saja dipelajari.
“em!”
jawabnya mengangguk sambil mulai melangkahkan kakinya.
“akio!”
panggil salah satu teman sekelasku.
“ada
apa?”
“hari
ini kamu piket kan?”
“iya.”
“tolong
kamu bawa buku ini ke meja pak andre.”
“nggak
apa-apa kan?” tanya ku ke cheryl yang sebelumnya sudah memiliki janji
terhadapku.
“iya,
lagian aku juga minta tolongnya kan ajak aku berkeliling.”
“baiklah.”
Jawabku seraya mengambil buku tersebut.
“biar
aku bantu ya?”
“nggak
usah, soalnya berat.”
“nggak
apa-apa kok, aku ambilnya juga sedikit....
Emmm... maaf ya.”
“Maaf
kenapa?”
“padahal kan kamu sedang terluka seperti ini,
tapi aku justru meminta kamu menemaniku berkeliling.”
“oh,
ini. Nggak apa-apa kok. Sebelumnya aku kan sudah pernah bilang kalau butuh
bantuan jangan sungkan untuk memberitahu saya.”
“iya
sih.”
“nggak
apa-apa kok aku justru senang kalau tenagaku bisa bermanfaat bagi temanku.”
“disini
ruang kantornya, kalau gitu kamu tunggu disini ya. Aku mau menaruh ini dulu.”
“iya.”
Usai
menaruh buku di meja guru aku pun segera menghampiri cheryl yang tengah
menunggu di depan pintu ruang guru.
“yo!
Maaf ya lama.”
“enggak
kok. Kalau gitu ayo kita lanjutkan.”
Kami pun kembali melanjutkan perjalannan berkeliling sekolah. Entah ada apa dengan saya, rasanya semua bahan untuk dibicarakan serasa habis. Aku pun mulai merasa kalau sekolah yang aku tempati ini menjadi sangat besar untuk aku kelilingi. Memang sekolahnya besar, namun karena sudah terbiasa seharusnya bukan menjadi masalah untuk berjalan mengelilinginya.
“hoooi..!”
“akio,
ada yang memanggilmu!” kata cheryl menyadarkanku dari lamunan.
“hoi...!
akio...!”
“ada
apa?” jawabku setelah mengetahui kalau yang memanggilku tadi adalah anna.
Kami
pun akhirnya menghampirinya.
“ada
apa?” tanyaku.
“nggak
ada apa-apa.”
“ini
siapa?” tanya cheryl yang penasaran.
“oh
perkenalkan ini Karisma Anna dari kelas 2 B dan anna ini cheryl satu kelas
denganku.”
“salam
kenal” ucap cheryl”
“salam
kenal juga. Oh. kamu siswa pindahan itu ya.”
“iya.”
“jadi,
ada apa memanggilku?” tanyaku mengkonfirmasi tujuan dari anna.
“nggak
ada apa-apa kok.” Jawabnya dengan tertawa.
“terus
kenapa memanggil saya?”
“cuma
iseng saja.”
“huh..
ngapain memanggil kalau nggak ada apa-apa.”
“hehehe
maaf! Atau jangan-jangan kalian sedang kencan ya?”
“hah!
Kencan, mana ada yang namanya kencan di
area sekolah. Kamu ngawur saja. Lagian aku cuma nemenin dia keliling sekolah karena dia
belum hafal dengan semua ruangan di sekolah ini.”
“oh,
begitu ya. Aku kira...”
“apa!
Kami nggak ada hubungan apa-apa kok!” jawabku..
“terus
gimana luka kamu?”
“emang
akio tadi pagi kenapa?” tanya cheryl menyambung pertanyaan anna.
Aduh,
ketahuan nih. Ternyata cheryl masih penasaran juga.
“hm
akio ya. Tadi pagi dia ..”
“ssttt..”
bisikku memberi isyarat ke anna agar tidak memberitahukannya.
“
ada apa? Matamu sakit?”
Aduh,
dia nggak tahu lagi maksud dari isyaratku. “nggak apa-apa kok.” Jawabku yang
sudah menyerah.
“tadi pagi akio mau menyelamatkan aku dari
gerombolan anak nakal tapi justru aku yang menyelamatkan dia. Haha parah banget
bukan?”
“oh
begitu ya. Tapi kenapa tadi pagi aku tanya, jawabnya jatuh dijalan?”
“ya
malu aja. Maksudnya menyelamatkan tapi justru diselamatkan. Sama seorang gadis
lagi.”
“hmm,
ternyata akio punya malu juga ya?” jawab anna yang menyindirku.
“emang
kamu menganggapku manusia seperti apa?”
“aku
kira akio laki-laki yang jenius tapi bodoh saja. Ternyata bukan itu saja ya?”
“apa
salahnya kalau diselamatkan perempuan? Toh niat awal kamu juga ingin
menyelamatkannya kan?” sambung cheryl.
“iya”
jawabku yang sudah tak punya jawaban lain.
“yang
penting akio sudah berusaha, urusan hasilnya seperti apa. Itu bukan menjadi
masalah kalau hasilnya sesuai dengan niat awalmu.”
“betul,
aku setuju denganmu cheryl.”
Tak
terasa bel tanda masuk sudah berbunyi.
“yah,
sudah waktunya masuk kelas. Maaf ya gara-gara aku ajak bicara, kalian jadi
nggak bisa berkeliling sekolah.”
“nggak
apa-apa kok. Aku juga senang dapat teman baru. Lain kali kita ngobrol lagi ya!”
jawab cheryl.
“iya,
kalau gitu sampai nanti ya.”
“bagaimana,
kamu sudah mulai hafal sekolah ini?” tanyaku sembari berjalan kembali ke kelas.
“iya.”
“maaf
ya kita cuma bisa setengah saja berkelilingnya. Kalau kamu nggak keberatan
nanti sepulang sekolah bisa kita lanjutkan berkelilingnya lagi. Bagaimana?”
“nanti
merepotkan kamu saja?”
“nggak
kok. Ini kan sudah termasuk dalam perjanjian, bagaimana?”
“baiklah.”
***
bersambung
Note : Hak Cipta karya tulis ini sepenuhnya milik Hirekija. dilarang melakukan penggandaan atau plagiat dalam bentuk apapun. cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
0 comments